(viii) duren ; up to u

2.4K 477 76
                                    

Semenjak tragedi motor Jennie ditabrak, Jennie udah gak diperbolehkan menjemut Arin menggunakan sepeda motornya, Ia diharuskan diantar supir Mattheo. Entah apa penyebabnya, semakin hari Mattheo semakin protect pada Jennie. Apapun yang dilakukan Jennie, Mattheo harus tahu.

Kini, Arin sudah bersandar pada Jennie. Rambutnya yang saat berangkat sekolah tertata rapi, sudah berantakan. Berkeringat karena hari ini ada pelajaran olahraga.

"Arin tadi bekel yang disusun bibi dimakan gak?" Tanya Jennie. Arin mengangguk, "Dimakan,"

"Bunda.." panggil Arin.

Jennie berdehem lembut, "Hm?"

"Arin gak pernah ngerasain senderan sama mommy gini, Arin gak pernah ngerasain dipeluk mommy." Katanya pelan.

"Arin pernah kok dipeluk mommy waktu kecil."

"Itu kan waktu kecil, bunda. Arin udah lupa gimana rasanya." Kata Arin, Jennie terkekeh kecil.

Arin mendongak, memandang wajah Jennie dalam. "Bunda jangan sakit ya."

"Kenapa?"

"Daddy bilang mommy meninggal karena sakit. Jadi bunda jangan sakit ya? Arin gak mau ditinggal bunda." Katanya.

Jennie tersenyum, "Iya. Bunda gak akan sakit."

"Janji?" Arin mengulurkan jari kelingkingnya, Jennie menautkan kelingkingnya. "Janji."

Tanpa sadar, mobil mereka sudah berhenti didepan pekarangan rumah Mattheo. Jennie menuntun Arin turun dari mobil, "Arin habis ini mandi, makan siang terus bobo ya.."

Arin mengangguk, "Tapi Arin mau ditemenin bunda bobonya."

"Oke deh. Ayo kita mandi, let's go!" Seru Jennie lalu berlari sambil menarik Arin.

Gelegar tawa Arin terdengar begitu merdu, beberapa karyawan yang sudah bekerja lama dengan Mattheo saling berbisik. "Udah lama ya gak liat Arin ketawa kayak gitu."

"Iya, beruntung banget pak Theo dapet kayak non Jennie. Penyayang banget dia, keliatan dari cara Arin bahagianya."

"Iya. Syukur,"

Setelah selesai mandi, makan siang, Jennie menuntun Arin ke kamar milik Arin. Jennie mematikan lampu kamar Arin, lalu menyalakan lampu tidurnya.

Arin berbaring sambil memperhatikan Jennie yang tengah merapikan rambutnya, "Bunda cantik."

Jennie tersenyum, "Makasih."

Membutuhkan waktu 30 menit untuk membuat Arin tertidur, Jennie segera bangkit. Lalu keluar dari kamar itu.

"Bi, Arin tidur. Kalo bangun tolong bilangin ya, saya pulang." Kata Jennie.

Si Bibi mengangguk, "Iya non. Hati-hati."

» duren

"Om," panggil Jennie.

Mattheo yang tengah menandatangani berkas menoleh malas, "Apa?"

"Om suka sama aku gak?" Tanya Jennie.

"Suka." Sahut Mattheo.

"Kok om gak pernah bilang suka sama aku?"

"Kenapa harus bilang?" Tanya Mattheo.

"Ih harus bilang dong!"

"Om juga gak pernah nembak aku." Kata Jennie.

"Nembak gimana?"

"Ih ini om-om kolot banget sih! Nembak bilang mau gak aku jadi pacar om, mau gak a—"

"Kamu mau gak nikah sama saya?"

Pipi Jennie mendadak memerah, Jennie segera menangkup pipinya lalu tersenyum mesem-mesem. "Om mah.."

"Kamu ngapain kesini?" Tanya Mattheo.

"Kenapa emangnya? Aku mau main aja," sahut Jennie.

"Ini kantor, Jennie. Tempat kerja bukan area bermain." Sahut Mattheo.

"Jadi maksud om aku gak boleh ada disini?"

"Bukan gitu maksud saya, Jennie."

"Kok om marah?!"

"Kok saya? Kamu yang terdengar marah kok." Sahut Mattheo.

"Yaudah. Kalo aku gak boleh ada disini, aku pulang!" Kata Jennie lalu bangkit dari sofa, saat Jennie hendak membuka pintu ruangan Mattheo, Mattheo kembali menutup pintu itu lalu menarik Jennie kembali ke sofa. "Boleh kok boleh, udah duduk diem-diem jangan pecicilan."

"Om," panggil Jennie lagi.

"Apalagi?"

"Ih kok ngamuk?"

"Iya apa?" Sahut Mattheo lagi, suaranya Ia rendahkan.

"Beliin aku paketan sama pulsa dong om. Tinggal 100 mb, palingan nonton youtube sepuluh detik abis."

"Iya nanti saya beliin."

"Sama paket netflix ya,"

"Iya."

"Om," panggil Jennie lagi dan lagi.

Mattheo meletakkan pulpennya dengan sedikit membanting. "Apa?" Sahut Mattheo tajam.

"Hehe,"

"Pinjem hp, hehe.."

Mattheo mengulurkan tangannya yang menggenggam ponselnya, "Nih."

Jennie menerimanya. Ia melihat-lihat aplikasi di ponsel Mattheo. Sangat membosankan, hanya ada aplikasi bawaan dari ponsel dan BCA mobile. Tidak ada game.

Jennie membuka instagram milik Mattheo, membuka dm. "Buset, banyak banget yang dm. Gak dibales om?"

"Enggak. Gak penting juga. Prinsip saya itu, kalo saya punya udah punya pasangan hidup, untuk apa saya ngebalas pesan mereka? Itu sama aja kasih harapan kan?"

Jennie terdiam, Ia merasa dibawa melayang dengan kata-kata Mattheo.

"Om dulu pas muda fakboi gak?"

"Enggak. Penampilan aja, karena saya suka berpenampilan gitu. Tapi soal berhubungan sama gak mau main-main, saya lahir dari rahim perempuan, saya dibesarkan oleh perempuan, dan kalo saya mempermainkan perempuan, apa bedanya saya sama ayah saya?"

Jangan tanya dimana Jennie, Ia sudah melayang ke langit ke 7.

» duren

tbc ..

duren - lty [au] ✔Where stories live. Discover now