Senior Bastard 2 : Story Begins on the Rooftop

224 36 15
                                    

Nyatanya, meskipun Kim Hanbin tidak ingin memenuhi perintah Jay alias Kim Jinhwan itu untuk datang ke rooftop, dia masih datang karena ancaman 'untuk mencium Hanbin di depan umum' sepertinya bukan sekedar omong kosong, mengingat seberapa bajingannya lelaki itu.

Hanbin melihat Jinhwan sedang duduk di atas tembok pembatas dengan sebatang rokok yang menyala di sela jemarinya yang lentik. Seniornya itu tersenyum dengan cara bajingan ketika melihat Hanbin dan segera melompat dari atas tembok yang hanya setinggi dada itu. Dia menyesap rokoknya dengan semangat sebelum menghembuskan asapnya ke udara.

"Kau datang juga, Hanbin."

Hanbin hanya bergumam dan berdiri dengan wajah tanpa ekspresinya, menatap Jinhwan yang sedang menjentikan abu rokok.

"Apa yang kau inginkan?" tanya Hanbin tanpa berbasa-basi.

Jinhwan merogoh saku seragamnya dan mengeluarkan sebatang rokok lalu mengulurkannya ke arah Hanbin. Yang ditawari sebenarnya juga sedang ingin merokok, tapi dia gengsi untuk menerima rokok dari senior bajingan itu. Tangannya mengisyaratkan sebuah penolakan, tapi Jinhwan terkekeh.

Jinhwan berkata, "Aku tahu kau ingin menerimanya, tapi karena kau tidak suka padaku, jadi kau menjaga gengsimu. Ayolah, sebagai pria, berbagi rokok itu adalah hal biasa meskipun bersama musuhmu."

Hanbin berdecih dan akhirnya menerima rokok itu dari tangan Jinhwan dengan malas. Kemudian dia menjepit rokok itu diantara bibirnya, sementara Jinhwan mengeluarkan pemantik dan membantu Hanbin menyalakan rokoknya.

"Tidak semua anggota geng kami mendapat kehormatan semacam ini. Kau beruntung, Kim Hanbin," ucap Jinhwan dengan wajah senyumnya sebelum mematikan pemantik dan memasukkannya kembali ke dalam saku seragam.

"Omong kosong," sahut Hanbin datar kemudian menyesap rokok di bibirnya dan menghembuskan asapnya setelahnya.

Jinhwan tertawa kecil dan melangkah ke arah tembok, memunggungi Hanbin. "Betapa dinginnya~"

Hanbin melihat lelaki itu menyandarkan punggungnya pada tembok pembatas dan kembali menikmati rokoknya.

"Apa yang kau inginkan?" Hanbin berjalan mendekat dan ikut bersandar pada tembok pembatas di samping Jinhwan. Satu kaki dia naikkan ke belakang sebagai penopang tubuh pada tembok.

Jinhwan tidak menjawab langsung dan hanya menghembuskan asap rokok dari hisapan terakhirnya ke atas. Setelah itu dia membuang rokoknya dan menghancurkannya dengan kaki.

"Aku membutuhkan orang kuat untuk melanjutkan geng sekolah kami," ucap Jinhwan dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana sekolahnya, "Aku dan anggota kelas tiga lain harus mempersiapkan ujian akhir dan semua anggota dari kelas satu dan dua mulai berdebat tentang siapa yang akan menjadi penerusku. Seminggu ke belakang terjadi kekacauan. Tanpa sepengetahuanku, mereka memilih beberapa kandidat dari kelas dua. Aku dan dua petinggi geng kami, maksudku Bobby dan Jun, marah besar kepada mereka dan menghajar siapapun yang bertindak seenaknya soal memilih kandidat. Benar-benar kacau."

Jinhwan menghela nafas, mengeluarkan pemantik dari saku dan memainkannya di tangannya. Dia berkata, "Sebelumnya kami tidak pernah terlibat pertengkaran antar anggota. Itu masih wajar saat aku menghajar mereka untuk memberi hukuman, bahkan Bobby dan Jun adalah orang yang paling sering kuhajar. Namun, mendapat perlawanan balik itu adalah hal baru untukku. Aku kira mereka tidak memiliki nyali untuk melawan dan memukulku kembali. Saat itu aku sangat marah dan membalas mereka hingga akhirnya mereka tidak sadarkan diri."

Hanbin sedikit mengangkat alis, dia menyesap rokoknya dengan tenang, "Apa mereka masuk rumah sakit?"

Jinhwan mengangguk, "Orang tua mereka hendak menuntutku. Tapi setelah mengetahui siapa orang tuaku, mereka mundur. Akhirnya aku memutuskan untuk mengeluarkan anak-anak tak bergunanya dari geng."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 25, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ALL ABOUT BINHWANWhere stories live. Discover now