Senior Bastard

307 42 32
                                    

"Hanbin, ini gawat! Senior Jay mencarimu!" Teriakan Chanwoo di kelas membuat tidurku terganggu.

Aku mengangkat wajahku diatas meja, menatap pada Chanwoo yang terengah-engah dengan wajah panik.

"Tch. Kenapa kau ketakutan? Bukankah dia hanya cebol pengganggu? Kenapa tidak kau lawan dengan tubuh tiang listrikmu itu?" Sarkasku sebelum kembali melanjutkan tidurku.

"Aishhhh.... Kim Hanbin!" Aku ditarik olehnya agar kembali bangun dan tidak tidur lagi. Aishh anak ini. Benar-benar mengganggu.

"Memangnya siapa yang berani melawan senior Jay? Cebol-cebol begitu juga dia yang terbaik dalam bertarung! Kau tidak tahu ya jika dia dan gengnya telah memenangkan berbagai pertempuran antar sekolah selama tiga tahun ini? Tidak ada yang berani menyentuh mereka di sekolah ini. Bahkan kepala sekolah saja akan kencing di celana jika membuat geng mereka marah." Cerocosan Chanwoo benar-benar membuatku jengah. Dia benar-benar melebih-lebihkan cerita. Membuatku kesal.

"Kenapa aku harus peduli? Aku tidak pernah membuat masalah dengan mereka. Kenapa aku harus repot-repot memenuhi panggilan cebol itu?"

"Oi, aku mendengarmu."

Suara itu....

Kulihat Chanwoo berbalik ke arah pintu kemudian mundur beberapa langkah hingga bokongnya membentur mejaku. Sekelompok orang berdiri disana, dengan sang ketua bertubuh paling kecil yang berdiri paling depan. Wajah mereka tidak ramah sama sekali. Teman-teman sekelasku beringsut mundur ke belakang kelas. Aku melihat sekeliling dan kembali ke arah si cebol.

"Oh? Ada apa ini?" Aku bingung sendiri. Ada apa dengan semua orang?

Wajah si cebol tampak tidak menyenangkan dilihat. Dia masuk ke dalam kelas. Langkah kakinya kulihat begitu angkuh, seolah-olah dia ingin mengeluarkan aura intimidasi. Tapi menurutku, dia tampak seperti kepala geng tak penting dari sekelompok anak-anak nakal di sekolah dasar. Begitu konyol.

Lelaki cebol yang dipanggil Jay itu ternyata mendekat ke arahku. Kulihat satu kakinya terangkat hendak menginjak pinggir meja, namun sayangnya, kaki pendeknya tampak kesulitan sehingga dia mengalihkan kakinya ke atas kursi di depan mejaku. Memasang raut yang menurutku terlihat menggelikan, seolah-olah dia ingin membuatku ketakutan.

"Oi, junior. Kau tahu aku kan?"

Aku menatapnya malas dan menjawab, "apa aku perlu tahu siapa dirimu?"

Kulihat raut wajahnya berubah menjadi jelek. Tiba-tiba dia menggebrak meja dengan keras, membuat teman-teman kelasku ketakutan. Chanwoo di belakangku berbisik, memintaku untuk tak melakukan apapun yang membuat si cebol marah.

Oh? Kenapa aku harus melakukan itu?

"Kau punya nyali, Kim. Menarik." Tangannya mengambil penggaris dan dengan benda itu, dia menyentuh daguku dan menaikkannya agar aku menatapnya.

"Kudengar, dulu kau adalah preman di SMP. Aku akan memberimu penawaran yang sangat bagus." Suaranya terdengar seperti burung beo tua menurutku, mengganggu.

Aku menaikkan satu alis. "Oh? Apa itu? Jika itu menarik, aku mungkin akan mempertimbangkannya."

Si cebol menyeringai, dia mencondongkan tubuhnya ke arahku hingga wajah kami berdekatan. Aku bahkan bisa melihat tahi lalat kecil di pipi sebelah kirinya.

"Bergabunglah dengan geng kami. Maka, kau akan menjadi orang paling dihormati di sekolah."

Aku terdiam mendengar ucapannya. Bergabung dengan gengnya? Menjadi orang paling dihormati? Lelucon macam apa yang sedang dia katakan?

Aku tidak bisa menahan lagi dan akhirnya tawaku pecah. Membuat semua orang menatapku heran.

"Maaf, senior. Aku tidak tertarik bergabung dengan kawanan burung beo tua dan ...." aku melirik ke arah lelaki bermata sipit dengan piercing di telinganya, juga seorang lelaki bertubuh paling tinggi dan kekar dengan wajah seperti preman.

ALL ABOUT BINHWANWhere stories live. Discover now