ii . bintang jatuh

1.5K 207 18
                                    

udara dingin berhembus melalui celah jendela kamar. suara jangkrik serta rintik hujan yang saling bersahutan membuat malam ini terasa ramai. belum lagi dengan gemuruh petir yang semakin membuat suasana mencekam.

sunghoon mendudukan dirinya di atas sebuah ranjang rumah sakit yang kini terasa dingin saat bersentuhan langsung dengan kulit. hembusan nafas ia keluarkan melalui belah bibir tipisnya, rasa sesak dalam dadanya kembali datang.

sudah hampir dua bulan lamanya sunghoon menghabiskan waktu di dalam ruang penuh obat-obatan ini. rasanya jenuh. tidak ada seseorang yang dapat ia jadikan teman berkeluh kesah ataupun seseorang yang dapat menjadi sandaran untuknya.

jemarinya mulai meraih sebuah buku gambar serta pensil yang berada tidak jauh dari ranjang tempatnya berdiam diri. pensil tersebut mulai bergerak seiring dengan pergerakan tangan sunghoon.

"..aku ingin memiliki seorang adik."

"yang mau memelukku dengan erat saat lelah mulai datang."

"yang mau menuntunku untuk kembali pada kehidupan dengan akhir yang bahagia."

"yang mau menerima segala kekuranganku meski hanya sedikit saja."

"dan yang mau namanya kusebut saat jantungku mulai berhenti berdetak."

seorang lelaki berambut hitam pekat dengan mata besar yang terlihat menggemaskan menjadi hasil dari gambaran asal sunghoon. senyuman manis terpatri pada wajahnya, sunghoon merasa puas.

suara pintu yang terbuka membuatnya sontak menghentikan kegiatan yang semula ia lakukan. seorang perawat dengan sebuah nampan yang berada di atas kedua tangannya membuat senyuman sunghoon luntur seketika.

ia tidak menyukai rumah sakit.

lagipula, siapa yang menginginkan hidup selama bertahun-tahun dengan penyakit yang melekat pada tubuhnya?

"tuan, apa boleh sunghoon berhenti mengonsumsi obat-obatan ini? rasanya tidak enak."

"tapi sunghoon harus sembuh. sunghoon tidak ingin membuat ayah dan ibu kecewa, bukan?"

anggukan lemah diberikan oleh pemuda berusia dua belas tahun tersebut. benar, ia tidak ingin membuat kedua orang tuanya kecewa. namun untuk apa ia tetap bertahan jikalau ayah dan ibunya sama sekali enggan untuk menahan?

atensinya berganti pada sebuah jendela besar yang terletak di ujung ruangan. kaki kecilnya melangkah mendekati jendela tersebut, menatap kagum pada pemandangan indah diluar sana meskipun hujan masih terus turun dengan derasnya.

kedua tangannya bertaut, kepalanya ia tundukan saat melihat sebuah sinar bintang jatuh dari arah kejauhan.

"tuhan, kumohon beri aku umur panjang. setidaknya sampai seseorang datang dan membuat hari-hari terakhirku terasa berkesan."

bersambung

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

bersambung..

pahitOnde histórias criam vida. Descubra agora