[ 3. Pesan Aneh ]

10.3K 832 438
                                    

[ 3. Aneh ]

WARNING!
BAHASA NON BAKU DAN BAKU!

WARNING!BAHASA NON BAKU DAN BAKU!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•́⁠ ⁠ ⁠‿⁠ ⁠,⁠•̀

Selasa, 20 April

Kebisingan khas obrolan siswa mulai terdengar. Dentuman bola yang dimainkan murid laki-laki untuk menunggu bel berbunyi menambah suasana sekolah pada kala itu. Ice memakirkan motornya di parkiran yang bersebelahan dengan lapangan. Pesona seorang Ice terlihat disaat ia membuka helm. Dengan menggunakan tangan, Ice menyibakan rambut panjangnya. Menyisir rambutnya yang berantakan. Terlalu terang pesona Ice hingga orang-orang disekitar parkiran merasa silau.

Selama di perjalan menuju kelas, masih terpikirkan oleh Ice apa maksud dari tulisan yang ada di kamar Taufan. Kenapa Taufan menulis seperti itu seolah-olah ialah yang bersalah?

Dan disaat itu pula, Ice tersadar.

Sebelum kejadian pembunuhan itu, Taufan sudah menunjukan keanehan. Terlalu sering melamun. Terkadang disaat melamun, Taufan selalu bergumam tidak jelas lalu tiba-tiba saja menangis. Taufan juga sering mengurung dirinya di kamar, dan tidak ingin keluar sebelum ada yang mengetuk pintu atau sekadar sekolah dan makan. Tatapannya hampa. Tetapi, masih bisa ia tutupi dengan senyuman lebar walau auranya sangat berbeda.

Lantas, ada apa dengan Taufan sekarang? Kenapa ia meminta maaf? Kenapa Taufan bersikap seolah-olah tahu tentang tragedi itu? Haruskah ia menanyakannya? Sepertinya tidak.

"Ice!"

Ice terperanjat kaget. Karena terlalu lama melamun, Ice tidak tahu sampai mana ia berjalan, ternyata saat ini ia tidak sedang berjalan. Melainkan berdiri di depan seorang gadis.

Ia melirik kebawah dimana perempuan itu sedang terduduk Sembari membuang muka. Alisnya menekuk. Pipinya juga terlihat lebih chubby dari biasanya. Sangat menggemaskan pikir Ice. Tentu sangat menggemaskan karena Ice menyukainya.

"Kenapa?"

Perempuan itu menatap Ice dengan tajam. Loh, memangnya, dirinya salah apa?

"Kau menabrakku."

"Lalu?"

"Aku terjatuh."

"Berdiri sendiri jangan manja."

"Kakiku kau injak." Segera Ice melirik kebawah. Ternyata benar, ia menginjak kaki mungil perempuan itu.

"Maaf," ucapnya datar sembari mengulurkan tangan. Aslinya, jantung Ice sedang berdegup kencang. Ingin sekali Ice berteriak, "AKU BERBICARA DENGAN GADIS YANG KU SUKA, LOH!" Tapi tak akan pernah ia melakukan hal sebodoh itu dalam hidupnya.

Gadis itu menerima uluran Ice. "Mau kemana?"

"Ke kelas." Ice kembali melangkahkan kakinya menuju kelas. Tidak ingin berlama-lama dengan seorang gadis yang ia suka. Lebih tepatnya malu. Kan, gawat, kalau ia benar-benar berteriak sekarang.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 11 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Murder Mystery-PBH Where stories live. Discover now