Bab 1

46 10 7
                                    

....

Seorang gadis ditemukan meninggal di kamarnya. Tanpa luka, darah ataupun kerusakan di kamarnya yang mungkin terjadi bila ada seseorang yang menerobos masuk.

Semua benda sudah diperiksa oleh kepolisian, tapi tak satupun bisa memberikan titik terang.

Ini adalah kasus kematian gadis yang ke delapan. Sejak dua tahun yang lalu, kematian seorang gadis di kamarnya sepertinya sudah menjadi hal yang ditunggu warga kota M.

Mereka tak lagi bergumam kasihan dan simpati bila mendengar berita tersebut. Pertanyaan yang sering terdengar belakangan ini adalah "Siapa selanjutnya?"

Sebagian orang tua mengungsikan anak gadisnya ke luar kota. Ada juga yang bertahan dan memutuskan untuk tidur bersama anak gadisnya.

Bahkan ilmu kedokteran sulit menentukan penyebab kematian gadis-gadis tersebut. Lalu mereka sepakat untuk menyimpulkan bahwa para gadis itu terkena serangan jantung.

Malam kembali menguasai kota M. Dan setiap mata yang belum terpejam, raga yang belum tertidur membisikkan pertanyaan, "Siapa selanjutnya? Akankah malam ini terjadi lagi?"

****

Rosaline nyaris saja menjatuhkan buku yang dipeluknya saat seseorang menepuk kuat punggungnya.

"Bagaimana harimu?" Amara melangkah pelan di samping Rosaline.

Helaan napas lelah keluar dari mulut Rosaline sebelum dia menjawab, "Seperti biasa. Lelah, bosan dan muak!"

Amara tertawa pelan. Rambut pirang cerahnya bergoyang indah, seindah pemiliknya. "Kau tidak seharusnya muak. Banyak yang ingin bersekolah di Dreamland University, Rosaline. Dan kau salah satu yang beruntung bisa memasuki sekolah ini."

Rosaline mengedikkan bahu tidak peduli. "Mereka akan berubah pikiran bila sudah memasuki sekolah ini."

Sekali lagi Amara tertawa.
Langkah mereka sampai di loker sekolah. Letak loker mereka yang bersebelahan mempermudah mereka untuk berbisik saat melihat Diany, nerd terkenal di Dreamland lewat di belakang mereka.

"Aku tidak habis pikir melihatnya," bisik Rosaline pelan sambil mendekatkan kepalanya kepada Amara. "Dia tidak punya teman, tidak bergaul dan hanya berteman dengan buku. Anehnya, prestasinya tak sebagus julukannya."

Senyum Amara mengembang dengan sinis. Tanpa berniat mengecilkan volume suaranya, Amara berkata, "Orang sepertinya tidak perlu dipikirkan. Membuang waktuku yang sangat berharga."

Diany jelas-jelas mendengar ucapan Amara, tapi gadis itu hanya melangkah dan berlalu dari sana seolah Rosaline dan Amara tidak ada.

Rosaline terkikik geli.

Amara yang cantik jelita adalah salah satu orang yang berani menghina orang lain, meski orang tersebut mendengarnya langsung.

Mereka lalu menutup loker dan melangkah keluar dari gedung Dreamland University yang besar.

Saat menapak di jalan menuju gerbang, Rosaline menguap dengan mulut yang membuka sangat lebar.

Amara menaikkan alis dan tersenyum lucu. "Kau baik-baik saja?"

Rosaline mengangguk. "Lebih dari baik-baik saja. Aku hanya merasa sangat mengantuk."

"Kalau begitu sebaiknya kau segera beristirahat saat di rumah nanti."

"Kau benar," ucap Rosaline lalu menunduk mengikatkan tali sepatunya yang terlepas. "Aku bahkan sudah membayangkan betapa nyamannya tempat tidurku."

Kemudian Rosaline mendongak hendak berdiri. Namun matanya menangkap sosok anjing hitam di balik pohon. Anjing itu sangat besar. Kakinya begitu jenjang hingga Rosaline bisa memastikan kalau anjing itu setinggi pinggangnya.

