Jika memilikimu bukanlah takdirku,
maka izinkan aku merubah takdirku dan memasukkanmu menjadi takdirku.-Aksara Archernar-
***
Aksara rasanya ingin pulang saja karena teman-teman anehnya. Mereka berbondong-bondong masuk ke kamar rawat Aksara dengan membawa tentengan tas besar. Kemudian menaruhnya di bawah tempat tidur Aksara.
"Ras, jangan taro di situ. Ntar ketahuan suster," tunjuk Vian. "Taro di sebelah nakas aja."
Horas mengikuti kata Vian. Ia memindahkan tentengan totebag ke sebelah nakas. "Ah gak muat nih. Cuma bisa taro tiga. Taro mana lagi sisa empatnya?"
Figo mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. "AHA! Gue tau. Taro di belakang sofa aja."
"Ide bagus." Horas memindahkan sisa totebag ke belakang sofa. Kemudian ia keluar ruangan lalu masuk lagi. Pura-pura menjadi suster yang masuk.
"Nah cakep. Gak keliatan," ujar Horas.
Ray mengacungkan jempolnya pada Horas. Memberi tanda kerja bagus pada laki-laki itu.
"Tapi itu kayaknya sofanya terlalu ketara deh, mending miringin dikit," usul Ray.
Horas menggeser sofa sedikit ke arah kanan. "Gini?"
"Dikit lagi, dikit lagi. Lagi. Lagi. Nahh op op." Ray memberi instruksi.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." Doel dengan semangat masuk ke ruang rawat Aksara. Tak lupa juga membawa tentengan totebag di tangannya.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh." Semuanya membalas salam Doel semangat, kecuali Aksara dan Kevin.
"Itu apa di perut lo, anying?" Figo meninju perut Doel yang di dalamnya ada benda.
"Jangan pegang-pegang ah. Modus lo," cibir Doel. "Nih ambil-ambil cepet." Doel menyodorkan dua totebag berat yang ia tenteng pada Figo.
"Ini mau taro di mana ya? Udah gak muat nih di belakang sofa," ucap Horas.
"Hmm...." Ray berpikir. Ia kepikiran satu ide. "Taro di toilet aja gimana?"
"Jorok, goblok. Janganlah." Vian menentang.
"Ya elah. Toilet rumah sakit bersih, putih, kinclong, seksi. Mana jorok sih," kata Ray.
"Oh iya bener juga. Ya udah taro aja deh," ucap Vian. Figo memindahkan dua totebag yang dibawa Doel ke toilet.
"Liat gue bawa ini." Doel mengeluarkan bantalan sofa dari balik bajunya yang ia bawa dari Warma.
"Ngapain bawa ini?" tanya Horas. "Di sini juga ada."
"Di sini cuma ada tiga, gak cukuplah buat kita semua," kata Doel.
Aksara mendengus melihat teman-temannya. Sekarang ini sudah jam 10 malam dan mereka mengendap-endap masuk ke ruang rawat Aksara. Masih mending satu dua orang, ini enam orang woiii. Mau ngapain coba?
Belum sampai situ saja. Kalian tahu isi totebag yang mereka bawa. SNACK WOI! SNACK! CHIKI!
Mereka pikir Aksara di sini untuk piknik apa?
Dan yang paling parah di antara semuanya. MEREKA SEMUA MAU NGINAP DI RUMAH SAKIT! Pencetus ide itu adalah Ray. Aksara tidak habis pikir. Sebenarnya dia salah pilih wakil atau tidak sih?
"Nanti kalau ada suster yang mau masuk lo semua langsung masuk ke toilet ya. Gue yang pura-pura jaga Aksa di sini." Ray menyiapkan rencana.
"Nggak dong! Guelah yang pura-pura jaga Aksa," kata Doel tidak terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA (PRE-ORDER)
Romance[PEMESANAN NOVEL BISA MELALUI SHOPEE ANDROBOOKS] Rembulan Aldera. Bernasib sial karena harus berurusan dengan ketua geng sekolahnya, Aksara Archernar. Karena kesalahannya melempar Aksara dengan sepatu, membuatnya harus menanggung malu akibat perbuat...