Bab 8

7.8K 1.4K 63
                                    

“Kakak mau pergi berapa hari?” Quenara mengamati kakaknya yang melipat baju dan memasukkan dalam koper.

“Seminggu, kamu jaga diri sama Mama di rumah, ya.”

“Kok lama banget. Mau ke mana aja?”

Syera meneggakan tubuh, meraih beberapa pasang pakaian dalam dari dalam laci dan menyerahkan pada adiknya.

“Ada dua tempat sepertinya. Satu dekat-dekat sini, satu lagi di luar kota. Sebenarnya, urusan meninjau kebun teh ini sudah ada orang yang mengurusi tapi boss besar ingin terjun langsung.”

“Hati-hati kalau gitu, Kak. Sering-sering ngasih kabar. Aku berangkat sekolah dulu.” Quenara mengecup pipi sang kakak, menyambar tas dan keluar kamar, meninggalkan Syrea yang sedang berkutat dengan barang-barang.

Setelah memastikan tidak ada yang ketinggalan, Syera bergegas mandi dengan pikiran dipenuhi pekerjaan. Ia sudah merapikan jadwal dan catatan tentang perjalanan kali ini. Memeriksa berkali-kali karena takut ada yang ketinggalan. Gala tipe orang yang sangat perfeksionis. Segala sesuatu harus sempurna, Syera tidak ingin membuat dirinya dalam masalah karena laki-laki itu.

Dengan koper di tangan, ia naik taxi menuju bandara. Gala memintanya langsung menemuinya di sana. Syera memastikan sudah meninggalkan uang yang cukup untuk mama dan adiknya, selama ia pergi. Karena punya boss seperti Gala yang tidak bisa ditebak pikirannya, Syera takut akan pergi lebih lama dari yang dijadwalkan.

Kemacetan membuatnya datang agak telat, setengah berlari dengan tangan menyeret koper ia mencari bossnya di antrian penumpang dan mendapati laki-laki itu menatapnya dingin tak jauh dari tempat pemeriksaan masuk.

“Tu-tuan, maaf. Macet.”

“Alasan klise,” jawab Gala sambil sembari menjinjing kopernya.

Semula Syera mengira akan naik pesawat komersil ternyata dugaannya salah. Sang boss menyewa jep pribadi. Segala sesuatunya membuat Syera bingung. Selain dirinya, ada beberapa staf yang ikut dan kesemuanya laki-laki. Syera duduk diam di tempatnya, mencoba untuk tidak mengamati dengan terkagum-kagum, segala sesuatu tentang jep pribadi yang ia naiki. Ia menahan tangannya untuk tidak mengelus, mendesah, dan berfoto, sementara Gala dan staf lainnya sedang bicara serius.

“Aku sengaja membawa Syera, karena dia ikut Pak Cahyana sudah lama dan sedikit banyak paham masalah kebun teh.” Gala menunjuk Syera saat mengatakan itu. “Karena aku yakin, kita semua yang ada di sini, masih belum begitu mengerti tentang system irigasi baru, yang akhirnya membuat perusahaan bangkrut.”

Pembicaraan terus berlanjut hingga pesawat tiba di bandara. Perjalanan dilanjutkan dengan jalur darat kurang lebih tiga jam hingga mencapai tempat tujuan. Syera sudah pernah datang sebelumnya, ia merasa familiar dengan apa yang dilihatnya.

Mereka menginap di vila yang tempatnya tidak jauh dari perkebunan dan Syera menahan diri untuk tidak menggigil saat tahu kamarnya bersebelahan dengan kamar Gala.

“Letakkan kopermu, kita berangkat ke kebun sekarang.” Gala memperhatikan penampilan Syera dalam rok terusan dan mengernyit. “Saranku, kamu pakai celana panjang dan baju yang santai. Usahakan jangan putih, takut bramu kembali terlihat.”

Syera melotot tapi tidak sempat menjawab karena Gala terlanjur masuk ke kamarnya. Bertekad tidak akan menjadi bulan-bulanan sikap arogan Gala, Syera memakai celana jin, sepatu kets dan kaos. Tidak lupa topi dan kacamata. Tiga puluh menit kemudian, ia mengiringi Gala meninjau kebun teh. Dari mulai cara memetik, penyimpanan, dan juga system penyiraman. Ada beberapa hal yang tidak disetujui Gala dan laki-laki itu menyuruhnya mencatat.

“Masalah perkebunan ini, ternyata lebih rumit dari dugaanku,” ucap Gala pada para staffnya. “Belajar dari pengalaman, kita akan menemukan system terbaik untuk irigasi, transportasi, dan lainnya.”

Playfull KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang