Bukan bermaksud untuk membunuh kakak sendiri. Hanya saja dia berpikir bahwa membunuh sang kakak adalah tindakan yang terbaik, supaya kakaknya bisa terlepas dari belenggu tanggung jawab yang besar. Sayangnya dia lupa kalau saja sang kakak tiada dialah lah yang akan menanggung segalanya.
Sekarang saatnya ia menjadi seorang pahlawan yang bisa membebaskan kasus kakaknya. Berani berbuat berani juga bertanggung jawab.
"Sekarang tinggal menghapus semua data pribadi kak Hali. " tangannya bergerak lincah diatas keyboard ketik. Menghapus semua file yang sepertinya akan sangat berbahaya jika diketahui banyak orang.
"Kak Taufan. " tanpa menolehpun Taufan tau siapa yang memanggil namanya.
"Ada apa, Blaze? " pemuda beriris orange kemerahan, mulai bergerak berjalan kearah kakaknya.
"Aku baru tau kak Taufan bisa mengendalikan komputer. Ya.. Kupikir kau gaptek. "
"Kau berani mengejekku ya, sekarang?! " tatapan tajam datang dari mata biru langit yang biasanya selalu menampilkan pandangan penuh suka cita. Jangan lupakan aura mencengkam yang muncul disekelilingnya.
"Jangan dibawa serius lah kak.. Aku kan hanya bercanda. "
"Terserah. " Taufan kembali pada pekerjaannya, mengabaikan Blaze yang senantiasa mengoceh seperti dirinya saat bersama saudaranya yang lain.
Saat Blaze sudah lelah berbicara sendiri, Blaze berpikir sepertinya dia harus menanyakan soal ini pada kakaknya, "kak. Siapa yang membebaskan kak Hali dipenjara? "
"Thorn. "
"Ha?! Thorn?! "
"Lihat ini. " Taufan menujuk kearah layar komputer yang memperlihatkan gerak-gerik Thorn.
⋇⋆✦⋆⋇
Thorn Position
"Hai Pak pengewal. Boleh Thorn menemui kakak saya? " Thorn berkata dengan wajah polosnya.
Sang pengawal melirik sekilas kearah Thorn sebelum berkata padanya bahwa dia tidak mengizinkannya. Thorn tidak mungkin menyerah dalam hal ini, dia menggunkan kekuatan imutnya yang tentu saja bisa membuat siapapun iba kepadanya.
"Plisss.. " Puppy eyes andalan Thorn. Diikuti aura imut seperti bocah berusia 2 tahun berhasil membuat sang penjaga luluh.
"Akhh!! Cepat sana temui kakakmu! "
"Wahh!! Terima kasih pak penjaga!! " dengan girangnya Thorn memeluk sang penjaga sekilas sebelum berlari ke arah kamar penjara kakaknya.
"Ba! Kak.. Hali? " keinginannya untuk membuat sang kakak terkejut pupus saat tau didalam penjara tidak ada sesosok tubuh kakaknya.
"Loh! Kak Hali mana?!! Kak Taufan!! Kak Hali hila- " sandai saja seseorang dibelakang Thorn tidak membekap mulut Thorn, mungkin saja satu penjara akan menjadi seperti pasar.
"Thorn.. Diamlah!! " tak lama bekapan dimulut Thorn terlepas, Thorn segera membalikkan badannya berhadapan dengan orang itu, "eh- kak Hali. "
"Hm. Ayo segera keluar dari sini. " Halilintar menarik Thorn untuk segera berlari sayangnya tanpa alasan Thorn menahannya.
"Kita tidak ijin dulu pada pak penjaga kak?" Halilintar menatap datar adiknya, kepolosan palsu adiknya mungkin benar-benar membuat adiknya menjadi polos sungguh.

KAMU SEDANG MEMBACA
•Maaf! Merepotkanmu•
Fiksi Penggemar[TAHAP REVISI (?)] TAMAT || REVISI Halilintar : Menjadi kakak tertua itu berat. Taufan : ... Maaf kak Gempa : Maaf, Kak Hali aku tidak bisa membantumu. Blaze : A-aku paling banyak merepotkanmu kak. Ice : Maaf. Thorn : Th-Thorn hiks.. minta maaf...