[1. Prolog ... ]
Revisi besar-besaran. Kosa kata berubah drastis.
WARNING!
CAMPURAN BAHASA BAKU DAN NON BAKU.•́ ‿ ,•̀
Minggu, 18 April
Sinar mentari lembut memanjakan penghuni bumi. Nyanyian ayam berkokok saling bersahutan. Ditambah suara televisi yang menyiarkan kartun sudah melengkapi indahnya pagi hari ini. Seharusnya begitu. Tapi tidak di rumah tujuh Boboiboy bersaudara yang berada jauh dari perkotaan, tepatnya di perkampungan yang bernama Pulau Rintis.
Pada awalnya, pemuda bernetra biru tua tak melihat sosok sang sulung ketika sedang menjalankan sarapan bersama, diceletuk oleh si adik bahwa sudah sejak tadi kakak tertua susah sekali dibuat terbangun. Kakak kedua mengangguk, lantas, langsung menaiki tangga untuk membangunkan sang sulung dengan suara cemprengnya.
Tidak ada respon setelah waktu sudah berjalan lima menit. Merasa janggal, segera ia memanggil si putra ketiga. Namun, seluruh adiknya malah ikut memeriksa. Kami khawatir, katanya.
Berkali-kali mereka mengetuk pintu. Berkali-kali pula mereka berteriak. Akan tetapi tidak ada sahutan dari balik daun pintu yang bertuliskan 'Halilintar' disebuah papan kayu yang digantung dengan tali manila. Lantas, terpaksa harus didobrak.
Pintu berhasil dibuka oleh si adik bernetra oranye. Namun, bukannya menemukan sang sulung yang sedang bergelut manja di ranjang, mereka harus menemukan sang sulung tergeletak di lantai dengan kepala yang sudah terpisah dari tubuhnya.
Mereka terdiam. Bibir terlalu keluh untuk sekadar berteriak seusai menyaksikan pemandangan mengerikan. Bernafas pun tiba-tiba menjadi sulit. Sesak. Sangat sesak. Lantas, memutar otak, tidak mungkin mereka memerankan film bergenre thriller selain memang benar ini sebuah kenyataan, kan? Tapi jujur saja, mereka sangat mengharapkan itu. Kamera, dimana kameranya?
"Darah..." tiba-tiba, kakak kedua berujar lirih. Kakinya gemetar. Perlahan berjalan mundur hingga punggungnya bersentuhan dengan dinding. Lalu terjatuh, kesadarannya terombang-ambing.
Blaze--pemuda yang tadi mendobrak pintu dengan sigap mendekati Taufan--si putra kedua. Begitu tertangkap, Blaze bernafas lega. Disisi lain, baru ia dengar jika Taufan memiliki phobia terhadap darah. Tidak, bukan hanya dia. Blaze pastikan jika seluruh saudaranya juga terasa asing akan kebenaran itu.
"Kak Hali!" Pemuda bernetra zamrud berlari mendekati mayat Halilintar. Ingin memeluk tubuhnya untuk terakhir kali dan membuat senyuman dikepala nya yang sudah putus untuk Terakhir kali. Namun sebelum melakukan itu, tubuhnya dibawa kedekapan si bungsu.
YOU ARE READING
Murder Mystery-PBH
Mystery / ThrillerBagaimana jika saudaramu mati satu persatu? [Boboiboy fanfiction] Ice tak menyangka jika kematian Halilintar berunjung dengan kematian saudara-saudaranya juga. Dan kini, Ice harus mencari si pelaku dengan petunjuk yang sudah diberikan. Genre! -MYSTE...