3. Kesendirian

88 15 26
                                    

    "Aku hidup di lingkungan yang penuh keramaian tapi mataku seakan tertutup, hanya ada kegelapan, aku tak butuh lampu ataupun senter, aku hanya butuh pelita. Apa kalian tahu rasanya berada di fase ini?
-Kiri-

🐾Happy reading🐾


Rumah besar bertingkat layaknya sebuah istana raja di cerita dongeng dengan cat berwana putih, mobil Kiri kini terparkir di bagasi rumahnya.

Mendengar suara mobil Kiri, semua pembantu siap siaga untuk membukakan Kiri pintu di rumah yang besar itu. "Silahkan non," ucap salah satu pembantunya yaitu bi Marni.

Dengan wajah yang slalu di tengkuk Kiri lalu masuk di ikuti Naya yang berada di belakangnya, Kiri yang melihat papi dan ibu tirinya yaitu Marisa berada di ruang keluarga sontak memberhentikan langkahnya. "Lain kali suruh anak tiri papi pulang sendiri, aku gak sudi pulang bareng dia, N-G-E-R-E-P-O-T-I-N!" Gumam kiri dengan penuh penekanan.

"Kiri jaga ucapan kamu, dia itu adik kamu," tegur Brama.

"Aku gak punya adik dan gak bakalan pernah punya adik!"

"Apa salah Naya ke kamu, sampai kamu gak mau terima dia sebagai adik," ucapnya berusaha memberi Kiri penjelasan.

  Kiri lalu mengeratkan pegangan tasnya dengan satu tangannya lalu menatap dengan sinis ibu  dan anak itu yang notabenenya sebagai ibu tiri dan adik tirinya. "KARENA MEREKA UDAH MASUK DI KELUARGA BRAMA! AKU BENCI ORANG LAIN ADA DI KEHIDUPAN KITA PI!" Ucap kiri, "DAN ASAL PAPI TAU! AKU JUGA BENCI SAMA PAPI, SEMENJAK PAPI NIKAH SAMA PEREMPUAN ITU AKU MERASA PAPI SAMA JAHATNYA DENGAN MAMI!

"KIRI JAGA BATASAN KAMU!" Teriak Brama lalu berjalan menghampiri Kiri.

Hampir saja Brama menampar Kiri tapi di cegah oleh Naya," papi jangan!" Teriak Naya menghentikan Brama.

  Kiri yang mendengar Naya memanggil Papinya dengan sebutan Papi juga langsung menatap Naya tajam, sontak Naya menutup mulutnya rapat-rapat. "UDAH BERAPA KALI GUE BILANGIN JANGAN PERNAH MULUT LO KELUARIN SEBUTAN PAPI KE PAPI GUE!" Ucap Kiri dengan menaikkan telunjuknya ke arah Naya.

"KIRI! Papi gak pernah ajarin kamu seperti itu!" Bentak Brama.

"Udah mas gak papa, kamu jangan bentak-bentak Kiri terus." Sahut Marisa memenangkan Brama.

"Anda tidak usah berlagak baik terhadap saya, saya tidak butuh di bela," sindir Kiri lalu berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.

Brama yang melihat itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, ia tidak tau apa yang Kiri inginkan padahal Marisa dan Naya adalah orang yang sangat baik terlebih lagi Marisa ia sangat memperlakukan Kiri layaknya anak kandung tetapi Kiri tak pernah mau menerima menganggapnya.

"Kapan dia akan dewasa Mar?" Tanya Brama pada Marisa sedangkan Naya langsung berjalan ke kamarnya.

"Dia sudah dewasa mas, hanya saja cara berpikir dia berbeda dengan gadis lainnya" gumam  Marisa sambil tersenyum ramah.

  "Dia sangat menyayangi Maminya, andai saja dia tau kelakuan Maminya seperti apa, dia tidak akan seperti ini," keluh Brama.

"Suatu saat dia bakalan tau kok Mas."

*********

Kamar bercat warna hitam putih kini menampakkan gadis yang sedang menatap dirinya di cermin. "Tiga tahun terakhir ini gue emang hidup di lingkungan banyak orang, tapi kenapa gue selalu merasa sendiri, hidup di tengah keramaian tetapi mata gue seakan tertutup dan hanya ada kegelapan." Lirihnya

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 03, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

KANAN Untuk KIRIWhere stories live. Discover now