"Kini, aku tidak lagi memiliki alasan untuk melupakankanmu. Karena aku yakin, jika itu tak akan mungkin."
- P e r i s h a b l e-
13. Orang misterius
****
Selama diperjalanan menuju rumah, tangan kiri Merza selalu menggengam ponsel, sedangkan tangan satunya lagi fokus mengendalikan kemudi mobil. Pesan dari nomor Kakaknya itu berhasil membuat pikirannya berkecamuk.
Siapa yang mengirim pesan itu?
Tidak mungkin Melva, karena Merza jelas melihat Kakaknya itu dimakamkan. Dan tidak mungkin dia hidup lagi, kan? Haha, itu sangat konyol. Tampaknya Merza terlalu sering menonton horor, jadi wajar jika pikirannya kini mengarah ke sana.
Lalu, apakah ini orang iseng yang mencuri ponsel Melva lalu menakut-nakuti Merza melalui pesannya tadi? Itu bisa saja. Tapi, siapa dia?
Saat sedang memikirkan itu tiba-tiba saja mobil Merza berhenti, dia mencoba menghidupkan kembali, tapi tidak berhasil. Merza terus melakukan itu hingga dia lelah sendiri dan akhirnya memilih keluar dari mobil.
Sangat sial, mengapa mobilnya harus mogok di waktu dan di tempat seperti ini? Di mana tidak ada rumah ataupun warung, hanya pepohonan saja di sisi kiri dan kanannya.
"Siti sitii, mogok mulu kerjaan lo ya! Gue ganti baru tau rasa!" decaknya sembari membuka kap mobil, melihat mesin mana yang mengalami kerusakan.
"Duh, gue nggak ngerti cara perbaikinya lagi!" ucapnya lirih. Mengingat sesuatu Merza langsung kembali ke dalam mobil, mengambil ponselnya untuk meminta bantuan pada Papa.
Namun lagi-lagi, karena mungkin hari ini dia tengah sial, ponselnya kehabisan baterai.
Merza tersenyum hambar, "Za, lo ada buat dosa apa hari ini?" tanyanya pada diri sendiri. Dia kemudian kembali keluar, berkacak pinggang dengan kedua mata yang meneliti keadaan sekitar. Hari sudah mulai gelap, dan jika nanti dia masih belum mendapat bantuan, mau bagaimana nasibnya?
"Hei, mobil lo kenapa?" suara seseorang yang berasal dari arah belakang membuat Merza tergejolak kaget, karena dia pikir itu preman jalanan. Tapi, jika dilihat-lihat dari penampilannya, hampir mirip preman, sih.
"Lo..siapa? Pergi sana! Mau macem-macem ya lo?!" balas Merza dengan mengangkat kepalan tangannya.
Sedangkan cowok yang duduk diatas motor itu pun terkekeh pelan dan membuka kaca helm full facenya, hingga Merza menyipitkan mata. Dia pernah melihat orang itu, tapi di mana?
"Tadinya gue mau bantuin, tapi kayaknya lo lagi nggak butuh bantuan. Yaudah, gue pergi aja kalo gitu," kata Darga seraya ingin menghidupkan mesin motornya, tapi Merza lebih dulu menahan tangannya.
YOU ARE READING
Perishable (Segera Terbit)
RomanceApa yang kamu rasakan saat bisa menjadi pacar seorang lelaki yang kamu cintai? Pasti bahagia, bukan? Dan itulah yang Merza rasakan. Awalnya dia begitu bahagia karena bisa berpacaran dengan Regan, dan tak peduli dengan sikap dingin cowok itu padanya...