STAY 22 - my Naka

1.1K 69 3
                                    

Anna kembali bangun, di sebelahnya masih ada Verno sedang sangat nyenyak tidur. Ia tidak biasa dengan keberadaan Verno, dan ia tidak biasa dengan keadaan bangun pagi tanpa bayi di sebelahnya.

Apa Anna sudah mulai terbiasa dengan Bayi itu? Ia bangun perlahan dan turun dari tempat tidurnya. Niatnya mencari keberadaan Bayinya.

Ia berjalan ke arah yang berlawanan dengan kamarnya, kamar tamu yang mungkin di jadikan tempat tidur sementara Mama mertuanya.

Tok
Tok
Tok

Ia membuka pintu perlahan setelah mendengar Mamanya menyuruh masuk.

"Mah," panggil Anna.

"Kamu cari anak kamu sayang? Ini mama baru aja selesai mandiin si ganteng ini, utututu," ucap Mama mertuanya dengan senang dan sesekali bermain dengan bayi itu.

Anna mendekat, ia duduk di sebelah mama mertuanya yang sedang bercanda dengan bayi kecil itu.

Ia melamun untuk beberapa saat.
Fikirannya bercelaru kembali, ia bingung dengan dirinya dan keadaan.

Kenapa ia datang ke kamar ini? Kenapa ia mengetuk pintu kamar mertuanya? Apa karna mengkhawatirkan bayi itu?

Anna melirik ke arah bayi yang baru beberapa hari terlahir ke dunia dan tanpa bisa melihat ibunya. Ia ke sini karna Bayi itu.

Entah kenapa, walaupun ia berteriak ingin bebas dan menyerah akan pernikahannya, ia tidak bisa meninggalkan Bayi itu.

Kini apalagi? Bertahan lagi An?

••

Nama Bayi kecil itu adalah Naka Aksa Prasetya persis nama Verno. Dan Bayi itu memang sangat mirip seperti Pria yang sedang duduk di depannya saat ini, melihat Bayi mungil itu yang tertidur di dalam pelukan Anna.

Anna ingin mengusir Pria itu, tapi Verno tidak mengusiknya, dan ia tidak punya alasan untuk mengusir Verno dari hadapannya.

Toh pria itu sedang memperhatikan anaknya sendiri.

"Mau sampai kapan kamu duduk di situ? Sana gih! Kasihan Anna, dia risih kamu pepet-pepetin gitu cuman dia gak ngomong aja," ucap Mama mertuanya yang baru saja duduk di sebelah Anna dan mencoba menghalau Verno.

Verno tetap di situ, tetap diam menatap Bayi kecil itu yang sedikit terusik karna suara nyaring Mamanya.

Sesekali Anna menepuk-nepuk pantat Naka dengan pelan, ia mulai terbiasa dengan Bayi ini. Tapi ia belum terbiasa dengan Verno yang sering mengintilinya kemana-mana belakangan ini.

"Sana ih Verno! Jangan ganggu Anak kamu mau tidur!" Usir Mama lagi.

"Aku cuman diem dari tadi di sini, bahkan nafasku aja enggak kedengaran mah," ucap Verno sabar. Ia mulai jengkel dengan Mamanya yang mengusirnya.

"Na, kamu risih kan sama Verno? Mama perhatiin ahir-ahir ini kemana-mana di intilin sama dia, kalau risih bilang aja Na, jangan diem, Mama bantuin," ucap Mama mertuanya yang ikutan kesal.

"Kamu juga ahir-ahir ini diem aja Na, kalo kamu stress sama Verno kasi tau Mama, atau kamu mau tinggal bareng Mama aja di rumah?"

"Mah, mamah punya masalah apa sih sama Verno?" Tanya Verno yang tidak lagi menyembunyikan kekesalannya pada Mamanya yang merekcoki ketenangannya siang itu menatap Naka di pelukan Anna.

Verno ahirnya berdiri, memilih menyerah menghadapi Mamanya yang bikin ia kesal siang itu, ia mengusap sebentar pipi mungil Naka lalu pergi meninggalakan ruang tamu dan menghampiri Papanya di ruang depan yang sedang bertemu Temannya.

"Nah gitu dong, dari tadi kek perginya," ucap Alena senang.

Anna tertawa pelan melihat tingkah Mama mertuanya, entah kenapa melihat Mamanya tersenyum senang karna sudah bisa membuat Verno kesal membuat Anna ikut tersenyum.

"Mama ngusir dia karna mau ngobrol berdua sama kamu," bisik Alena lagi pada mantunya.

