BAB 21 (Revisi)

1K 57 15
                                    

Happy reading!
***
Jalannya lagi lagi di hadang oleh perempuan yang tadi pagi mencari masalah dengannya. Membuat Naraya mau tak mau di panggil BK selain karena masalah foto club itu.

"Kenapa kak?"

"Gue pikir itu cowok gue, ternyata bukan." Perempuan bername tag Cahaya itu mengulurkan tangan. "Ayo jabatan, gue minta maaf."

Naraya mengerutkan dahi, tak paham. Jarang sekali ada orang yang langsung mengakui kesalahannya. Ia balas uluran tangan itu walaupun dalam hati tetap ragu.

"Kenapa bisa kakak mikir itu cowok kakak?" Naraya bertanya selepas jabatan tangan itu terlepas. Cahaya mendengus mendengar pacarnya disebut.

"Dia sering main ke club. Biasanya cuma nongkrong doang, tapi waktu gue lihat foto lo yang itu gue lihat lagi cowoknya. Mirip sama cowok gue, jelas gue kalang kabut dan labrak lo yang kebetulan gue kenal sejak kejadian beberapa bulan yang lalu."

"Jadi foto nya bukan kakak yang ambil?" Cahaya menggeleng seraya tangan melambai. "Bukan, bukan. ada orang yang ngirim, anonim. Dia kirim lewat email."

Naraya mendesis, kecewa. "Boleh aku minta emailnya?"

Karena sudah menuduh Naraya yang tidak tidak dan ikut andil dalam mencemari nama baiknya. Cahaya mengangguk, lantas memberi tahu email si pemberi foto.

Naraya tersenyum sopan pada kakak kelasnya yang membalas senyuman canggung. "Makasih kak. Dan tolong kalau ada sesuatu bisa selidiki dulu kebenarannya."

***

Setelah kakak kelasnya menjelaskan situasi, Naraya semakin bingung sekarang. Kalau begitu, bukan Cahaya yang menyebar luaskan fotonya. Bukan.

Lantas siapa?

Siapa yang tahu tentang pertemuannya dengan sang mantan kecuali, bibi, orang rumah dan...

Mata Naraya langsung membulat. Pantas saja! langsung saja Naraya berlari menuju tersangka yang ia duga.

XI IPA 2

Begitu ia masuk ke kelas, suara riuh yang saling menyahut seketika hening memperhatikan langkah Naraya yang terkesan tergesa-gesa. Menuju kursinya berada atau lebih tepatnya menuju kursi sampingnya dimana ada Rein disana.

Ia tarik lengan Rein yang tadinya sedang bermain ponselnya. Memainkan aplikasi ludo bertanding dengan komputer.

Rein melotot, "Apa Ray? kenapa?" ia terseok seok, mengikuti langkah Naraya yang terburu-buru. Begitu sampai di toilet ia mengunci pintu.

"Apasih?!" sentak Rein sembari mengelusi pergelangan tangan yang sudah di cekal keras dan berbekas oleh Naraya.

Naraya mendengus, "Lo yang nyebarin kan?"

Rein menyatukan alisnya, "Apa? Apa maksudnya?"

"Lo nyebarin foto gue sama Valrezo?"

Rein menggeleng, "Apaan kagak anjir! Orang gue aja tadi syok lihat fotonya. Lo ga liat muka gue tadi hah?" Naraya kembali mengingat, mengangguk begitu benar.

"Terus siapa dong? Siapa pelakunya?!! arghh!! Gue bukan cewe ga bener, gue bukan cewe kotor Rein gue bukan cewe rendahan." mata Naraya berkaca-kaca, tak tega, Rein raih tubuhnya untuk ia peluk.

Mengusap naik turun punggung Naraya pelan, kasian sekali sepupunya ini. Masalah datang silih berganti.

"Gue harus gimana, Rein? Gue capek." keluh Naraya. "Apalagi Bu Tina nyuruh manggil ortu gue ke sekolah."

"Nyokap gue bisa gue mintai tolong." Naraya menggeleng, "Tapi gue ga enak sama nyokap lo, sekalinya di panggil malah bikin malu."

"Nggak Ray. lagian nyokap gue bakalan ngertiin kalo lo jelasin ke dia situasinya." Naraya menarik nafasnya berusaha menenangkan diri dari pikiran negative yang terus terusan muncul.

ValarayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang