1 1

90 77 15
                                    

"Mengagumi bukan perkara yg sulit. Tapi untuk memiliki adalah ketidakmungkinan yg sangat rumit."

-Vilsan Arendra

___

"Gue mau kasih tau lo rahasia."

"Apa?." Tanyanya tanpa menoleh dan masih sibuk dengan tulisannya.

Aku menarik napas panjang lalu menghembuskan nya perlahan, karena mengatakan ini butuh keberanian. "Gue udah nikah." Pelan ku takut ada yang mendengar.

"Oh udah nikah." Jawab nya santai.

Detik berikutnya dia mencermati lagi apa yang ku katakan dan, "HAH!?, DEMI APA?." Kagetnya dengan berteriak sampai seisi kelas menatap kami. Tidak biasanya Meika berbicara sekeras itu.

Aku yang juga kaget karena kerasnya teriakan Meika sampai menjatuhkan pulpen, "Eh busyet, santai dong anjir." Ucap ku lalu memungut pulpen yang jatuh tadi.

Citra dan Lady serempak menoleh kebelakang, "ada apa Mei?." Tanya mereka bersamaan juga dengan kalimat yang sama.

Meika hanya menggeleng pelan, kemudian Citra, Lady, beserta anak lainya melanjutkan acara menulis mereka.

Ini diluar dugaan, aku kira Meika hanya akan biasa saja mendengar kabar ini. Tapi ternyata dugaan ku salah, rasa terkejutnya sampai membuat teriakan yang buat sakit telinga.

"Astaga Mei, gue kira lo gak bakal kaget denger beginian. Makanya gue kasih tau lo."

"Seriusan?." Tanyanya tidak percaya.

"Yaelah Mei, perkara beginian gue jadiin candaan. Lo liat muka gue ada tampang munafik?."

"Ada."

Aku memukul lengan nya, "sembarangan!."

"Sama?."

"Maksudnya?." Aku balik bertanya.

"Nikah."

Aku menaikkan sebelah alis lalu mengarahkan pandangan ke bangku belakang. Meika mengikuti arah pandang ku.

"Oh bagus."

Aku mengernyitkan dahi, "Kok bagus?."

"Ganteng kan anak barunya." Jelasnya.

Meika salah paham.

Aku tidak tahu kenapa Meika banyak bicara dan bertanya hari ini. "Bukan." Kata ku sambil mengangkat tangan membentuk tanda x.

Kali ini kening Meika yang berkerut, "Terus?."

Akhirnya aku menunjuk pada si cupu yang tengah menulis bersama Vilsan.

Lagi-lagi Meika berteriak heboh, "WHAT?!" Kali ini suaranya lebih keras lagi, sampai bukan hanya aku yang menjatuhkan pulpen, tapi Nisa juga menjatuhkan spidol yang dipegang nya.

Seisi kelas semakin curiga pada Meika, kenapa dia berteriak seperti itu, biasanya dia tidak akan banyak berbicara tapi kali ini dia berteriak. Aneh, mungkin itu yang anak 12 IPS1 pikirkan tentang Meika, atau mungkin Meika di kira kerasukan setan.

"Kenapa lagi Mei?." Lady berbalik badan kebelakang.

"Nggak." Jawab Meika yang membuat Lady melengos malas.

Kring...Kring

Bel istirahat berbunyi tepat pada saat Nisa menyelesaikan tulisannya.

Aku mendekat pada Meika, "Mei lo aja ya yang kasih tau dua curut itu." Bisik ku di telinga nya.

My Husband and His Drama(Hiatus)Where stories live. Discover now