Bab 35

47.9K 2.6K 234
                                    

Sudah siap baca?
Cussssssss deh.
Jangan lupa vote, komen dan follow
Sorry kalau typo.
Happy reading
_____________________________

.
.
.

Farren meringis saat pipinya terasa perih akibat obat yang sedang Keyra oles. Pipi yang sebelumnya mulus kini tampak lecet berwarna merah. Rupanya Keyra tak hanya cukup satu kali memukulnya, perempuan itu seperti orang kesetanan yang akan menghabisi lawannya saat itu juga.

"Key, sakit," rengek Farren. Matanya sudah berkaca-kaca seperti anak kucing.

"Iya, aku tau. Tunggu sebentar, ya."

"Sakit, Key."

"Tau kok. Jangan banyak omong deh."

Farren menurut, dia takut perempuan itu akan mengamuk lagi. Bila perempuan itu mengamuk lagi Farren yakin kalau Keyra bisa seganas banteng. Sekali seruduk, lawan langsung tewas.

Kintan masih berada di tengah-tengah keduanya. Farren bersyukur karena Kintan mau menolongnya dengan menahan Keyra yang gencar membejeknya tanpa ampun. Farren heran, kenapa perempuan itu membejeknya dengan air mata yang mengalir deras.

"Kamu sebenarnya nangis sungguhan atau bukan?"

Keyra melirik, mata perempuan itu masih sembab, sisa air mata masih bisa telihat jelas. "Ya, nangis beneranlah. Gimana sih kamu?"

"Kamu nangis karena apa?"

"Hm? Karena aku kesel sama kamu."

"Makanya kamu pukulin aku?"

Keyra menggigit bibirnya ketika matanya kembali berkaca-kaca. "Aku pukulin kamu karena aku lagi luapin rasa sakit dan marah aku."

"Dengan cara pukulin aku?"

"Bukannya kamu minta begitu?"

Farren menggaruk pipinya, tanpa sengaja dia malah menggaruk lukanya. "Anj—aduh! Iya sih. Aku memang bilang begitu. Tapi, aku pikir kamu nggak akan tega nyakitin aku."

"Aku memang nggak tega. Aku nangis itu karena sebenarnya aku nggak tega. Tapi, tangan aku gatel pengin bejek kamu."

Farren melongo. Etdah! Nggak tega mukul aja udah bonyok gini, gimana kalau dia lagi tega? Mungkin muka gue udah rata kayak papan ujian.

"Tapi, aku pikir kamu nggak akan mukul aku segitu brutalnya sampai aku cengap-cengap."

"Aku khilaf."

Farren mengerjap pelan. Khilaf ya? Gawat kalau begitu. Kalau Keyra terlalu sering khilaf sudah pasti Farren hanya tinggal nama.

"Tapi, kamu mau kan memaafkan aku?"

Keyra menggeleng. Gelengan kepala Keyra itu membuat Farren waspada. Jangan bilang perempuan itu belum puas membejek wajahnya. Kalau memang begitu Farren bisa habis kali ini!

"Ma-maksud kamu?"

"Aku masih marah sama kamu. Aku nggak akan semudah itu memaafkan kamu."

"Terus aku harus gimana? Apa sampai aku masuk rumah sakit dulu kamu baru bisa memaafkan aku?"

Farren berharap Keyra menjawab tidak. Namun, sayangnya harapan hanyalah tinggal angan-angan. Keyra justru mengangguk polos.

"Edan!" Farren kembali melongo.

Anggukan Keyra sama saja seperti hukuman mati untuk Farren. Dia sangat yakin bukan rumah sakit tujuan Keyra sebenarnya. Tetapi, liang lahat!

Mendengar umpatan Farren, sontak saja Keyra melotot. "Kamu bilang apa?!"

My, Oh My! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang