BAB 8 (Revisi)

1.1K 78 16
                                    

Happy reading!
***

Mendapati bel pintu rumahnya berbunyi, Naraya segera bangkit dari ruang tv lalu dengan langkah riang dan senyuman lebar ia membuka pintu.

"Waaaahh, bawa apanih?" tanyanya seraya menerima kresek berwarna putih dengan bau yang enak.

"Martabak pandan isi cokelat?" tanyanya.

"Iya, suka?"

"Sukaaa bangeeetttt!!!" seru Naraya gembira. Ia mempersilahkan tamunya masuk.

"Aku ngambil piring dulu bentar, mau minum apa, Val?" tanyanya.

Yup. Naraya sedang di apeli Vala, laki-laki dengan pakaian mamba nya. Pokoknya mah ganteng banget, Naraya aja sampe ga kicep.

"Seadanya aja, nanti aku pesen gojek buat beli chat*m*."

Naraya manggut-manggut, "Yaudah bentar." pamitnya.

Tak butuh waktu lama, Naraya sudah kembali dengan kedua tangan membawa nampan berisikan dua gelas minuman bersoda dan piring yang berisikan martabak pandan kesukaannya.

"Wuih, enakk banget, udah lama aku ga makan martabak ini. Martabak 125 kan?" seru Naraya, setelah mengunyah martabaknya dengan dalam satu gigitan Pasalnya ini terlalu nikmat, ia menyuapi Vala, yang diterima dengan baik oleh empunya.

Vala mengangguk, "Iya, kan kesukaan kamu."

Naraya tertawa pelan, entah apa yang ia tertawakan namun tau lah kalau sedang jatuh cinta, salting nya itu loh.

Vala tertawa melihat tingkah Naraya yang menggemaskan. "Lucu banget sih pacar aku, jadi pengen aku karungin." gemasnya seraya mencubit pipi Naraya yang menggembung akibat mengunyah.

Naraya mencebik, "Jadi makin besar ntar, jangan di gituin ih!"

"Kan biar lucu, sayang."

blush!

Vala tertawa melihatnya, ia meraih Naraya kedalam dekapan. Memeluknya dengan erat hingga membuat Naraya sesak. "Ga bisa napas aku, Val!! Ih longgarin." keluhnya.

"Gamau, kamu gemesin banget, ga bisa, aku jadi makin cinta."

"Cih. bo'ong!"

"Beneran, heh!"

"Ga percaya."

"Maunya di apain biar kamu percaya, hm?" tanya Vala sembari melirik ke arah mata Naraya.

"Selalu jujur sama aku, ga boleh selingkuh, ga boleh marah-marah kayak dulu, ga boleh bentak bentak, sakit hati aku tuh di gituin kamu." jujur Naraya.

"Maaf, dulu aku kenapa ya bawaannya emosi terus kayaknya. Aku ga bisa sih liat kamu deket cowo lain, cemburu banget aku kalo liat kamu deket deket cowo lain."

"Makannya kalo kamu cemburu jangan langsung main pukul, tanyain dulu ke aku kan bisa, Val."

Vala mengangguk, tangannya dengan sayang mengelus rambut Naraya, sesekali ia mengecupnya. "Nggak lagi-lagi."

Naraya mengubah posisinya menjadi rebahan, dengan paha Vala yang ia jadikan bantalan. Meraih tangan Vala dengan manja, "Suka, aku cinta kamu Val." gumamnya yang masih bisa di dengar.

"Aku juga." ia mengecup dahi Naraya sayang. "Makasih buat kesempatan yang kamu kasih, Ray."

Naraya mengulas senyuman, ia tatapi tangan Vala yang ia genggam. Mengelusnya, kadang juga ia membuat pola memutar atau abstrak.

"Jangan di gituin." tegur Vala dengan nafas tertahan.

"Kenapa?" tanya Naraya polos.

"Ga bagus, nanti bisa bahaya." katanya. Naraya justru semakin gencar, ia dengan iseng mengusap halus punggung tangan Vala lalu mendekatkannya pada bibirnya.

ValarayaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora