4

1K 31 6
                                    

"Hyung.. suda.. angghh... hy... ahhh..."

Desahan Jaemin kembali mengalir, atau mungkin dipaksa mengalir oleh Mark yang tidka akan pernah cukup hanya dengan 2 kali permainan. Jaemin sendiri sudah lelah ketika Mark melesakkan kembali penis untuk ronde ke - 3 mereka. Jika sudah seperti ini Jaemin memilih diam saja dan membiarkan Mark mengambil alih seluruh tubuhnya, semau - maunya. Dia sudah tidak sanggup jika harus ikut menggoyangkan tubuhnya.

Mark sendiri terlihat tidak begitu peduli, tangannya memegangi erat pada paha Jaemin hingga membentuk merah pada telapak tangannya. Matanya menatap nyalang berkonsentrasi pada penisnya yang keluar masuk dengan begitu bebas di lubang anal Jaemin yang agaknya mulai lelah melayaninya.

Mark menatap penuh amarah pada Jaemin.

"Jangan paksa aku..." ucap Jaemin.

Tetapi Mark benar - benar tidak mendengarkan ucapan dari Jaemin, tangannya justru bergerak dengan cukup kasar dan menampar keras pada wajah Jaemin, "Mendesahlah... cepat.."

"Ti... Hyung... angghh... pelan... ahhh..."

Mark menggerakkan pinggulnya denga begitu cepat, terus dan terus menumbuk lubang anal Jaemin hingga akhirnya lubang anal itu robek dan mengeluarkan darah. Jaemin menjerit kesakitan, suara tangisannya tercekat karena kemudian Mark membungkam mulutnya dengan bibir milik Mark, sementara tangan Mark tanpa lelah terus menerus menampar pada pantat Jaemin atau sesekali mencekik lehernya. Jaemin lelah mendesah dan melayani, bahkan darah menjadi saksi akan kelelahannya, tetapi Mark masih tidak peduli.

@@@@@

Johnny menatap pada Haechan yang berjalan - jalan diantara rak - rak yang menyimpan berkas - berkas kejahatan paling rahasia di negaranya tanpa memakai celana. Ia sendiri sudah beberapa kali menelan ludah melihat pantat putih dan semok milik Haechan yang terkadang sengaja digoyangkan oleh anak laki - laki itu ketika lewat didepan Johnny.

Sebenarnya Johnny ingin ronde ketiga, keempat atau mungkin sampai pagi melakukannya, tetapi pekerjaan menunggunya. Johnny mengambil celana Haechan dan membawanya hingga kehadapan anak laki - laki yang tengah membaca salah satu berkas.

"Ternyata kasus pembunuhan berantai yang pernah geger ketika aku kecil yang menyelesaikan itu adalah atasanmu hyung..." oceh Haechan yang sudah kembali pada mode normal dan memanggilnya kembali dengan sebutan 'hyung', "Atasanmu ini.. Shin Hyunbin menyelesaikan kasus ini ketika usianya baru 24 tahun, hebat sekali."

"Ya.. ya.. dia memang hebat, lulusan akademi forensik dan satuan khusus juga," kata Johnny, "Dipakai celanamu dan pulanglah."

Haechan menatap sebal kearah Johnny, "Aku ini bukan pelacur yang bisa kau suruh - suruh pulang setelah puas ya."

"Aku tahu dan aku tidak menganggapmu pelacur Lee Haechan, tapi ini sudah malam dan kau harus pulang, aku sudah memesankan taksi yang sebentar lagi akan sampai di gang samping seperti biasanya," kata Johnny.

Haechan menerima celana dalamnya dan memakainya, ia kemudian memakai celana panjang seragamnya. Johnny maju membantunya memasangkan risleting dengan bersimpuh dihadapannya dan dengan begitu lembut Johnny mencium lembut pada punggung tangan Haechan.

Kedua mata mereka bertemu tatap. Johnny tersenyum lebar.

"Terima kasih untuk malam ini sayang..." kata Johnny.

Haechan ikut tersenyum, ia menangkup wajah tampan Johnny dan mencium lembut pada kening Johnny, "Lain kali kita main lagi ya daddy.."

Johnny bangkit berdiri dan meninggalkan ciuman pada bibir Haechan sebelum mereka berpisah malam ini.

Red Room - Where Sin is HiddenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang