12

450 29 8
                                    

"Lalu masalahnya dimana?"

Pertanyaan yang meluncur dari bibir Haechan, membuat Mark segera menatap pada temannya yang sudah bersamanya semenjak kelas 1 SD. Shotaro yang lagi - lagi menjadi penengah, menatap kebingungan pada Mark dan Haechan.

"Kalau tidak masalah, biar aku bilang ke ibumu," kata Mark yang mengambil handphonenya.

"Jangan..." ucap Haechan dengan cepat.

"Berarti bermasalah kan," kata Mark.

"Tapi masalahnya untukmu dimana? Shotaro juga having sex dengan supirnya," kata Haechan.

"Ya.. ya.. kenapa aku ikut - ikut dibawa?" Shotaro semakin kebingungan.

"Ya jelas kau harus ikut dalam masalah ini, aku tidak paham kenapa kalian berdua having sex dengan om - om tua itu," kata Mark.

"Daripada kau, sudah punya kekasih masih saja having sex dengan gigolo... 3 orang kan, aku melihat mereka tadi," kata Haechan.

"Bukankah kita semua ini memang memiliki keanehan sendiri - sendiri, untuk apa saling menyudutkan," kata Shotaro.

Haechan dan Mark sama - sama menatap kearah Shotaro. Keduanya menghela nafas panjang dan duduk didepan meja, di kafe yang berada tidak jauh dari kantor polisi.

"Jangan menambah masalah lagi," kata Shotaro, "Aku sudah pusing membayangkan menghadapi kakakku. Kita jangan bertengkar juga."

"Tapi kau ngapain sih membuntutiku?" tanya Haechan kepada Mark.

"Aku khawatir kau diapa - apakan, baru kenal juga kan..." balas Mark.

Haechan terdiam.

"Bisa - bisanya kau having sex dengan orang yang baru kenal," kata Mark.

"Kau malah tidak kenal kan dengan 3 gigolo itu," kilah Haechan.

"BERISIK!!!!" teriak Shotaro sembari mengebrak meja, ia benar - benar sudah kesal dan capek dengan tingkah dua temannya ini.

Shotaro yang berdiri dari tempat duduknya, menatap kearah luar kafe, ia mengerutkan kening melihat banyak orang datang ke kafe tempat mereka, beberapa orang bahkan membawa kamera dan micrphone.

"Ada wartawan menuju kemari," kata Shotaro yang buru - buru pergi menyembunyikan diri.

Haechan dan Mark sama - sama bangkit berdiri, keduanya sama - sama menatap kearah luar kafe dan menyadari jika wartawan - wartawan itu menuju kearah mereka dan pasti mau bertanya tentang kasus pembunuhan Jaemin, Haechan dan Mark sama - sama melangkah pergi menyelamatkan diri. Sialnya langkah kaki mereka terhenti karena terjebak di kamar mandi yang jelas saja tidak ada jalan keluar. Suara berisik wartawan yang masuk dan pemilik kafe yang berusaha untuk mengusir semakin terdengar. Mark melangkah masuk kesalah satu bilik toilet, ia menatap kearah Haechan yang masih saja kebingungan. Tanpa keraguan sama sekali dan dengan niat hanya untuk menyelamatkan temannya, Mark menarik tangan Haechan. Keduanya kini berada didalam bilik toilet yang sama, menguncinya rapat - rapat ketika para wartawan mulai masuk ke area kamar mandi.

Didalam ruang yang begitu sempit, mata Haechan dan Mark beberapa kali saling bertemu pandang. Haechan lebih memilih untuk mengalihkan pandangannya sementara Mark tanpa ragu dan seolah ingin mengambil kesempatan banyak - banyak, menatap kearah Mark. Terus menatap kearah Haechan. Sembari didalam diri ia mengucap sebuah kalimat

'apa aku bisa memilikimu lebih dari seorang sahabat?'

@@@@@

Entah waktu sudah berlalu berapa lama semenjak Haechan dan Mark terkurung didalam bilik toilet. Mereka masih belum bisa keluar karena para wartawan masih mondar mandir di luar bilik mereka. Haechan sudah mulai merasa lelah, apalagi dia belum mendapat giliran introgasi.

Red Room - Where Sin is HiddenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang