STAY 19 - Hope

1K 78 15
                                    

Anna termenung dengan memeluk dua lututnya di atas sofa di depan televisi rumah orang tuanya. Benda itu tidak menyala, memantulkan tubuh Anna yang meringkuk di depannya.

Sudah 2 minggu ia di rumah ini, rumah orang tuanya. Mereka sedang di luar kota, hanya Anna dan Brandon di sini.

Brandon sering menemaninya, bahkan pria itu tidak lagi keluar malam hanya untuk menjaganya.

"Termenung lagi?" Ucap Brandon yang baru saja duduk di sebelahnya dan memberinya segelah teh dingin.

Verno benar-benar tidak datang mengunjunginya. Tidak ada kabar, dan hanya Anna yang memikirkannya.

"Bodoh, kenapa aku harus punya perasaan asing ini ke pria kayak dia," gumam Anna.

"Bukankah cinta membuat orang bodoh?" Tanya Brandon.

Anna mengangguk. "Bahkan sebesar apapun kamu di sakiti, cintamu akan semakin besar saat dia hanya memberimu sedikit saja perhatian."

Keduanya diam lagi.

"Gue cuma bisa berharap, lo semakin kuat dan kuat. Kalau lo masih mau pertahanin ini, go ahead, karna kalau lo udah rencana mempertahankan ini, lo bakalan berusaha bertahan walaupun sulit."

"Apapun keputusan lo dek, itu pasti yang terbaik buat lo."

"Brandon."

"Apa?" Tanya Brandon menaikkan sebelah alisnya saat Anna malah menyebut namanya dan menatapnya.

"Aku sayang sama kamu kak," ucap Anna tulus. Ia mendekat pada Brandon dan masuk kedalam pelukan kakaknya. Kakak satu-satunya.

"Dasar bocah, gitu aja terharu," ucap Brandon dengan tertawa pelan. Ia mengelus beberapa kali rambut adiknya. Adik perempuan satu-satunya yang ia miliki.

••

3 bulan berlalu begitu saja. Anna sudah kembali lagi ke aktifitas biasanya dan sesekali melakukan hobi-hobinya.

Ia benar-benar tidak bertemu dengan Verno 3 bulan belakangan dan tidak menerima kabar apapun dari pria itu. Hanya Sean dan mama mertuanya yang kadang berkunjung menemuinya.

Tentunya, tidak ada cerita menyangkut Verno saat mereka berkumpul. Entah kenapa topik itu sangat di hindari oleh keluarga Verno saat Anna bersama mereka. Dan Anna pun tidak menanyakannya.

Saat ini, Anna sedang duduk santai dengan asisten managernya, Brenda di sofa yang memang tersedia di saloonnya.Mereka sedang mengobrol santai dan berkumpul dengan beberapa karyawan juga, membahas topik apapun karna semua kerja mereka sudah selesai, dan Saloon sebentar lagi akan tutup.

"Kemaren tuh, aku di video call sama Nicho. Tebak dia dimana!? Cowo itu di thailand!" Ucap Anna.

"Jauh juga perjalanan mas Nicho ya mbak?" Tanya salah satu karyawannya.

"Iya kan? Dia video call hanya untuk kasi tau aku kalo dia lagi makan anak ayam itu lho brend! Anak ayam yg di goreng di thailan terus di jual di pasa," ucapnya lagi.

"Emang aneh si hobinya Nicho," ucap Brenda pelan.

Yang lain bergidik saat Anna menunjukkan foto makanan itu.

Tak lama dari itu, salah satu karyawannya datang menghampiri mereka. "Mbak, itu ada temennya Mbak Anna di luar mau ketemu," ucap Karyawannya itu.

"Siapa?" Tanya Brenda.

"Cewek hamil, mbak. Katanya namanya Marissa."

Anna dan Brenda saling bertatapan. Ia menyuruh Brenda untuk tinggalin mereka berdua aja di ruangan lain.

STAYWhere stories live. Discover now