33. ini terlalu rumit●

141 15 0
                                    

"Semut kalo kesemutan bilang nya apa?"

Alera berfikir keras, ahah--

"Kemanusiaan, kan?" tebaknya berbinar.

Alby menggeleng. "Salah?"

"Terus apa?"

Alby mengedikan bahunya, "gak tau gak kedengeran semutkan kecil."

Alera mendelik. "Ini namanya bukan main tebak-tebakan, tapi cerdas cermat," ujarnya kesal.

Alby terkekeh. "Yaudah ganti." Alby menatap Alera jenaka, "Gajah, Gajah apa yang baik?"

Alera menatap kesana kemari berusaha mencari jawaban yang tepat. "Eum..Gajah Mada?"

Alby kembali menggeleng.

"Gajahat, kan baik."

Alera mendengus. "Dari tadi pertanyaannya ngejebak terus."

"Giliran aku deh!"

Alby menggeleng. "Ya gak bisa lah! Aturannya nya yang bisa nebak baru selanjutnya boleh nanya."

Alera berdecak.

Keduanya saat ini sedang berada di atap sekolah guna menghabiskan waktu istirahat. Mereka terlalu malas untuk berdesakan di kantin. Dan akhirnya keduanya malah main tebak-tebakkan.

"Oke lanjut--"

Gubrakk

"Eh buset!" Alby terpenjat kaget begitupun Alera. Keduanya langsung menoleh kesumber suara.

"Kalian--" Alera gerak cepat membekap mulut Alby yang hendak menegur pelaku saat dilihat sang pelaku adalah Sindi dan Eric.

Jantung Alera berdegup kencang. Ia khawatir. Mereka berantem lagi?

Sepertinya Eric dan Sindi tidak menyadari kehadiran keduannya. Alera bersyukur. Itu artinya ia bisa sedikit menguping.

"Bey mereka--" Alera meletakan telunjuknya di bibir menginstruksi Alby untuk diam.

Alby pun merapatkan mulutnya dan ikut menyimak.

Terlihat Eric yang sedang mengurung Sindi dengan kedua tangannya ke tembok samping pintu.

Dan Sindi terlihat menangis.

Alera menggigit bibir bawahnya. Ia tidak tega!

"Lo! Udah gue bilang bersikap biasa aja kalo di depan Alera," teriak Eric kasar tepat di depan wajah Sindi.

Alera mengerutkan keningnya, kenapa mereka bawa-bawa nama gue?

"Bey?" Alby menoleh dengan raut penuh tanya yang hanya di balas gelengan lemah oleh Alera.

"KENAPA? KENAPA GUE GAK BOLEH BILANG SIFAT ASLI LO SAMA ALERA, HAH?" Sindi memberanikan diri membentak Eric. Menatapnya tajam.

Rahang Eric mengeras. "LO GAK BERHAK, SIALAN!" teriak Eric tak kalah keras.

Sindi terisak. Nafasnya tersenggal. Menatap Eric tak percaya tega membentaknya.

"Lo suka sama Alera?" tanya Sindi lemah.

Alby terperangah. Rahangnya ikut mengeras mendengarnya.

Sedangkan Alera deg-degan menunggu jawaban Eric. Ia harap bukan kata-kata yang buruk.

"Iya. Kalo iya emangnya kenapa?" terlihat kedua mata Sindi membola kaget.

Ditempatnya Alera pun terkejut. Ia menoleh ke samping melihat Alby yang sudah mengepalkan tangganya kuat. Ia terlihat sangat Emosi.

"By, tenang!" Alera menggenggam telapak tangan Alby yang tadi terkepal erat bermaksud menenangkannya.

Mereka kembali melihat kelanjutan Eric.

"Terus selama ini kenapa lo deketin gue?" tanya Sindi parau.

Eric geram. Ia mencengkram kasar dagu Sindi. "Itu karena gue manfaatin lo biar bisa selalu deket sama Alera."

Bugh

Tiba-tiba saja Eric tersungkur ke lantai dengan keras. Semua orang terbelalak.

Terlihat Alby yang memukuli Eric dengan membabi buta.

"Sialan lu, Eric! Munafik bangsat!"

Alera perlahan mendekati Sindi yang sedang menatapnya hampa.

"By, udah Alby.." kata Alera melihat Alby yang terlalu brutal dan Eric sudah tidak berdaya melawan.

Alera turun tangan menarik Alby, "Ayo pergi.." ia menoleh pada Sindi yang sudah tidak menangis ikut menariknya. Meninggalkan Eric yang masih terkapar lemah.

Sial, Bangsat!. Eric menyerka darah yang mengalir di sudut bibirnya. Ia memejamkan matannya erat merasakan sakit di sekujur tubunya..

"Alby sialan."

.....

Di pertengahan jalan Sindi tiba-tiba saja menyentak tangan Alera kasar.

"Sin, kenapa--"

Plakk

Alera belum selesai bertanya Sindi malah menamparnya.

"LO APA-APAAN ANJING?" bentak Alby marah.

Alera sudah berkaca-kaca memegangi pipinya yang terasa panas.

"Gue kenapa? Gue mau nampar Alera." Sindi menujuk Alera datar. Ia terlihat sudah sangat lelah. "Semua orang ngata-ngatain gue, cuma karena dia.."

"LO--"

"Ini bukan salah gue, Sin.." kata Alera lirih dengan air mata yang perlahan turun.

Sindi tertegun. Beralih menatap tangannya yang habis digunakan menampar Alera gemetar.

Tanpa mempedulikan Alby Alera pergi dari sana. Ia berlari dari keduanya sambil menyerka Air matanya kasar.

Alby menoleh tajam pada Sindi. "Asal lu tau Alera bener-bener sayang sama lu. Tapi lu malah perlakuin dia kayak gini. Punya otak gak lu?!"

Alby melenggang pergi.

Sedangkan Sindi yang masih tertegun pun perlahan menangis lagi. Ia menutupi wajahnya dengan kedua tangganya sambil terisak.

...

Alera yang masih berjalan tak tentu arah tanpa sengaja menabrak seseorang.

"Ra, lo kenapa?" Alera mendongak. Dilihatnya Ervin yang menatapnya khawatir.

Tanpa basa-basi Alera langsung berhambur kepelukannya.

Tanpa sadar Alera juga sudah lumayan jauh berlari dari tempatnya tadi.
Saat ini keduanya sedang berada di koridor menuju Perpustakaan. Jarang orang yang melewat ke sana.

Ervin terkejut.

Mendengar Alera yang terisak Ervin balas memeluknya. Ia mengusap punggung Alera pelan. Ia tidak lagi bertanya apapun.

Dari kejauhan tanpa mereka berdua sadari seorang laki-laki sedang memperhatikan mereka.

Siapa lagi kalo bukan, Alby.

Ia mengepalkan tangannya erat menahan segala rasa sesak yang memupuk di hatinya. Entah sesak karena masih kesal karena Sindi menampar Alera tadi. Atau ia merasa sesak karena melihat perempuan yang ia cintai menangis di bahu orang lain.

gue lo anggap apa, bey?

When the human said, "jangan mencintai seseorang yang belum selesai dengan masa lalu nya."

***

PABALIYUT

it's not finished yet~

Seperti biasa, vote nya cantik♡ syukur-syukur kalo mau komen🙄xixixi

okey, see you♡♡♡

Aleralby(completed)✔Where stories live. Discover now