"Kenapa mah?" Tanya Anna pelan, selain tidak ingin membangunkan Naka, ia juga menirukan suara bisik-bisik Mamanya.

"Itu di gudang belakang, kemaren Mama ke sana sama bi sumi, karna kayaknya serem gitu mama putusin buat beres-beres di sana dan kasi pencerahan biar gak serem lagi,"

Anna mendengarkan dengan serius, ia bertanya-tanya tentang apa yang Mamanya temui di dalam sana sampai ingin bercerita padanya.

"Terus pas beres-beres, mama nemuin satu bingkai gede banget, mama penasaran terus mama buka deh tu bingkai,"

Anna masih mendengarkan dengan tenang.

"Itu foto Verno sama ibunya Naka," bisik mamanya pelan.

Anna berkedip beberapa kali, bingung.

"Bingkai se gede itu, kalo mama perhatiin pas banget di letak di dinding itu, itu perkiraan mama ya An, mungkin mereka pernah berencana mau nempelin di sana," ucap Mamanya lagi, sambil menunjuk dinding kosong di salah satu ruangan rumah ini yang entah kenapa dari lama memang di biarkan kosong.

Dulu Anna tidak perduli karna ia berfikir Verno memang sengaja mengosongkannya agar terlihat lebih luas, tapi setelah mendengar penemuan mamanya, Anna kini tahu kenapa di sana di biarkan kosong.

"Kalian pasti punya bingkai gede gitu juga kan?" Tanya Mamanya mengejutkannya dari lamunan.

Anna menggeleng pelan, pasang foto di dinding? Dia ngajak foto bareng aja enggak pernah.

"Foto-foto pernikahan kalian?" Tanya Mamanya lagi penasaran.

Anna tidak menjawab, ia tidak tahu harus jawab apa, karna dari awal tidak pernah ada foto seperti itu di rumah ini, fotonya dan Verno.

Alena menutup mulutnya tidak percaya, bukan hanya berantakan nasib keluarga anaknya ini, tapi di ambang kehancuran.

Ia memeluk Anna, menepuk pelan bahu wanita cantik yang menjadi menantunya itu. Bagaimana kehidupan Anna di rumah ini dan bagaimana wanita ini di perlakukan oleh suaminya, Alena merasa bersalah dengan Anna.

Ia mulai sadar kalau rumah tangga anak nya berantakan saat ia tahu Anna terjatuh ke dalam sungai dengan luka-luka. Ia baru mulai sadar kalau hal itu menjadi sangat serius.

Alena fikir, ahirnya Anna dan Verno akan bercerai atau walaupun mereka tidak bercerai karna sifat egois Verno, ia yakin Anna bisa hidup dengan kuat sendirian karna melihat kepribadian wanita itu yang selalu tangguh.

Ia tidak tahu, kalau wanita tangguh itu menyimpan semuanya dan menutupinya dengan pura-pura kuat di depan semuanya.

Alena merasa bersalah, sikap Anna sekarang ia dapatkan karna berada dekat dengan Verno, sikap Anna yang sekarang wanita itu dapatkan karna ia mulai menyerah dengan hidupnya.

Anna mulai menjadi pendiam
Sering melamun
Dan mengerjakan semuanya
Wanita itu tersenyum tapi tidak dengan matanya.

Dan Anna, di dalam dekapan Mama mertuanya, ia berfikir malam ini ia ingin meminta bantuan satpam dan supir pribadi Papa mertuanya.

Ia akan mengisi dinding kosong itu.
Ia sudah memilih untuk mengabulkan permintaan Marissa merawat Naka.
Dan ia akan mengabulkan satu lagi harapan Marissa yang ia sembunyikan di dalam gudang belakang.

Potrait mereka bedua, Marissa dan Verno.
Ia akan menempelkan Potret besar itu di dinding kosong rumah Verno malam ini.

---------------------------^.^------------------------

Hai semua :))
Apa kabar?
Saya tahu terlambat banget up cerita ini, saya minta maaf kepada para pembaca semua yang menunggu kelanjutan STAY.
Belakangan saya jadi enggak punya ide dan malah berhenti di tengah-tengah.
Hari ini saya berhasil menyelesaikan satu part STAY sambil makan tomyam :))
Itu terjadi begitu saja, ide saya meluncur begitu saja :')

Saya akan kembali lagi dengan part² selanjutnya, semoga teman² pembaca tidak bosan menunggu STAY dan semoga teman² semua dalam keadaan sehat, stay safe dan bye²

Salam sayang dari istrinya Johnny suh;)

STAYDonde viven las historias. Descúbrelo ahora