Cegan_Different_Part04

556 66 6
                                    

BRAKK …!
   Gyfan berdiri dan menatap Mutiara dengan tatapan maut. Ia berjalan kebangku Mutiara dan menarik kerah bajunya membuat suasana kelas menjadi hening dan suram.

  'Pengen gue bunuh ni anak sekarang juga. Tapi gue juga sadar tempat,' batin Gyfan menahan kesalnya.

  "Jaga batasan lo, Mutiara. Gue manusia juga punya batas kesabaran. Sampe jumpa buat ntar pulang sekolah … buat terakhir kalinya." Gyfan mengucapkannya penuh dengan penekanan dibagian akhir.

   Tiba-tiba guru datang membuat semua siaga diposisi mereka masing-masing. Guru tsb terfokus kearah Gyfan.

  'Itu siapa? Kenapa masih berdiri?! Ayo duduk!" tegas Pak Doni--wali kelasnya. Gyfan melepas kerah seragam Mutiara dengan kasar dan duduk dibangkunya.

  "Baiklah anak-anak, sebelum memulai pelajaran … katanya disini ada murid baru ya? Siapa?" Semua tangan menunjuk kearah Gyfan membuat Gyfan ikut mengangkat tangannya.
  "Saya, Pak."

  "Oh, siapa namamu?"

  "Gyfannya Laurent Diamond." Mendengarnya, Pak Doni terkejut.

  "Laurent … keluarga Laurent yang terkenal itu?" ulang Pak Doni membuat semua ikut terkejut. Pasalnya, mereka juga mengenal keluarga tsb. Keluarga yang terkenal kaya dan memiliki cabang perusahaan dimana-mana. Sorot mata dari seisi kelas pun tertuju kearah Gyfan. Gyfan hanya diam.

"Ga mungkin dia berasal dari keluarga Laurent! Gak! Gue gak percaya!"
"Waa, ga nyangka salah satu penghuni dikelas ini ada yang terkenal!"
"Berita hot gess!"
"Deketin aht …!"
"Kalo ngehalu plis jangan tinggi-tinggi, jatuh tau rasa lu!"

  "Ssstt! Diam semua! Baiklah, langsung saja kita fokus ke pelajaran. Kerjakan hal 7 Uji Kompetensi no 1-50. Emm, yang bener semua bisa jadi ketua kelas disini."

  "Loh, kok gitu sih, Pak? Jadinya kelas ini ga bakal punya ketua kelas, donk, orang soalnya aja susah-susah gini!" protes beberapa murid.

"Justru bagus donk! Kalo ada yang bener semua, berarti ketua kelas dikelas ini nanti orangnya pinter! Ngga blo'on kayak kamu!" Tawa seisi kelas pun pecah mendengar penuturan dari Pak Doni itu.

Mereka semua pun mulai mengerjakan soal yang diberikan. Hening. Bahkan membuat Pak Doni oleng kanan oleng kiri karena ngantuk:v. 1jam kemudian, Pak Doni menyerah dengan keadaan ini. Beliau langsung menyuruh semua mengumpulkan tugas mereka.

Ketika dikoreksi, Pak Doni menghela nafas panjang.

  "Apa ini? Nilainya pada dibawah rata-rata! Ga pada niat ngerjain apa gimana, sih? Kalo gini emang bener kelas ini ga bakal ada yang ngisi jabatan ketua kelas!" murka Pak Doni melihat nilai-nilai yang kebanyakan telor sama panen cabe:v.

10 menit mengoreksi, Pak Doni selesai. Ya emang yang dikoreksi yang bener semua. Sekali ada nomer yang salah langsung geser ke buku murid laen buat dikoreksi.

  "Nah, beruntung nih ada yang pinternya melebihi pinternya bapak, jadi ada yang ngisi jabatan ketua kelas disini. Dan … namanya sedikit asing buat bapak," terang Pak Doni.

  "Siapa, Pak?" tanya Adit dan saat itulah Gyfan mendapat senggolan dari Alvin.

  "Lo tau itu yang tanya siapa?"

  "Siapa?" tanya Gyfan balik.

  "Adit, siswa paling pinter dikelas ini. Yah, 99% mungkin dia bakal jadi ketua kelas disini," jelas Alvin membanggakan temannya itu.

  "Really?"

  "Hmm, liat aja nanti pas Pak Doni ngasih tau!" Gyfan mengangguk singkat dan kembali memperhatikan Pak Doni.

  "Kepo ya?" Adit menatap datar Pak Doni. Dari sekian banyak guru yang ada di sekolah ini, Pak Donilah yang paling bikin kesel:v.

  "Baiklah bapak kasih tahu."

  "Gak butuh tahu kita Pak!"
  "Tempe lebih mending, Pak."
  "Gak ada pizza yang lebih enak?"_--

  "Mau dikasih tahu apa nggak, nih? Kok malah pada banyak sewor," gemas Pak Doni.

  "NGGAK." kompak mereka.

  "Murid-murid blo'on," cetus Pak Doni datar.

  "Cepetlah Pak … jangan bertelo-telo!"

  "Tele-tele kalik!" ujar Dinda membenarkan ucapan Salsa.
  "Ya itu maksutnya!"

  "Ya makanya kalian diem …!" Seisi kelas pun menjadi sunyi membuat Pak Doni menghela nafas panjang.

  "Moga-moga aja ya, yang jadi ketua kelas ini ga pada blo'on kayak kalian semua."

  "Yee …!" sorak seisi kelas menyoraki Pak Doni.

  "Sudah-sudah, bapak mau ngasih tau sekarang. Nama ketua kelas kalian yang baru adalah …," ujar Pak Doni menggantungkan ucapannya dan memperhatikan kelas yang perhatiannya terpusatkan kearah beliau.

  "Adalaaahhhh---"

  "CEPET DONG, PAK!" Astaga nge-gas:v.

  "Iya-Iya, namanya … Gyfannya Laurent Diamond. Siapa yang merasa namanya disebutkan …?"

Jantung Gyfan serasa berhenti berdetak kala mendengarnya. Seisi kelas memandang ke arah Gyfan terkejut.

  "Silahkan maju, Gyfan!"

  "S-Saya?" beo Gyfan mengira Aditlah yang sebenarnya akan menjadi ketua kelas.

  "Iyalah, masa Gyfan yang dijual di Pasar?"

  'Amjinc nih guru, pen gue tabok.' Taulah ya, sabun Giv yang dijual emak-emak:v. Gyfan pun berdiri dan maju ke depan dengan gaya coolnya.

"Selamat Gyfan …."-Alvin.
"Kerja samanya, Fan."-Dinda.
"Jan pelit-pelit jadi ketlas ya, Fan!"-Rean.
"Jan galak-galak juga …!"-Vio.

Yah, Gyfan sedikit terharu dengan beberapa sorakan untuknya. Setidaknya ada yang menyukai dirinya sebagai ketlas--Ketua Kelas. Bukan setidaknya, sih. 95% nya setuju kok.

  "Selamat, Nak Gyfan. Bapak serahkan kelas ini kepadamu … semoga kamu bisa menanggungnya." ujar Pak Doni menyambut Gyfan.

  "Baik, Pak. Saya mohon bantuannya …."

Bersambung ….

#Cegan_DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang