[ 2. Pertengkaran Kecil ]

14.4K 959 229
                                    

[ 2. Pertengkaran Kecil ]

WARNING!
BAHASA BAKU DAN NON BAKU

WARNING!BAHASA BAKU DAN NON BAKU

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


•́⁠ ⁠ ⁠‿⁠ ⁠,⁠•̀

Minggu, 18 April

"Kesimpulannya, kau menyuruh kami untuk nggak menelepon polisi karena kau baru saja menonton film tentang karakter utama yang mengabaikan coretan berbahasa aneh dan berakhir semua karakter mati dibunuh?Maksudmu seperti tulisan di buku Kak Hali? Apa itu suatu hal yang sama?" Gempa menyimpulkan seusai mendengar penuturan Ice seperti seorang aktor teater yang sedang membaca monolog di depan panggung.

Ice menggeleng. "Kurang; kalau mereka bisa mengartikan coretan itu, nggak ada lagi yang mati. Oh, jangan lupakan, arti dari coretan itu adalah; jika ada yang menyebarkan berita tentang portal menuju dimensi lain, maka dia akan dibunuh. Tentu persis seperti keadaan kita."

"Jujur, kau dan 'kepercayaan'mu itu nggak masuk akal. Dan, portal dimensi lain? Jadi Kak Hali dibunuh 'makhluk' sejenis apa?" Blaze berkomentar, menatap malas Ice di depannya.

"Apa salahnya berpatok pada sesuatu? Lagipula, itu bukan hal yang sepenuhnya fiksi. Tapi bukan berarti 'makhluk lain' yang membunuhnya. Aih, kau mengerti, nggak, sih? Film yang kumaksud sudah terkenal dipenjuru dunia, pasti orang yang membunuh Kak Hali terinspirasi dari sana. Aku yakin tujuh puluh persen kau akan dibunuh setelah membeberkan kematian Kak Hali."

"Kuterima tantanganmu. Satu dus puding, oke?"

"Kalian ini, tolong berhenti."

Gempa benar benar lelah. Oke, ia dapat memaklumi jika mereka memang sering bertengkar. Tapi, yang benar saja, apa harus sekali disaat seperti ini? Terbayang dibenaknya jika kedua kembar itu kembali bertengkar saat berada di pemakaman Halilintar. "Anggap saja perkataan Ice tentang 'film kesukaannya' itu masih diambang-ambang--ah, aku lupa kau juga menunjukkan gambar bertuliskan 'p' di dahi Kak Hali. Sepertinya ucapan Ice memang benar."

"Kau jangan ikut-ikutan terperdaya, Kak."

"Aku cuman yakin kalau genre kehidupan kita berubah menjadi genre misteri, kok."

"Bisa 'kah, kalian nggak meremehkan hal yang kupercaya?"

Ice memutar bola matanya malas. Ia terheran, apa yang salah dari 'kepercayaan'nya? Hanya karena itu adalah film fiksi, kedua kakaknya ini langsung mengecap dirinya sinting? Memangnya, selalu bergosip dengan para ayam--yang selalu Blaze lakukan ketika berpaspasan dengan hewan berkaki dua itu--tidak terbilang sinting?

"Sudah, ya, kakak-kakakku tersayang. Ayo, kita ganti topik. Sekarang, apa yang harus kita lakukan?"

Mendengar penuturan Solar, ruang keluarga bernuansa modern yang terhubung dengan ruang tamu itu seketika hening.

Murder Mystery-PBH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang