{Dua Puluh Enam}✓

164 16 1
                                    

***

Maeda kini terbangun disebuah ruangan hampa berwarna putih. Semuanya benar-benar hampa dan hanya warna putih yang ia lihat. Maeda sedikit panik karena ia fobia dengan ruangan sempit.

Tiba-tiba saja datang seseorang dari hadapannya, mengenakan baju berwarna putih, perawakannya sangat mirip dengan Axel, tapi ia sangat yakin bahwa itu bukanlah Axel.

"Halo, Maeda" sapa pemuda dihadapannya, raut wajah Maeda bingung.

"Axel? Eh bukan..." Maeda berpikir-pikir ulang.

"Ayo tebak siapa?" pemuda itu mengerjai Maeda. Maeda terus berpikir dan mengingat-ingat kembali.

"Kalau ini inget gak?" tiba-tiba saja pemuda dihadapannya berubah menjadi anak kecil dalam seketika, Maeda terkejut bukan main.

"CECEL!?" Maeda sedikit berteriak karena kegirangan.

"Betul!" pemuda itu kembali ke wujud semula.

"Inget kan sekarang?" tanya Cecel kepada Maeda.

"Inget lah. Eh tapi kamu gede nya ganteng ya---maksud ku, kamu ngingetin aku kepada seseorang" ujar Maeda.

"Siapa? Pacar kamu? Si Axel? Hihi" tanya Cecel.

"Lah, kok tau. Tunggu, kok kamu tau Axel!?" Maeda terheran-heran.

"Gimana kalau kita kenalan ulang aja?" tawar Cecel sembari mengulurkan tangannya.

"Kenalin, aku Christopher Ixellyansyah, kembarannya Axel, sahabat kecil kamu, alias Cecel" ujar Ixel memperkenalkan diri kepada Maeda. Maeda menyambut lengan Ixel, dingin luar biasa yang Maeda rasakan.

"I-Xel? A-Xel? Jadi, yang dulu main bareng itu...." Maeda terlihat berpikir keras.

"Iyah, itu aku" jawab Ixel. Tiba-tiba saja Maeda memeluk Ixel dengan erat, ia menangis di pelukan Ixel, Ixel membalasnya dengan erat.

"Aku kangen banget sama kamu... Aku kira selama ini Axel itu kamu..." Maeda menangis tersedu-sedu. I-Xel mengusap-usap pundak Maeda. Mereka melepas pelukan dan saling berpandangan.

"Aku mau berterima kasih sama kamu karena kamu udah jaga adik kembaran aku, dan kamu juga udah menghapus bayang-bayang aku di hati nya" ujar Ixel.

"Em, kalau boleh tau, kamu kenapa bisa... Ya... Maaf, meninggal?" Maeda bertanya dengan sedikit keraguan, takut hati Ixel tersinggung.

"Aku korban kecelakaan maut, Eda. Terus kamu? Kenapa kamu juga udah disini?" tanya Ixel kepada Maeda.

"Ah, itu... Emang ini dimana!?" Maeda tiba-tiba saja panik.

"Hahaha, kamu gak perlu tau ini dimana. Kamu pulang ya, tolong jagain Axel lagi" ujar Ixel kepada Maeda.

"T-tapi, kita baru aja ketemu lagi... A-aku masih rindu..." kata Maeda terbata-bata. Ixel tersenyum dengan begitu manis.

"Yaudah sini aku kasih kenangan yang gak bakal pernah bisa ilang" ditangkupnya wajah Maeda dan...

Cup.

Satu kecupan hangat mendarat di dahi Maeda. Untuk sebentar Maeda terpaku.

"Pulang ya. Kamu belum saatnya dateng kesini, kejar cita-cita kamu, jaga Axel, mulai sekarang kamu bakal liat diri aku di dalem Axel. Katanya kamu sayang aku kan? Aku juga sayang sama kamu" ujar Ixel seraya dirinya berubah menjadi pecahan cahaya-cahaya kecil dan menghilang dari pandangan Maeda.

Seketika ruangan yang tadinya berwarna putih, kini berputar-putar menjadi warna hitam gelap gulita.
.
.
.
"Mae!"

"Maeda..."

Alasanku, Maybe? (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang