Bab 6

9.1K 1.4K 57
                                    


Quenara melangkah mondar-mandir di teras rumahnya yang kecil. Berkali-kali ia menatap jalanan, berharap ada mobil atau motor yang berhenti. Sudah hampir pukul dua pagi dan kakaknya belum kembali, ia didera rasa kuatir.

Tadi sore mamanya pulang dari rumah tetangga, mengeluh sakit kepala. Quenara memintanya tidur dan ia sanggup begadang untuk menunggu kakaknya pulang.

Awalnya, ia menunggu sambil membaca buku dan mengobrol dengan Delano di aplikasi pesan. Saat kakaknya makin malam belum pulang juga, ia menunggu dengan kuatir dan menghentikan semua kegiatannya. 

Quenara mencoba menepis pikiran buruk tentang Syera. Ia mengatakan dalam hati, bisa jadi kakaknya terlalu sibuk hingga lupa pulang atau juga bossnya yang galak itu menahannya dengan sejuta pekerjaan.

“Awas saja kalau sampai kakak kenapa-napa, aku labrak itu boss setan!” Quenara mengguman dengan kaki menendang kerikil di halaman. Saat itulah, sebuah mobil meluncur pelan dari jalan raya dan berhenti tepat di depan pagar rumahnya yang pendek.

Ia berlari ke arah mobil dan terhenti tepat saat pintu kendaraan mewah itu membuka. Seorang laki-laki setengah  baya dengan tubuh tinggi dan tegap, keluar dan berdiri menatapnya. Laki-laki itu terhitung tampan, untuk ukuran laki-laki dewasa. Quenara tertegun sesaat sebelum terdengar sapaan dari mulut laki-laki itu.

“Halo! Adik Manis, apa ini rumah Syera?”

Quenara mengerjap lalu mengangguk. “Iya, Om, eh bukan, Pak. Ini rumah Syera dan aku adiknya.”

Gala menatap gadis cantik seumuran anaknya, lalu mengangguk. “Bantu aku, bawa kakakmu.”

“Bantu apa, Pak?” tanya Quenara bingung.

Gala tidak menjawab, memutari mobil dan membuka pintu satu lagi. Dengan hati-hati ia mengeluarkan Syera yang melangkah sempoyongan dengan kepala terkulai.

“Kakaaak!” Quenara menjerit kecil, menyongsong kakaknya.

“Aku akan membantumu memapahnya sampai ke teras,” ucap Gala.

“Pak, kok bisa sampai begini? Diapain kakakku ini?”

“Diapain? Kamu tidak lihat dia mabuk?”

“Itu dia, salah minum atau apa? Karena kakakku nggak biasa minum alkhohol.”

“Mungkin karena ceroboh.”

“Ceroboh? Tidak mungkin kakakku begitu. Aku yakin ini pasti perbuatan si Boss Setan yang suka memaksanya atau juga rekan kerjanya yang iseng.”

Gala terdiam, mendengarkan gadis kecil di sampingnya mengomel panjang lebar tentang alkhohol, orang-orang di pesta, dan juga perihal kelakuan sang kakak. Ia tertarik dengan sebutan boss setan yang diucapkan gadis kecil itu. Namun, tidak berniat mendebat, karena merasa kalau gadis itu lucu. Terbiasa menghadapi sikap Ettan, ia mendengarkan gumaman Quenara dalam diam.

“Sekarang, kamu bawa kakakmu sendiri ke dalam!”

“Baik, Pak. Eh, kalau boleh tahu nama Anda siapa, Pak?”

“Aku? Gala Gentala.”

Jawaban Gala membuat Quenara melongo. Ia menyadari kalau sudah banyak bicara dan merasa bodoh karenanya.

Mengabaikan wajah Quenara yang terperangah, Gala menyerahkan Syera padanya. Mengulum senyum saat melihat Quenara sedikit kesulitan untuk menyangga tubuh kakaknya. Ia tidak mungkin membantu sampai ke dalam, tidak pantas untuknya.

Quenara mengernyit, mencium aroma alkhohol dari mulut kakaknya. Menoleh ke belakang ia berucap penuh harap.

“Pak, bisakah menunggu saya sebentar? Ada yang ingin saya katakan.”

Playfull KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang