17. WINB🐵

590 108 23
                                    

Karel tidak bisa langsung mengejar Dasya yang berlari, pasalnya dua temannya yang tak teriman Karel menojoknyapun membalas memukul Karel yang membuat ujung bibir Karel terluka. Karel yang belum terima jika ada yang merendahkan Dasya terus memukul keduanya tanpa ampun membuat ketiga orang itu harus menghadap guru BK.

Karel menghembuskan napasnya, dirinya memang tak tau jika Dasya akan mendengar semua kata demi kata menyakitkan itu. Karelpun baru sadar Dasya berdiri disana ketika Dasya berlari dan tak sengaja menabrak pintu membuat suara keras dan Karel menengok, saat itulah Karel bisa melihat Dasya yang sudah berlari.

Karel mengacak rambutnya, memikirkan bagaimana Dasya sekarang, Karel sangat khawatir. Sehabis dari ruang BKpun Karel coba mencari Dasya tapi cowok itu tidak menemukan Dasya, sampai bell berbunyipun Karel tak bisa menemukan Dasya. Karel sempat bertanya pada Syifa, Syifa bilang Dasya sudah pulang dan sekarang karel buru-buru menuju kerumah Dasya tanpa pulang kerumahnya dulu.

"Assalamu'alaikum." Karel menekan tombol bel rumah Dasya. Cowok itu bahkan sudah gelisah, entah kenapa memikirkan Dasya yang menangis membuat dirinya tak tenang.

Beberapa saat Karel berdiri dan kembali menekan tombol bel pintu berbuka, didepannya berdiri Mama Dasya yang sedang tersenyum.

"Tante Dasya ada?" Tanya Karel cepat.

"Loh belum, Dasya tadi Dasyanya Chat bilang mau pergi sama temennya dulu, Dasya nggak cerita sama kamu?" Tanya Mama Dasya. Wanita yang tidak muda lagi itu nampak mengernyitkan alisnya, pasalnya Dasya selalu bersama dengan Karel biasanya, dan sekarang dirinya bisa melihat wajah gelisah Karel.

Karel menggeleng kecil, "nggak," jawabnya, cowok itu menarik napasnya.

Karel memikirkan Dasya pergi kemana, Syifa bilang Dasya sudah pulang duluan dan Karel tau jika Dasya tidak punya teman dekat selain dirinya dan Syifa. Bukankan biasanya cewek itu sering malas jika harus pergi dulu setelah pulang sekolah?

"Ya udah tante saya pamit dulu," ucap Karel sopan, kemudian mencium tangan Mama Dasya, yang karel sudah anggap seperti Mamanya sendiri, karena sejak kecilpun Karel sudah dekat dengan keluarga ini.

Setelah itu Karel mengucap salam dan dibalas Mama Dasya. Cowok itu kemudian langsung pergi, tidak pulang kerumahnya, padahal rumahnya ada didepan rumah Dasya. Karel pikir dia harus mencari Dasya, perasaannya tidak enak sekarang.

Karel bingung harus mencari kemana, Dasya jarang pergi, bahkan tak ada satu tepatpun yang biasanya sering didatangi cewek itu, Dasya teramat malas untuk sekedar keluar rumah selain kesekolah.

Karel mengembuskan napasnya keras ketika tidak menemukan Dasya ditaman. Bahkan Karel sudah coba menelpon Syifa, takut ternyata Dasya ada disana, nyatanya tak ada disana bahkan Syifapun ikut bingung kemana perginya Dasya.

Ponsel Dasya sedari tadi tidak aktif, Karel tidak bisa menghubunginya yang membuat Karel benar-banar bingung.

Karel capek sedari tadi sudah muter-muter kesana kemari tapi tak juga menemukan Dasya. Karel berjalan kearah bangku yang ada dipinggir jalan kecil, cowok itu merebahkan badannya disana, memejamkan matanya kemudian meresapi apa yang terjadi.

Karel tak suka, Karel benar-benar marah ketika ada yang merendahkan Dasya. Karel coba untuk menahan untuk tidak menghajar kedua temannya itu, tapi Karel tidak tahan, dirinya benar-benar benci dengan siapapun yang merendahkan Dasya.

"Sakit ya sya, sama aku juga," ucap Karel pelan. Karel benci melihat wajah sedih dan kecewa Dasya.

"Lo itu jelek, ngaca jelek!" Karel terperanjat ketika mendengar suara teriakan itu. Dengan cepat karel berdiri dari duduknya, berjalan kearah belakang dekat danau buatan yang tidak terlalu jauh dari tempat duduknya. Suara teriakan tadi cukup keras membuat Karel mendengarnya.

