Chapter 9

884 35 0
                                    

Tok tok tok

Miranda membuka pintu saat ada yang mengetuk pintu rumahnya. Di sana terlihat Sarah dan Liora yang tengah membawa banyak sekali barang bawaan.

"Ehh Mah selamat pagi." Sarah menyalami Miranda dengan begitu sopan. Di ikuti oleh Liora.

"Denata mana Mah?" tanya Sarah sambil memperhatikan sekitar.

"Dia lagi nonton. Ayo masuk." Miranda mengajak keduanya masuk ke dalam rumah. Sarah dan Liora seketika menggelengkan kepalanya saat melihat Denata yang tengah tiduran di atas sofa sambil menonton Doraemon.

Hari ini adalah hari minggu. Jadi ada kartun Doraemon di stasiun tv Rcti. Dan Denata tidak pernah melewatkannya.

"Den," panggil Sarah dengan begitu lembut. Denata dengan malas-malasan menatap orang yang memanggil namanya. Begitu melihat Sarah dan Liora buru-buru Denata menegakan tubuhnya.

"Mamah?"

"Sini." Sarah langsung memeluk erat anak bungsunya itu. "Kamu apa kabar sayang? Kok jarang main ke rumah?" tanyanya sambil mengelus puncak kepala Denata penuh kelembutan dan kasih sayang.

"Baik Mah. Hehe maafin aku ya. Soalnya sibuk."

"Udah sembuh? Maaf ya, waktu itu mamah gak sempat jagain kamu di rumah sakit."

"Gapapa kok, lagian aku gak kenapa-kenapa."

Sarah sangat merindukan Denata. Walaupun Denata bukan anak kandungnya. Tapi Sarah sangat menyayanginya. Walaupun dulu Sarah selalu memukul Denata dan membentaknya.

Tapi Sarah melakukan itu karena ingin mendidik Denata. Tapi gara-gara hal itu membuat Miranda geram. Dan mengajak Denata tinggal bersamanya.

Miranda datang sambil membawa nampan berisi susu vanilla hangat dan biskuit.

"Yeay biskuit!" Denata langsung mengambil biskuit tersebut lalu memakannya. Denata sangat menyukai biskuit buatan Omanya.

Sarah dan Liora kemudian ikut duduk di sofa. Sesekali Liora memperhatikan gerak-gerik Denata. Tidak ada yang mencurigakan sama sekali.

Ternyata gadis itu memang sangat pintar manipulasi. Sehingga tidak ada orang yang curiga jika dirinya adalah psikopat.

"Mah. Mamah tau gak? Si monyet Liora pake jadi guru di sekolah aku tau," beritahu Denata. Denata memang sering memanggil Liora Monyet.

"Bukan jadi guru sayang. Tapi tugas kampus jadi guru PPL."

"Tetep aja jadi guru! Mana ngajar di kelas aku segala lagi iwh."

"Kenapa? Lo gak suka?" tanya Liora dingin.

"Enggak!" jawab Denata cepat. "Awas aja lo. Kalau ngasih gue nilai jelek. Gatau aja gue pinternya ngalahin Kekeyi Rahmawati."

"Kekeyi siapa?" tanya Liora penasaran. "Pinter tuh kalau bisa ngalahin Albert einstein."

"Ahh masa gatau Kekeyi. Itu tuh yang nyanyi, aku bukan bonekamu bisa kau suruh-suruh."

"Gue kira yang makan pentol."

"Iya itu juga! Pokoknya lawak banget tu orang."

"Lagian apa salahnya makan pentol?" tanya Miranda.

"Gak ada sih. Tapi ya gitu. Oma tonton aja videonya sendiri."

"Den, nih buat kamu." Sarah memberikan banyak sekali cemilan pada Denata. "Ini juga ketinggalan." tak lupa Sarah juga membelikan Denata baju-baju dari brand ternama.

"Buat aku?" tanya Denata.

"Iya buat kamu. Pake ya."

"Makasih Mah."

Denata [Completed]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora