Prolog

231 85 55
                                    

"Apa bumi bisa mendengar isak tangisku? Jika bisa tolong beritahukan padanya, aku malu dengan dunia yang bisa mendengar tangisku ini"
-kiri-

🐾Happy reading🐾

3 tahun lalu

Seorang anak perempuan cantik, lembut dan ramah yang mengintip di balik pintu kamarnya melihat orang tuanya sedang bertengkar hebat.

"Kamu dari mana saja Vina sudah jam segini baru pulang?" Tanya Brama.

"Ketemu temen-temen mas," jawab Vina

"Jangan bohong Vina!" Bentak Brama.

"Mas! Bisa tidak kamu sekali saja jangan bentak aku!" Bentak Vina

"Bagaimana bisa aku ngomong baik-baik sama kamu Vina, ribuan kali sudah aku menegur mu, apa kamu punya laki-laki lain di luar sana hah?!" Teriak Brama sampai-sampai suaranya menggema keseluruhan ruangan.

Plak!

Suara tamparan nyaris membuat anak perempuan itu menangis dalam kebungkamannya.

"Berani sekali kamu menamparku Vina!" Bentak Brama.

"Jangan pernah kamu ulangi ucapan mu itu mas," gertak Vina yang sudah di hujani air mata.

"Aku sudah tidak sanggup dengan sikap mu yang seperti ini," gumam Brama seraya menaikkan telunjuknya ke arah istrinya.

"Aku juga sudah muak dengan sikap mu mas!sudah cukup kamu slalu memfitnah ku," balasnya.

"Aku mau kita pisah! Gak ada gunanya kita mempertahankan rumah tangga ini," ucap Brama.

Vina terdiam sejenak sedetik setelah itu matanya memerah. "Baik, kalo itu kemauan mu, aku hargai keputusan mu,"tubuh Vina bergetar terus menahan isak tangisnya.

Dua Minggu setelah pertengkaran Brama dan Vina, mereka resmi bercerai.

Anak perempuan itu tengah berdiri memandangi sang ibu dengan tatapan sendu yang sedang mengemas semua barangnya ke dalam koper.

"Mami beneran mau pergi?" Tnyanya

Vina menoleh menatap sang anak. "Kemari sayang," jawab Vina.

Anak perempuan itu pun berjalan mendekati sang ibu. "Hiks...mami kenapa mau tinggalin kiri, kiri ikut, yah sama mami,"ucapnya sembari menatap sang ibu penuh air mata.

Vina pun mengusap air mata anak satu-satunya itu. "Maafin mami sayang, mami gak bisa, mami akan pergi jauh dari sini, kamu jangan nakal, buat papi bangga ya, sayang," sahut Vina sambil mendekap memeluk tubuh putrinya.

Vina lalu bergegas menggandeng kopernya keluar. "Mami jahat! kiri benci sama mami!" Teriak kiri pada sang ibu yang berjalan semakin jauh, sedangkan Brama berusaha menenangkan kiri.

Kiri pun berlari menuju kamarnya, mengunci pintu dan mengurung diri. "Kiri buka pintunya papi mau ngomong," sahut Brama.

"Kiri gak mau denger apa-apa, kiri benci kalian berdua!" Jawabnya yang di sertai tangisan.

"Maafkan Mami dan Papi, tapi kita berdua memang sudah tidak cocok lagi sayang," gumam Brama memberi kiri penjelasan.

Tubuh kiri bergetar berusaha menahan isak tangisnya. "Aku bilang pergi pi! Pergi!" Teriaknya dengan suara serak lalu bersandar di balik pintu kamarnya.

"Kata orang banyak hidup itu pilihan, lalu mengapa aku tak bisa memilih? Aku sama sekali tak mempunyai kesempatan untuk itu, maka dari itu aku menyangkal, hidup itu memang pilihan tapi bagi orang yang beruntung saja, dan mungkin keberuntungan itu tidak memihakku"

Hallo gengs!

Aku bawa cerita baru nih! Dibaca ya

Teken bintangnya...+komen ya💛

Jgn lupa tungguin up-nya! 🔥

Stay tune✨

KANAN Untuk KIRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang