10. Mertua!

488 104 5
                                    

"Dia menantu mama!" yah itu suara Dhimas. Mendengarnya memangil mama Aura kaget bukan main apaan ini.

What menantu! Dasar dokter benar benar gila, jadi satu satunya wanita yang dia cintai itu mama nya sendiri. Haduh malunya Aura saat ini menanyakan hal yang sudah jelas jawabanya, wajah Aura kali ini benar benar merah karena malu dasar Dhimas!

"Dhimas!" ucap wanita paruh baya itu langsung memeluk Dhimas. Lalu dari atas tangga ada seorang anak kecil berlari ke arah Dhimas, dia adalah putri anak Farhan dan yah wanita di teras itu adalah istrinya Nindhi.

"Om Dhimas!" putri memeluk Dhimas begitupun Dhimas membalas pelukan Putri.

"Om kangen banget sama Putri, Putri berat yah sekarang!" ejek Dhimas yang menggendong Putri.

"Sejak kapan kau menikah" sindir Nindhi menyenggol bahu Aura. "Manisnya adik iparku" puji Nindhi.

"Yahhh belum lama kak, mama apa kabar?" tanya Dhimas.

"Mama baik! Uhh kalian berdua terlihat serasi bukan. Tuan tampan dan nonya manis!" mama dan Nindhi tak sudah sudah memuji Aura, membuat yang di puji makin malu.

"Pemalu banget sih menantu mama" tawa mama setengah menggoda.

"Dimana kak Farhan dan papa?" tanya Dhimas.

Tak lama mengatakan hal itu terdengar suara mobil terpakir di depan rumah. Yah itu Farhan, melihat adiknya yang tiba tiba pulang Farhan sangat senang.

"Lama gak ketemu, ehh ini siapa?" tanya Farhan menunjuk Aura.

"Adik ipar mu lah" jawab Dhimas santay.

"Wah pangeran es kita! Gak pernah pulang, sekali pulang bawa istri. Mantap!" tawa Farhan.

"Mas berhenti mengejek mereka, mereka kan pengantin baru" ejek Nindhi. Yah 2 suami istri ini memang begini, suka banget ngejek Dhimas.

"Tante namanya siapa?" tanya Putri mendekati Aura.

"Aura sayang" Aura berjongkok dan mengelus pucuk rambut Putri.

"Kalian menginap saja yah" ucap mama.

"Tapi papa?" ucap Dhimas mengantung.

"Papa sering gak pulang" jawab Farhan.

Hari mulai gelap, Dhimas dan Farhan berbicara tentang keluarga mereka masing masing, dan yang perempuan sibuk di dapur memasak. Sebuah mobil terpakir di halaman rumah membuat Dhimas dan Farhan kaget, itu pasti papa. benar saja ketika Dhimas hendak memeriksa wajah Dhimas dan papa saling bertemu di muka pintu.
yah nampak ekspresi marah dari wajah papa Dhimas mau apa anak yang di anggapnya durhaka itu.

"Mau apa kau disini!" marah papa.
Sedangkan para wanita yang sedang memasak langsung ke ruang tamu karena kejadian itu. Nindhi membawa Putri ke kamar agar tidak melihat pamanya di hajar oleh eyangnya.

"Aku rindu pada mama, kk ipar, Putri dan kk Farhan. Apa aku salah pa!" tanya Dhimas tak kalah seram ketika marah.

Aura benar benar tidak suka dengan perdebatan antar ayah dan anak itu.

plak

sebuah tamparan mendarat di pipi Dhimas, yah dia sudah sering di perlakukan seperti itu jadi dia tidak lagi terkejut.

"Pergi kamu dari sini!" marah papa, untuk kesekian kalinya papa hendak menampar Dhimas tapi sebuah tubuh kecil melindunginya dari tamparan papanya itu, yah Aura tiba tiba berlari dan berdiri di antara ayah dan anak itu membuatnya yang terkena tamparan keras oleh papa Dhimas

karena kejadian itu membuat Farhan dan mama ikut campur. Terlihat sudut bibir Aura berdarah akibat tamparan itu, Dhimas memandang papa nya penuh benci dan hendak membalas tapi tangan kecil Aura memegang erat tangan Dhimas, artinya mari kita pulang, jangan teruskan masalah ini.

"Papa keterlaluan! Aura tidak apa apa sayang!" tanya Mama penuh perhatian. Aura menggeleng pelan, Dhimas membawa Aura pergi tapi sebelum itu mama Dhimas membisikan sesuatu pada Aura.
"Jaga anak mama itu yah sayang, baru kali ini mama lihat dia perhatian pada seorang perempuan" bisik mama lalu Dhimas dan Aura pergi.
🌻

Dhimas dan Aura ada di mobil, Dhimas menyentuh pelan luka di sudut itu. Dia nampak menarik napas kasar lalu mengobati luka itu.

"Mas.. Apa.." ucapan Aura terpotong.

"Kamu tuh jangan bertindak konyol kek tadi, kamu tau gak kalau kamu kenapa kenapa gimana!" marah Dhimas. Aura hanya menunduk yah dia mengaku salah. Dhimas selalu marah jika dia berbuat kesalahan atau tidak mendengarkan nya.
🌻

Dhimas memeriksa pasien pagi ini, dia terlihat sangat sibuk. Pasien itu wanita muda yang mengeluh sakit pada perutnya, yah kebanyakan wanita pasti mag kalau mengeluh sakit pada perutnya.
Dhimas menjelaskan tentang keadaan wanita muda itu, wanita itu nampak melihat jari Dhimas ada apa dengan wanita ini.

"Dok! Apa anda belum menikah?" tanyanya.

pertanyaan itu membuat Dhimas kaget, memang kenapa.

"Maaf dok, tapi setahu saya orang yang tidak memakai cincin di jarinya artinya dia belum menikah!" jelas wanita itu.
Dhimas hanya tersenyum kecut.
"Dokter tampan, mana mungkin gak ada yang mau" ucapnya lagi sebelum dia pergi.

Dhimas nampak menimang nimang perkataan wanita tadi apa dia harus membeli cincin untuknya dan Aura agar tidak ada lagi yang biang kalau mereka belum menikah.

Jangan lupa vote dan comen jika suka dengan part kali ini!

My Dokter [terbit]Where stories live. Discover now