6. NOT A SECRET

6K 664 545
                                    


***

Sebuah kekonyolan tanpa peraduan yang memiliki batas. Berpikir untuk saling mengelak, tapi hasrat untuk bisa saling menguasai begitu meninggi. Keegoisan menyelimuti, berpikir sebagai yang paling baik dan yang paling mumpuni. Otak, mana ada masih bisa dipakai, semua serasa semu selayaknya bias kosong dari panorama di depan mata.

"Kau..." Haechan bergumam lirih. Posisi mereka yang saling berhadapan membuatnya mau tak mau menjatuhkan netranya pada Mark.

Mark tak nampak mengeluarkan ekspresi yang berarti. Muka itu kaku. Terlihat seperti sedang menatap kosong dan bagi Haechan itu terlihat sangat bodoh.

Haechan memutuskan tatapan mereka. Mukanya berubah menjadi keruh, dan ia pun menyerahkan Magu dengan cepat, hatinya mendorongnya untuk segera pergi dari sini.

Bukankah memang sudah seharusnya demikian? Setelah segala serentetan kebodohan yang ia lakukan?

"Dahulu mungkin aku masih bisa memberi sedikit toleransi, berpikir mungkin hormonmu memang segila itu hingga ketika kita dalam posisi yang sangat mendukung, kau langsung tergoyah untuk menciumku. Tapi sekarang..." Haechan tak melanjutkan kata, diam cukup lama sebelum akhirny ia mendongak sambil melayangkan tatapan tidak percaya kepada Mark.

"Apa maksudnya ini? Kenapa mendadak melakukan itu?" Haechan bertanya dengan suara pelan, hampir terdengar begitu lirih.

Semantara itu Mark kedapatan sedang memundurkan kakinya. Satu langkah. Ingin memberi jarak pada tubuh mereka. Kepalanya terasa pusing walau tak sekalipun ia terantuk apapun. Memejamkan mata sejenak, ia juga bertanya sendiri dalam hati mengapa ia bisa tergerak untuk menarik Haechan dalam ciumannya.

Haechan sendiri hanya mengepalkan tangan erat. Ia merasa sangat ingin memaki diri sendiri saat ini. Ia tak bisa menyalahkan semuanya pada Mark, karena pun ia bahkan sama menikmati ciuman mereka tadi. Ke mana perginya otak brilian miliknya? Kewarasannya bak mengudara, sudah lupa bagaimana logika dan rasionalitas itu bekerja. Malah jatuh dan terperosok dalam jerat kebodohan begini.

"Lupakan." Haechan kembali bersuara, menelisik karena nampaknya Mark pun tak kunjung ambil tindakan.

"Apa biasanya kau memang seberisik itu?"

Haechan mendongak, ia menaikkan satu alisnya sebagai respon untuk kalimat menyebalkan yang baru saja dikatakan oleh Mark. Untuka apa berucap demikian, Apa pria itu sedang berusaha mengalihkan topik?

"Ya. Dan sepertinya kau juga sudah tahu itu." Menjawab dengan nada jengah. Baiklah, ia putuskan untuk meladeninya saja karena ia juga malas untuk semakin mengungkit perkara ciuman mereka tadi.

"Aku hanya merasa terganggu dengan suara beri-"

"Terserah." Haechan memotong dengan cepat, bukan itu yang ia harapkan sebagai balasan. Ia menebak Mark akan berkata bahwa alasannya menciumnya adalah karena ingin membungkam mulutnya dan membuatnya diam? Yang benar saja.

"Lain kali jangan lakukan itu lagi. Aku tidak suka." Haechan menatap Mark dengan lekat, dan jika Mark peka, terdapat sorot marah yang tersampaikan di sana.

"Ya?" Mark membalas, ia menaikkan satu alisnya tajam dan membalas tatapan dari Haechan dengan tanpa sungkan.

"Kau menikmatinya pun." Sambungnya. Bagi Mark kalimat dari Haechan hanya terdengar bagai omong kosong jika kenyataannya Haechan sendiri tak keberatan saat ia cium tadi, repot-repot malah membalas ciumannya.

"Ya, kubilang terserah. Tapi satu yang kuminta, jangan lakukan itu lagi. Aku tidak suka." Haechan masih mempertahankan jalinan mata mereka. Jika Mark menyorotnya tajam, maka ia membalas itu dengan sorot permohonan. Tak gengsi untuk itu karena pada dasarnya ia memang sedang memohon pada Mark. Berharap sekali pria itu mau mengerti keinginannya.

RED [MARKHYUCK] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang