STAY 17 - Lake

954 84 5
                                    

Alena menangis tersedu-sedu di pelukan Reihan. Menunggu tim Penyelamat yang sedang mencari keberadaan Anna di dalam Danau gelap itu.

Verno sudah tiba setengah jam yang lalu, dengan berlari dan ingin masuk ke dalam danau juga, ingin mencari Anna. Tapi banyak yang tidak mengizinkan karna terlalu gelap untuk orang yang tidak berpengalaman sepertinya.

Brandon juga di sana, beberapa kali berdiri dan duduk, dan memaksa semua orang agar tidak memberitahu orang tuanya yang sedang berada di luar kota. Ia memutuskan untuk terlebih dahulu menemui Adiknya, dan setelahnya akan memberi tahu kedua orang tuanya apapun yang terjadi.

••
Satu jam yang lalu

Verno menunggu dokter yang sedang memeriksa kedaan Marissa yang segera ia bawa ke rumah sakit. Beberapa panggilan tidak ia jawab karna menghawatirkan Marissa dan bayinya.

Tidak lama dokter keluar, ia menghampiri Verno dan tersenyum pada Pria itu.

"Istri kamu baik-baik saja, Om sudah pastikan itu, mungkin terjadi sedikit benturan, tapi tidak ber efek apa-apa pada janinnya."

Verno bernafas lega, setidaknya tidak terjadi apa-apa pada keduanya.

"Tapi, tadi aku lihat ada banyak darah di pakaiannya," ucap Verno pada dokter kandungan yang sudah lama mengenalnya itu, karna dokter itu salah satu teman Mamanya.

"Ya, itu darah orang lain, bukan darah istri kamu, karna enggak ada luka di tubuhnya. Apa ada kecelakaan serius? Ada orang lain yang terluka selain istri kamu?" Tanya Dokter itu lagi.

Verno diam, itu darah Anna fikirnya.
Lalu ponselnya berbunyi kembali. Kali ini panggilan dari Papanya, Verno mengangkatnya ingin memberi kabar bahwa Marissa baik-baik saja dan menanyakan keadaan Anna.

"Halo pah."

"Verno.. Anna menghilang Ver ! Anna menghilang di Danau!" Itu suara Mamanya dengan jeritan dan tangisan.

"Mah? Ada apa?" Tanya Verno berusaha tenang.

"Tadi, mama ke dalam sebentar untuk menelfon orang rumah sakit.. agar ke tempat ini untuk memeriksa luka di tangan Anna.. ta-tapi, setelah mama selesai menelfon, mama mendengar jeritan kalau Anna engga ada di tempatnya, hanya sepatu, dan juga cincin di meja sebelah Danau!" Ucap Alena menahan tangisannya.

"Tim penyelamat sudah masuk ke dalam danau, Mama takut, mama .." panggilan di ganti oleh papanya.

"Mama kamu terlalu syok untuk berbicara, papa akan menutup panggilannya sekarang." Dan sambungan di matikan oleh papanya.

Verno terduduk kembali, di depan Dokter yang masih menunggunya.

"Istri kamu akan tertidur sedikit lebih lama karna obatnya, di sini banyak perawat yang akan menjaganya, kalau kamu ingin pergi, Kamu bisa pergi Verno. Sepertinya masalah itu lebih serius." Ucap dokter itu, menepuk bahu Verno pelan.

••

Saat Verno tiba, semua tamu undangan Om nya sudah pulang. Hanya tinggal keluarga dan tim penyelamat.

Ia menghampiri Mamanya yang duduk di salah satu kursi kayu, terlihat mamanya masih mengeluarkan air mata dan menggenggam sesuatu di tangannya.

"Mah," panggil Verno.

Alena menoleh sebentar untuk melihat anaknya, lalu kembali menatap Danau di depannya yang lebih terang karna lampu-lampu tim penyelamat.

Ia lalu memberikan Cincin yang Anna tinggalkan di meja dengan sepatunya pada Verno.

"Ini udah hampir satu jam, dan mama sangat-sangat enggak tenang sekarang Verno."

Verno beberapa kali menjenguk ke keramaian petugas di depannya yang sedang berusaha mencari Anna. Ia juga khawatir, dan menggenggam erat cincin pernikahan yang Anna tinggalkan itu.