"Salah gue sama kalian apa? Apa salah kalo gue jelek." Terdengar isakan kecil. Jantung Karel berdetak cepat ketika mendengar suara itu.

Suara Dasya.

Karel langsung berlari kearah belakang pohon besar yang menutupi itu, mata Karel membulat ketika melihat Dasya sedang terduduk sambil menangis badan Dasya terlihat bergetar.

Dua cewek yang Karel tidak tau namanya, tapi Karel bebrrapa kali melihat keduanya dijelas Dasya, sedang merundung Dasya.

Karel langsung menarik lembut tangan Dasya, membawa Dasya berdiri disampingnya. Karel tak bisa menutupi wajah marahnya ketika menatap dua siswi didepannya ini.

"Karel," ucap siswi itu pelan, nampak keduanya ketakutan ketika melihat Karel berdiri didepannya sekarang sambil menatap tajam keduanya.

"Lo berdua kenapa?! Ada salah apa Dasya sama kalian!" Teriak Karel. Keduanya nampak tersentak kemudian menunduk takut.

"Gue tanya ada salah apa Dasya sama kalian, jangan diem aja, tadi lu berdua perasaan berani banget sama Dasya," desis Karel.

"Gue nggak suka sama Dasya," ucap satu cewek dengan rambut panjang yabg lurus. Cewek itu mulai mencoba berani mendongakkan kepalanya sambil melirik Dasya tidak suka.

"Ada yang nyuruh lo suka sama Dasya? Nggak suka tutup mata, atau lo tinggal pergi, dia nggak nganggu lo berdua." Karel mulai kesal, mengetahui apa yang membuat Dasya menerima perundungan seperti itu.

"Gue vidioin tadi, bakal gue laporin ke guru BK kalo lo berdua masih kaya gini," ucap Karel. Karel memegang ponselnya mengibas-ibaskan didepan kedua cewek didepannya.

Karel bohong soal Vidio itu, itu hanya untuk mengancam keduanya. Mana sempat Karel, vidioin itu, melihat Dasya menangis membuat karel ingin cepat-cepat menarik tangganya.

"Maaf," ucap keduanya bersamaan. Karel hanya diam melirik Dasya yang juga hanya diam, wajahnya memerah karena menangis.

"Ayo Sya," Karel menarik tangan Dasya lembut membawa Dasya menjauh dari dua orang itu. Karel menbawa Dasya menuju kearah bangku tadi, mungkin Dasya butuh untuk menengkan diri.

Tapi belum sampai kursi itu, Dasya melepaskan genggaman tangan Karel pada tangannya membuat Karel berbalik menatap Dasya yang menunduk dan kembali terisak.

"Kenapa Sya?" Tanya Karel khawatir. Dasya tidak menjawab. Cewek itu malah menangis kemudian mengusap wajahnya keras.

"Kenapa sih? Kenapa aku kaya gini? Aku cuma bisa nyusahin kamu terus, aku bergantung banget sama kamu, aku... aku.." Dasya kehabisan kata-katanya membuatnya hanya bisa menangis sambil menunduk.

Karel mendekat menepuk-nepuk punggung Dasya, rasanya sedih melihat Dasya menangis didepannya.

"Yang bilang kamu nyusahin siapa?" Tanya Karel lembut. Dasya mendongak, matanya tepat terkunci pada manik mata Karel, sebelum Dasya kembali menunduk.

"Mereka," jawab Dasya pelan.

Karel terkekeh, menjauhkan tubuhnya sedikit kebelakang, menatap sahabatnya didepannya ini yang benar-benar nampak rapuh.

"Bukan aku kan yang bilang." Karel tersenyum lebar, berusaha menyakinkan Dasya. Tak ada sedikutpun Karel merasa Dasya begitu menyusahkannya, Karel senang melakukan ini semua.

"Kamu cuma gak mau bilang," balas Dasya sambil menatap wajah Karel, mencari-cari kebohongan lewat raut wajah Cowok itu, nyatanya Karel nampak yakin.

"Kalo menurutku kamu nyusahin Sya, pasti dari dulu aku udah nggak mau deket-deket kamu," ucap Karel bersaman dengan tangan cowok itu yang terulur mengusap kepala Dasya.

Sedangkan Dasya cewek itu hanya bisa diam.


***


Mau temen satu kaya Karel, cari dimana ya?

Sulawesi Tenggara,
12 Februari 2020

DeaAypu

Why, I'm not Beautiful?Where stories live. Discover now