27. Berlayar

911 154 29
                                    

Hello aku kembali lagi, buat kalian yang kangen Hyekook. ini aku kasih full Hyekook!! jangan lupa tinggalkan jejak ya biar aku semangat lanjutin cerita ini! hihi

jangan lupa akhir author note di baca ya!!

enjoy For Reading!! 

Jika dulu diperjuangkan maka kini Hyemi ingin berjuang. Ia tahu sedikit terlambat mengetahui mengenai perasaannya bahkan terlampau jauh jika dibandingkan apa yang Jungkook lakukan. Hanya saja, ia tak ingin menjadi pihak pasif selamanya. Biarkan kali ini ia menarik benang yang selama ini terus Jungkook genggam dan ia indahkan.

Kali ini biar Jungkook yang beristirahat dari perjalanan panjangnya. Cukup berdiam di sana dan biarkan Hyemi yang mengejar dan menarik benang yang terhubung itu.

Agak lucu memang rasanya perlu ada pihak lain untuk menyadarkan mengenai siapa sebenarnya pemilik hati. Perlu adanya Heeji yang memanas manasi dan perlu adanya Taehyung yang meneriaki. Memang terkadang sesuatu akan terlihat berharga jika sudah bukan menjadi miliknya.

Memang sedari awal Hyemi tidak pernah mendeklarasikan bahwa Jungkook adalah miliknya, bahkan menerima uluran tangan Jungkook saja ia tak pernah. Ia terlalu sibuk dengan ketidakpekaannya atau memang sudah peka namun berpura pura untuk tidak peka—menutup dan membohongi dirinya sendiri.

Hyemi sangat berterima kasih kepada Heeji dan tentu saja kepada Taehyung yang lebih. Karena lewat mereka Hyemi berhasil menarik sumbatan yang menghalangi pendengarannya akan teriakkan Jungkook selama ini.

Ia melangkahkan kedua tungkainya dengan begitu semangat. Matanya memancarkan keceriaan namun diwaktu bersamaan juga menggambarkan kekhawatiran. Kekhawatiran mengenai kemungkinan yang belum terjadi.

Berjalan dengan cepat—tidak sepertinya berlari, membawa diri ke kemungkinan tempat yang ia yakini dimana Jungkook berada saat ini. Jantung berpacu dengan begitu cepat. Entah karena ia yang berlari atau memang ada suatu hal lain yang memicu kerja jantungnya lebih cepat.

Di bawah langit cerah namun tidak terik, sore hari ini. Hyemi telah berdiri di sana, gimnamsium tempat biasa Jungkook berlatih dengan anggotanya. Namun nihil, hanya sepi yang ia temukan di sana.

Tak ingin menyerah Hyemi kembali mengambil langkahnya menelusuri luasnya sekolah. Kedua kakinya berhenti tepat di lapangan outdor yang juga sesekali dipakai oleh tim atlet latihan. Dan benar saja, disana ia menemukan sesosok laki laki yang sedari tadi ia cari. Sesosok yang akhir akhir ini mengacaukan pikiran dan hatinya.

Pemuda Jeon itu tengah menegadahkan kepalanya dengan kaki kiri yang ia biarkan terlentang lurus, dan kaki kanan yang ia lipat juga dijadikan tumpuan tangan kanannya. Menikmati semilir angin di langit temaram.

Peluh nampak masih menetes di pelipisnya, dengan bola basket yang tepat berada di sebelah kanannya. Nampaknya pemuda itu baru saja menyelesaikan latihannya, tentu saja seorang diri. Karena di sore hari ini sudah terlihat sepi, sudah dipastikan orang orang sudah meninggalkan sekolah. Hanya tinggal Jungkook Hyemi dan pihak keamanan yang berada di gerbang sekolah.

Menarik nafas dan menghembuskannya dengan perlahan, Hyemi membulatkan tekatnya. Ia harus mengatakannya sekarang, ia ingin segala bentuk rasa yang mengganjalnya segera hilang dan menghasilkan kelegaan.

Menyadari adanya seseorang datang, Jungkook mengalihkan atensinya dari langit kepada sang empu. Ia mengernyitkan dahinya begitu mendapati Hyemi di sana. Pun ia bangkit dari duduknya dan berhadapan dengan Hyemi. "Apa yang kau lakukan di sini? Kenapa belum pulang?"

Dengan kedua tangan yang saling meremat benda yang berada dalam genggamannya. Hyemi mendongak melihat wajah Jungkook di sana, yang saat ini nampak begitu rupawan dengan sinar mentari senja yang menyinari. Hyemi menggeleng kuat. "Aku tidak ingin pulang. Aku ingin bersamamu." Ujarnya dengan begitu yakin.

Hal itu kembali membuat kernyitan di dahi Jungkook muncul, ia heran tidak biasanya Hyemi berada di sekolah sampai sore hari ini begini. Dan lagi apa yang barusan gadis itu katakan? Ingin bersamanya?

