||✤ 15

4K 566 259
                                        

Suara nyanyian burung, berhasil menganggetkan seorang pemuda bermanik silver itu. Pemuda itu menghela nafas lelah, karena semalam tidak tidur untuk hari ini.

"Hah.. Sudah pagi saja." Solar mengambil handuk yang berada didekatnya. Dia mulai memasuki kamar mandi untuk melakukan ritual paginya.

Beberapa menit berlalu. Solar sudah selesai dengan kegiatannya dikamar mandi, dia keluar mengenakan seragam berjas. Kemudian dia berjalan kearah balkon kamar. Disana sudah disiapkan sarapan, sarapannya tadi diantar oleh petugas hotel saat dia masih merada dikamar mandi.

"Sepi. Tidak seperti biasanya." Sarapan sendirian untuk pertama kalinya bagi Solar. Suasana sepi saat sarapan begitu aneh dibenak Solar.

Walaupun beberapa hari ini Halilintar membuat aturan baru saat acara makan, tetap saja selalu ada kegiatan lain yang dilakukan saudara-saudaranya. Seperti 3 kakak sengkleknya yang selalu membuat masalah dengan cara memainkan alat makan, Ice yang melakukan kegiatan di turunnya diatas meja, dan terakhir dirinya dan kakak tertuanya yang berrebut makanan. Halilintar hanya pandai membuat aturan, tapi dia juga sering melanggarnya sendiri.

"Diharapkan kepada seluruh peserta lomba segera turun! Acara akan segera dimulai!"

Solar bergegas memasukkan barang-barang yang akan digunakan nantinya. Sayangnya ada satu barang penting yang ia tinggalkan diatas meja saat sarapan.

"Tugas ini lebih mudah dari apa yang ku bayangkan. 'Dia' akan sangat senang melihat hasil kerja ku nanti."

⋇⋆✦⋆⋇ 

Rumah Para Elemental : Kamar Halilintar.

"Fan! Bangun!" Halilintar mengoyangkan tubuh adiknya dengan cukup kuat. Rambut Halilintar yang basah digunakan untuk membangunkan Taufan.

Taufan masih tidak menjawab apapun. Dia semakin meringkuk didalam selimut. Halilintar berkacak pinggang melihat adiknya yang satu ini. Dia baru saja membuat Blaze sedikit jera, sebelum mandi beberapa menit lalu. Sekarang ada apa dengan Taufan. Halilintar sangat ingin satu hari saja dia bisa tenang menikmati hidupnya.

"Kau kenapa lagi, Taufan?" Halilintar memilih duduk didekat Taufan yang berbaring membelakangi dirinya. Taufan tidak merespon kembali.

"Ya sudah.. Terserah."

Grep!

"Jangan pergi.." Halilintar tersenyum tipis. Dia tau cara seperti ini akan selalu berhasil, kalau itu Taufan.

"Jadi kenapa lagi?"

"Aku hanya berpikir akhir-akhir ini kak Hali lebih mementingkan yang lain dari pada diriku. Aku merasa tersingkirkan. Saat aku ingin bersamamu, selalu saja ada yang mengganggu atau kalau bukan seperti itu kaulah yang menolaknya. Aku hanya merasa tidak adil soal itu."

Halilintar menghela nafas untuk sekian kalinya. "Fan. Raga dan jiwaku hanya satu. Aku tidak mungkin kan, membaginya menjadi 6 bagian sesuai dengan jumlah kalian. Kumohon, sekali saja mengertilah.. Lagipula kau juga termasuk yang tertua disini. Belum cukup kasih sayangku padamu selama ini?"

Taufan bangun dari posisi tidurnya. Duduk, menatap manik ruby yang terlihat lelah.

"Ya. Aku tau aku termasuk yang tertua, bahkan aku tepat berada dibawahmu. Tapi kak.. Aku juga ingin lebih lama bersamamu. Menghabiskan seharian bersama dirimu. Kenapa selalu mereka 5?! Permintaan Gempa yang ingin ditemani oleh dirimu ke supermarket, kau temani tanpa ada penolakan sedikitpun! Perlindungan lebih untuk Blaze! Ice yang selalu kau perhatikan! Thorn yang permintaannya tidak pernah kau tolak! Lalu yang terakhir ada Solar yang beberapa hari ini selalu menghabiskan waktu denganmu! Bagaimana dengan diriku?! Beberapa hari ini kau mengabaikanku!"

•Maaf! Merepotkanmu• Where stories live. Discover now