(ii) duren ; arin dan jennie

2.4K 502 239
                                    

Setelah kurang lebih 1 jam, mobil mewah milik Mattheo berhenti dipekarangan mewah. Jennie ternganga melihatnya, "Ini rumah om?" Tanya Jennie tanpa menoleh.

"Iya," sahut Mattheo.

"Anjir pantesan aja berani bayar duaratus juta cuma buat ketemu anaknya. Rumahnya ngelebihin dosa gua gedenya." Gumam Jennie.

"Saya harap nanti didepan anak saya, kamu gak ngomong yang macem-macem." Kata Mattheo.

"Macem-macem apa om?"

"Tadi bahasa kamu. Anjim, jangan sebut itu didepan anak saya. Anak kecil itu mudah menyerap apa yang dilakukan orang dewasa."

Jennie mendelik, "Saya paham kali om. Kan saya bilang, saya ini kuliah jurusan psikologi."

"Kan saya juga bilang, kamu yang harusnya jadi pasien dokter psikolog."

"Kurang ajar nih om-om." Kata Jennie lalu membuka pintu mobil Mattheo.

Mattheo menyusul, ia jalan masuk ke dalam rumahnya terlebih dahulu. Diikuti Jennie yang menatap kagum setiap infrastruktur mewah yang ada didalam rumah milik duda berusia 31 tahun tersebut.

"Om, bangun rumah segede ini berapa biayanya?" Tanya Jennie.

"Mau ngapain?"

"Siapa tau nanti saya sukses ngepet, mau beli rumah kayak gini." Sahut Jennie. Ia masih memperhatikan rumah milik Mattheo hingga tak sadar seorang gadis kecil berlari kearahnya dan memeluk kakinya.

Ia terkejut ketika tubuhnya terguncang kebelakang, lalu menoleh ke bawah. Bibirnya mengulas senyum, "Halo Arin." Sapa Jennie.

"Halo tante.."

Wajah Jennie berubah masam, "Jangan panggil tante dong. Emang keliatan ya aku kayak tante-tante?"

"Iya. Tante girang." Sahut Mattheo.

Jennie menatap Mattheo tajam, kalau saja ia tidak dibayar, pasti Mattheo sudah menjadi incaran kuku tajamnya.

"Panggil aku kak Jennie aja ya!" Seru Jennie senang.

"Kalau aku panggil Bunda, boleh gak?" Tanya Arin.

Jennie mati kutu. Sumpah demi Tuhan, ia belum siap menjadi seorang ibu.

"I—itu nanti aja kalau aku udah nikah sama daddy kamu." Kata Jennie lembut.

"ARTINYA KAK JENNIE BAKALAN JADI BUNDA ARIN?! YEAY! BI ANIS! AKU BAKALAN PUNYA BUNDA!" Teriak Arin heboh lalu berlari meninggalkan Jennie dan Mattheo diruang tamu.

"Om! Saya salah ngomong ya?" Tanya Jennie.

Mattheo mengangguk.

"Aduh, gimana dong om?"

"Ya tanggung jawab."

"Saya kan gak hamilin om, masa saya tanggung jawab?"

Mattheo diam beberapa detik, lalu menatap Jennie malas. "Emang ya, polos sama bodoh itu beda tipis." Katanya lalu meninggalkan Jennie sendiri diruang tamu.

Jennie meremat jari-jarinya, ia belum siap berstatus menjadi seorang istri dan seorang ibu. Biarpun itu menikah dengan konglomerat, Jennie belum siap.

"Kamu mau minum apa?" Tanya Mattheo kembali keruang tamu.

"Amer sayang." Sahut Jennie.

"Saya gak bercanda, Jennie."

Jennie terkikik, "Apa aja yang seger-seger."

Mattheo membalik tubuhnya lalu menggeleng-geleng. Ia tidak bisa membayangkan seperti apa jadinya jika Jennie menjadi Ibu Arin, mau diajarkan apa anaknya nanti? Bahasa kalbu khas Jennie?

duren - lty [au] ✔Where stories live. Discover now