Jiwa pencinta anjingnya seketika keluar.

Rosaline bangkit hendak menghampiri anjing yang sepertinya tersesat itu. Namun dalam waktu kedipan mata, anjing itu berbalik dan langsung pergi dari sana.

"Sayang sekali," ucap Rosaline dengan lirih.

"Kau mengatakan sesuatu?"

Rosaline mengangguk. "Kau lihat anjing tadi? Dia sangat mengagumkan."

Bibir Amara mengerucut jijik. "Berhenti bergaul dengan binatang menjijikkan itu, Rosaline. Pantas saja tak ada lelaki yang mau mendekatimu. Tubuhmu pasti tercium seperti anjing."

Bukannya tersinggung, Rosaline malah tertawa mendengar cibiran Amara. "Aku tidak peduli, Amara."

Amara hanya diam. Gadis itu tidak pernah menyukai pembahasan tentang anjing. Sementara kenyataan yang ada, dia bersahabat dengan seorang gadis yang sangat menyukai anjing.

Amara dan Rosaline berpisah di halte bus yang berada di depan Dreamland University. Amara menaiki bus yang menuju ke rumahnya, sementara Rosaline menunggu bus yang menuju ke rumahnya.
Bus yang ditunggunya datang dan Rosaline langsung menaikinya. Sepanjang perjalanan menuju arah rumahnya, Rosaline menatap trotoar sambil melamun.

Lalu matanya menangkap sosok hitam berkaki empat yang dilihatnya tadi. Anjing itu berlari kencang di sepanjang trotoar.

Rosaline terkekeh menatap pemandangan tersebut. Anjing itu seperti yang dia tebak. Tinggi dan gagah. Sungguh gadis itu ingin menghambur dan mengelus bulunya.

Sesampainya di distrik tempat dia tinggal, Rosaline langsung memasuki rumahnya dan melupakan anjing yang tadi dilihatnya.

Rosaline langsung memasuki kamarnya dan membuka jendela. Rasa kantuk yang menderanya sejak tadi semakin menjadi-jadi. Lalu dia melongokkan kepala keluar jendela dan dia melihat anjing hitam itu duduk manis di bawah pohon tepat di depan rumahnya.

Tiba-tiba saja bulu kuduk gadis itu meremang. Apakah mungkin anjing itu memang mengikutinya? Namun Rosaline menghapus pemikiran tersebut. Tidak mungkin anjing itu sengaja mengikutinya. Bisa saja memang dia milik warga sekitar sini.

Akan tetapi, semakin lama dia fokus menatap anjing tersebut, rasa kantuknya semakin tak bisa dia kuasai.

Rosaline menggeleng pelan dan melangkah mundur menjauhi jendela. Dia bisa merasakan tubuhnya ambruk ke tempat tidur.

Saat tubuhnya mendarat di tempat tidur, seketika rasa kantuknya menghilang. Matanya terbuka lebar dan Rosaline segera bangkit dari tempat tidur.

Kemudian dia melangkah kembali ke jendela untuk melihat anjing hitam yang cukup mengusik pikirannya. Namun, anjing itu sudah tidak berada di tempat itu.

Rosaline mendesah kecewa dan berbalik. Seketika dia mengeluarkan jeritan histeris melihat sosok yang berbaring di tempat tidurnya.

Rosaline berjalan mendekati sosok tersebut dengan tubuh gemetar.

Baju, celana dan warna rambutnya sama dengan miliknya. Napas Rosaline semakin memburu saat melihat wajah sosok tersebut.

Tubuh yang sedang berbaring di tempat tidurnya adalah... dirinya.

*****

Halooo,,,
Aku hadir dengan cerita baru
kasih komen dan pendapat kamu tentang cerita ini ya...
Kritik dan saran selalu diterima

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 14, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Aurora (not) The Sleeping BeautyWhere stories live. Discover now