Ia meminta agar bisa masuk ke dalam danau untuk membantu mencari Anna, tapi tim penyelamat melarangnya dan mereka mempunyai tim lebih dari cukup untuk masuk ke dalam danau.

Verno termenung di tepi danau. Hari ini semuanya kacau tanpa Anna membuat kekacauan seperti selalu. Wanita itu menghilang, membuat perasaannya tak enak.

Lalu seseorang menghampirinya, gadis remaja dengan dress pendek dan sepatu Converse. Serta rambut yang di gelung serabutan.

"Aku yang menemani kakak itu dari awal di sini tadi, dengan masing-masing membawa gelas minuman dari dalam," ucap gadis itu.

"Aku yg melihat dengan jelas dan nyata atas apa yang kakak itu lakukan dengan Istrinya om saat Istri om menghampiri kami."

Verno mendengarkan, mencoba mendengarkan walau kepalanya masih sesekali menengok ke danau, tidak fokus pada remaja itu.

"Kakak itu membantu orang hamil yang hampir jatuh karna gaun panjangnya sendiri, dan keduanya terjatuh bersamaan, jelas wanita hamil itu yang ceroboh dengan memakai heels dan juga gaun panjang saat hamil besar. Om jahat sekali sampai membentak orang yang sudah baik membantu istri om dan mendorongnya lagi." Lalu gadis itu pergi meninggalkan Verno yang kini sepenuhnya mencerna ucapan gadis remaja itu.

••

Bagaimana rasanya bunuh diri dengan terjun ke dalam air ? Atau, bagaimana rasanya di dorong masuk kedalam air tanpa keinginan sendiri? Dan bagaimana pula kalau saja dua perasaan itu menyatu?

Gelap
Dingin
Takut

Semuanya tidak terlihat, mengambang di pertengahan tanpa bisa naik dan turun ke permukaan.

Perasaan yang menakutkan.
Sakit, Anehnya Anna masih bisa merasakan sakit di kakinya dan nyeri di tangannya.

Perlahan ia mulai menelan air danau dengan mulut dan hidungnya. Ia tidak ingin mati seperti ini, ini bukan keinginannya.

Padahal sebentar lagi aku akan menjadi wanita bujang yang bebas, batinnya.

Ia masih membuka mata, berharap ada yang bisa membantunya tanpa ia berteriak meminta tolong. Ia tidak pandai berenang, dan ia menyesal tidak mempelajarinya dulu.

Perlahan nafasnya mulai habis. Apa karna terlalu banyak menelan air? Matanya mengabur, ia ingin tetap membuka mata tapi sepertinya tidak bisa.

Perlahan, Anna menutup matanya, masih dengan sedikit harapan, ada seseorang yang menemuinya dan menariknya kepermukaan, karna semakin dalam ia jatuh, semakin susah ia di temukan, Anna semakin menyesal dengan jalan hidupnya beberapa tahun kebelangan ini.

Ia takut dengan permukaan danau yang gelap di belakangnya, apa punggungnya akan terbentur terlebih dahulu? Sedalam apa danau ini? Sebelum semua pertanyaan dan ketakutan di kepalanya semakin berkumpul, Anna terlebih dahulu menyerah.

••

"Di sini! Di sini!" Jeritan tim penyelamat membuat meminta bantuan penyelamat lain membawa tubuh Anna yang terkulai ke permukaan.

Semua orang mendekat, dan Verno yang paling depan dan sigap mengangkat istrinya itu, ia bisa merasakan tubuh dingin Anna tapi tidak merasa pergerakan apapun dari wanita itu.

Seketika Verno takut, fikirannya bercelaru tapi ia tetap membawa Anna berlari ke dalam ambulan yang sudah menunggu dari tadi.

"Waktu saya bawa naik, mbaknya masih bernafas bu, sayup-sayup saya bisa denger mbaknya bilang makasih," ucap si penyelamat yang menemukan Anna tadi pada Alena.

Verno mendengar apa yang tim penyelamat itu sampaikan pada kedua orang tuanya, ia menggenggam erat salah satu tangan Anna dan menggosoknya perlahan supaya hangat. Di sana sudah ada ahli medis yang memberi pertolongan pada Anna.

"Bangun," bisik Verno pelan.

STAYWhere stories live. Discover now