"Apa maksudmu?" tanya Jungkook.

Hyemi menatap Jungkook dengan sirat kesungguhan terpancar dari kedua bola matanya. "Aku tidak suka dia bersamamu, seharusnya aku yang di sana. Tidak boleh ada yang merebut tempatku. Aku tidak suka tempatku diambil orang lain Aku benci milikku direbut orang lain."

Kali ini Jungkook memiringkan kepalanya, semakin tak mengerti maksud dari gadis yang berada di depannya ini. "Hah?"

Masih dengan netra yang menunjukkan kesungguhan di sana, kali ini Hyemi semakin menegaskan matanya. "Aku tidak suka Cho Heeji bersamamu!, dia mengambil tempatku! Itu tidak boleh!"

Mengerti kemana maksud Hyemi, mengenai tempat yang dimaksud. Tentu saja tempat belakang dari motornya. Ia pun membalas dengan pertanyaan. "Kenapa? Dia kan temanku, kenapa kau malah melarangku." Jungkook menahan diri untuk tidak gemas sebab melihat wajah Hyemi mulai merah.

"Aku hanya tidak suka."

"Lho? Harus ada alasan dong. Jahat sekali tidak suka seseorang tanpa alasan." Jiwa usil Jungkook mulai kembali. Jujur saja ia rindu mengusili adiknya ini. Mengingat akhir akhir ini mereka tak begitu dekat.

Hyemi kesal karena Jungkook mengusulinya disaat ia sedang serius seriusnya. Tidak mudah baginya untuk mengatakan apa yang baru saja ia ucapkan. Hyemi semakin mengeratkan genggaman tangannya. Ia menelan ludahnya. Dengan kedua mata yang tak lagi menatap milik Jungkook.

Dengan mengumpulkan tekatnya kembali, ia menarik nafasnya dalam. Kemudian kembali mendongak guna menatap Jungkook. ia mengatakan dengan lantang tiga kata yang mampu membuat Jungkook mematung seketika. "Karena aku menyukaimu!"

Terkejut tentu saja, ia tak pernah mengira bahwa kata itu akan terucap dengan begitu jelasnya dari bilah bibir Hyemi. kedua matanya membola, ia tak tahu bagaiamana harus menjelaskannya rasanya Jungkook terkena serangan jantung saat ini. Terlalu mendadak tak terduga dan membuat sesak.

Merasa tak mendengar respon apapun dari Jungkook, Hyemi semakin mengeratkan kedua tangannya. Jantungnya sudah bergemuruh dengan begitu kencangnya.

Sedangkan Jungkook mengerjapkan kedua matanya, mencoba kembali membawa kesadaran kepermukaan. Jungkook menatap Hyemi. "Aku tahu, kau memang menyukaiku. Aku kan kakak yang baik."

Mendengarnya Hyemi menggeleng dengan kuat lagi. Dan menyodorkan susu pisang yang sedari tadi menjadi korban rematan kedua tangannya. Kembali menarik nafasnya dengan kuat. "Aku menyukaimu bukan sebagai kakak ku! Bodoh! Aku menyukaimu sebagai Jungkook, sebagai laki laki."

Dan Jungkook kembali diam, ia terlalu terkejut. hanya mampu melihat Hyemi dengan pandangan yang sulit diartikan. Namun satu nampak begitu lembut.

"Pegal."

"Hah?"

Sadar akan apa yang dimaksud oleh Hyemi, Jungkook terkekeh lembut.

"Terima ini, atau aku akan minum semua stok susu pisangmu!"

Merasa gemas dengan tingkah Hyemi, pemuda bermarga Jeon itu bukannya mengambil susu di tangan Hyemi. ia malah maju selangkah kemudian menarik Hyemi ke dalam dekapannya. mendekap dengan begitu erat. "Gemas gemas gemas." Ujarnya sambil terkekeh dengan kedua tangan yang menggerak gerakkan badan Hyemi ke kanan dan ke kiri di dalam pelukannya. Semakin terlihat gemas.

Pun Hyemi tersenyum senang, rasanya sudah lama sekali ia tak mendapat pelukan Jungkook. seberapa sering pun Hyemi tidak akan pernah merasa cukup. Baginya ini sudah terlalu nyaman. Pun ia membalas dekapan Jungkook. Sambil menelusupkan kepala lucunya ke dada Jungkook. semakin membaut dirinya tenggelam dalam hangatnya dekapan Jungkook.

Dan pada akhirnya langit senja sore hari menjadi saksi akan hari ini. Pemantiannya telah berakhir.[]

***

jadi gimana? hihi

akhirnya Hyekook bersatu! semoga kalian suka ya!

oh ya aku mau bilang makasih buat kalian yang masih mau baca ini cerita sama ninggalin jejak! makasih banyak ya!!

nanti aku akan publish satu cerita, one shoot, jangan lupa baca ya! vote dan komen banyak banyak!!

see you!!

GRAY PAPER - JJK Where stories live. Discover now