21. WINB🐵

746 115 23
                                    

Karel baru saja datang kerumah Dasya, cowok itu membawa plastik hitam besar berisi cemilan yang sengaja dia belikan untuk Dasya. Tapi cowok itu mendadak berdecak kesal ketika melihat Gilang yang sudah dudik disofa sambil memperhatikan Dasya yang sedang berkutat dengan laptopnya. Yang semakin membuat cowok itu kesal karena dimeja sudah banyak cemilan.

"Eh baru datang. Lama ih, dari mana?" Tanya Dasya melihat sahabatnya itu. Karel menarik napasnya menengok kearah Gilang yang tersenyum kearahnya.

"Dari beli Jajan ni, buat kamu." Karel menunjukan plastik besar yang dibelinya. Kemudian cowok menaruh plastik yang berisi jajanan itu didepan Dasya sebelum cowok itu mendudukan diri tepat disamping Dasya.

"Telat ih, Gilang udah beliin nih banyak." Karel menatap kearah Jajanan yang sudah berjejer dimeja, Karel menghembuskan napas sambil melirik Gilang. Entah kenapa bukan Karel membenci cowok itu, atau Karel tak suka jika Dasya berteman hanya saja entahlah, ada rasa yang mengganggunya ketika Dasya berdekatan dengan Gilang.

"Sya jalan yuk, kamu gak bosen dirumah terus? Tante bilang kamu jarang main, gak baik loh, dirumah terus," ajak Gilang. Dasya nampak memberhentikan kegiatannya yang sedang mengetik sesuatu di Laptopnya. Dasya nampak diam sejenak seperti berfikir, tak perlau waktu lama cewek itu menggeleng.

Dirinya malas.

Gilang nampak berdecak, cowok itu mendekat Dasya, mengambil Laptop dipangkuan Dasya kemudian Gilang menaruh laptop itu dimeja dan  menutupnya. Dasya masih diam memperhatikan gerakan Gilang.

"Ih, Lang!" Pekik Dasya ketika Galang menarik tangan Dasya, Membuat Karel yang memperhatikan itu menatap tajam Gilang. Giang tak menanggapi tatapan tajam Karel, yang menjadi fokus Gilang saat ini hanyalah Dasya.

Galang membawa Dasya keluar dari rumah. Dasya yang ditarik tangannyapun hanya diam. Tak sakit tarikan Galang bagaimana tidak yang cowok itu tarik adalah lengan baju panjangnya.

Karel yang sedari tadi memperhatikan itu, mengejar Dasya dan Gilang. Karel menarik pundak Dasya membuat Dasya dan Gilang berbalik. Karel nampak kesal terlihat dari raut wajahnya. Karel berdecak kemudian melepaskan paksa tangan Gilang.

"Nggak usah tarik-tarik." Gilang hanya diam, cowok itu malah menyenderkan badannya pada tiang penyangga rumah Dasya.

"Jadi mau keluar nggak Sya?" Tanya Gilang. Dasya menjadi canggung karena perubahan wajah Karel dan Gilang. Dasya hanya menggangguk. Mungkin main sebenatar tak salah, Dasya juga jarang main keluar rumah.

"Ya udah ayok." Tangan Gilang baru saja akan menggandeng Dasya tapi Karel dengan cepat memukul tangan Gilang. Mambuat Gilang memutar bola matanya.

"Gue ikut," ucap Karel. Gilang maupun Dasya hanya mengangguk.

Ketiganya langsung menuju kearah taman kota. Karel berboncengan dengan Dasya. Tadinya Gilang ingin memboncengi Dasya, tapi Karel kekeh menyuruh Dasya untuk membonceng dirinya dan berakhir Gilang mengendarai motornya sendiri. Gilang berdecak, sepanjang jalan cowoi itu ngedumel.

'Padahal gue yang ngajak Dasya.'

"Rel, mau permen kapas ya?" Dasya menunjuk permen kapas didepannya. Karel yang masih melepaskan helmnya menatap kearah Dasya, Dasya nampak seperti anak kecil sekarang. Imut. Karel mengangguk kemudian berjalan kearah penjual permen kapas diikuti Dasya dari belakang.

Gilang yang melihat itu lagi-lagi berdecak, kemudian mengikuti Karel dan Dasya dari belakang.

"Perasaan tadi gue yang ngajak Dasya," ucap Gilang, sengaja untuk menyindir Karel. Karel mengdengar itu hanya melirik sekilas tanpa menyahuti dan kembali menatap penjual Permen kapas didepannya.

Why, I'm not Beautiful?Where stories live. Discover now