"Kosan no 127? wah itu kosan beken banget karena penghuninya ganteng ganteng."
"betewe beneran ya... kosan no 127 isi penghuninya bening bening semua"
"kamu ngga pusing ngadepin cowo ganteng tiap hari?"
Kisah kehidupan Hana yang dikelilingi oleh buj...
"Pokoknya.... Hana wajib masak buat kita!" ucap Burhan penuh semangat, "Setuju ga boy??"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Setujuu!!" ujar penghuni yang lain, "Hana wajib masak!!"
"Wuih Hana mau masak? Mantap lah makan gratis hehehe" celetuk Hilda membuatku menundukkan kepala malu, bu Tirta senyum senyum dari kejauhan mendukung mereka, "Sekali kali Han, latihan jadi istri."
"Aku juga belom pernah nyobain masakan kamu Han," timpal Hilda, "Kuy lah gaskeunnnn."
Seluruh isi rumah bersorak sorai sampai ketika Pak Tirta baru pulang dari kantor, "Ada apa boy kok pada ribut? Kedengeran loh sampe pager depan."
"Bang Burhan request Hana buat masak disini Pah." Yahya datang membawakan tas kerja ayahnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ya ide bagus itu." Jawab pak Tirta tertawa senang, "Masaknya yang banyak ya Han, anak-anak sini susah kenyangnya."
Aduh mas Dendiiiiii tolong aku napaaaaaa
.
.
"Jadi masak tadi?" mas Dendi muncul di ruang keluarga yang telah sepi, ia meregangkan tubuh dengan wajah dan rambut kusut
"Iya mas, emang ga kedengeran heboh banget?" tanyaku balik, mas Dendi menggeleng seraya bergabung denganku di sofa. "Mau makan sekarang?"
"Emang masih ada? Kan anak-anak sini susah banget kenyangnya." Ucap mas Dendi tertawa kecil kemudian bersender di pundakku.
"Omongannya sama banget kaya pak Tirta, padahal mas kan penghuni baru." Ucapku takjub.
"Soalnya beneran kayak gitu Han, kita kan punya system piket per hari siapa yang beres beres, siapa yang masak, gitu." Jawab mas Dendi, "Pokoknya kekeluargaan banget deh, makanya saya betah."
"Sukur deh." Jawabku gugup, nafas mas Dendi mendera leherku. "Ku ambilin makannya ya mas?"
Mas Dendi menggeleng kemudian berbisik, "Nanti aja, saya sekarang maunya kamu." Ucapnya seraya memegang pinggangku.
"Mas... bentar." Ucapku terkejut kemudian melihat ke sekitar. "Nanti kalo diliat abang abang yang lain gimana?"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ngga bakal." Bisik mas Dendi dengan wajah jahil, "Asal ngelakuinnya diem diem."
.
.
"Ceritanya patah hati nih?" celetuk Lutfi pada kakaknya. "Ngeliatin rumah nomer 127-nya gitu banget abisan."
"Gue baru mau bilang kalo gue suka ama dia, eh dia tiba-tiba pamit dijemput sama cowo kost 127." Jawab Luky setengah gusar.
"Terus lo merasa ditolak gitu?" Ledek Lutfi, "Sedih ye ditolak untuk pertama kalinya?"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lutfi tertawa kemudian bergabung dengan kakaknya duduk di beranda, "Tapi seriusan gue ngga tau kalo lu suka sama cewe itu bang."
"Emang dasar lu nya aja yang ga peka dek." Celetuk Luky, "Uda gue ceritain sampe tenggorokan gue kering... ketauan banget lu cuek. Tapi yang gue heran lu cuek gini mantan lu banyak ya.... Apalagi yang bucin sama lu, lebih banyak kali ya."
Lutfi tersenyum kemudian memandang kakaknya, "Kok lu bisa suka sama Hana sih bang? Baru berapa bulan jadi tetangga udah menaruh hati aja."
"Gatau deh abisan dia jutek, tomboy, kasar gitu..." ucap Luky, "Tapi tetep manis kalo senyum."
"Yailah bang." Ucap Lutfi, "Lu liat itu kost 127? Itu udah dianggep keluarga sama si Hana dan mereka tuh ganteng ganteng banget, pantes dia nolak lu... standarnya setinggi penghuni kost 127."
"Huh... liat aja ntar tu cewe bakal bikin gue bikin oleng!" ucap Luky kemudian masuk rumah dengan gusar.
.
.
.
next publish: PERSONA • TREASURE X TRUZ fanfiction