41. Aku, kamu, dan bulan

23.6K 2.4K 232
                                    

Nyatanya akulah yang menjadi sumber penderitaanmu.

***

Jam 6 sore, anak-anak disuruh untuk membuat makan malam sendiri setelah mencari kayu bakar dan mengambil air dari sungai. Mereka hanya diberi waktu satu jam untuk masak dan makan. Mereka diwajibkan untuk membuat api manual, tidak diperbolehkan memakai korek api. Katanya sih untuk latihan pertahanan hidup.

"Gak keluar-keluar apinya!" kesal Vian. Ia terus menggesek dua batu dengan cepat.

Horas yang sedang menggosok dua batang kayu juga terlihat kesulitan. "Udah sepuluh menit gue gesek-gesek. Gak keluar-keluar juga nih api."

"Tangan gue bisa-bisa bentar lagi putus nih," sambung Horas.

"Minta ke sebelah aja. Ada yang udah nyala tuh," saran Doel. Ia berhenti sejak dua menit lalu setelah pasrah menggesek batu.

"Ribet banget lo pada," ucap Ray. Ia menyedekap kedua tangannya di depan dada sambil menatap teman-temannya.

"Diem lo!" Figo melemparkan sebuah wortel mentah ke Ray. Bagiannya dan Kevin adalah memotong sayuran. "Dari tadi kagak ngapa-ngapain. Duduk-duduk doang kerjaannya. Bantuin napa?"

"Nih gue tunjukin sesuatu," kata Ray membuat teman-temanya penasaran.

Ray menengok kanan dan kiri untuk memastikan tidak ada guru yang melihat mereka. Setelah merasa aman, ia mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. "TARAAAAAAA! Korek ajaib!"

Teman-temannya menatap Ray bingung. "Korek ajaib?" tanya Figo.

"Nih liat ya lo semua." Ray menatap fokus korek api itu. Teman-temannya menjadi ikutan juga.

"Simsalabim alakadabra! DUAR!"

Teman-temannya memandang Ray dengan tatapan melongo. "Apaan sih?" tanya Vian.

"Nyala," ucap Ray.

"Terus?"

"Keluar api."

"Ya terus kenapa, bego? Emang kalau korek digesek pasti keluar apilah! Masa keluar jin?" ujar Doel.

"Ya udah. Itu tau."

"Gak jelas banget lo, pantat panci!" umpat Figo.

"Muka ganteng begini lo katain pantat panci? Lo noh pantat kuali!" ujar Ray seraya menunjuk kuali berukuran sedang yang mereka bawa. Itu kuali yang ada di Warma, alias kuali yang dicolong salah satu anak Quarlesi dari emaknya. Awalnya mau dibalikin, tapi waktu itu mereka mengalami insiden saat memasak. Pantat kualinya gosong. Terpaksa mereka patungan untuk beliin kuali baru. Kalau tidak bisa-bisa Warma sudah runtuh kala itu.

"Emang sialan lo ya. Bisa aja bawa beginian," ujar Horas.

"Ini tuh udah gue siapin dari sebelum berangkat. Lagian pada ngapain juga sih nyalain api pakai batu sama kayu? Segala pakai latihan bertahan hidup. Dikira kita bakal hidup di hutan apa? Orang utan kali ah," ucap Ray.

Figo geleng-geleng kepala. Pantas saja tasnya saat itu begitu besar. Ray sudah menyiapkan semuanya secara lengkap. Mungkin jika tasnya muat untuk membawa rumah, laki-laki itu juga akan membawa runahnya.

"Udah cepetan nyalain. Takut ketahuan," ucap Ray.

Doel mengambil korek dari Ray lalu dengan cepat menyalakan kayu bakar yang telah mereka tumpuk. Kalau tahu begini sejak awal ia tidak akan susah-susah. Bikin capek tangan saja!

"Si bos mana?" tanya Vian.

Ray mengedikkan bahunya. "Gak tau. Abis patroli tadi langsung ngilang."

AKSARA (PRE-ORDER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang