Chapter 13 : Gefahr in Verzug (Imminent Danger)

985 50 3
                                    

Chapter 13
Gefahr in Verzug
(Imminent Danger)







Kyle

Tik

Tik

Tik

Tik

Tik

Hanya suara detikan jam yang terdengar di telingaku sekarang ini, dunia serasa berhenti berputar dan tiba – tiba sunyi. Aku masih berdiri mematung di depan kulkas sambil mengingat kejadian dengan William tadi. Aku lalu menyentuh bibirku yang tadi di sembuhkan oleh William, rasanya hangat.

Udah dua kali William tiba – tiba kaya begini, pertama kali waktu di Dalton dia marah – marah ga jelas sambil ngebanting – banting barang dan kemudian memojokanku seperti tadi.

Sebenernya dia kenapa… apa aku ngelakuin kesalahan yang aku ngga tau?

“are you okay?” tiba – tiba Gio datang menghampiriku, aku terkejut, aku terlalu sibuk sama pikiranku sampe – sampe ngga nyadar akan kedatangan Gio.

“ya.. ga papa Gi” jawabku pelan sambil menunduk.
Gio lalu menyentuh bahuku dan mencoba melihat wajahku yang sedang tertunduk.

“you’re such a terrible liar” kata Gio sambil menatap mataku lekat – lekat, aku cuma bisa tertunduk lagi. “c’mon, tell me, what’s wrong?” tanya Gio lagi.
Aku lalu menarik nafas dengan berat, melepaskan tangan Gio dari pundakku dan berjalan ke arah wastafel.

“William…” kataku sambil memainkan keran wastafel dengan membuka dan menutupnya berkali – kali.

“William? Kenapa dia?” tanya Gio.

Aku lalu memutar tubuhku dan menghadap ke arah Gio yang masih berdiri di depan kulkas sambil memandangku penasaran.

“William aneh Gi…” kataku.

“Aneh gimana? Bukannya emaang dia selalu aneh ya?” tanya Gio bingung.

“tapi akhir – akhir ini dia lebih aneh lagi, dia suka tiba – tiba marah ga jelas, sampe banting – bantin segala macam barang di kamar waktu itu, aku ga tau dia marah karena apa, kayanya aku selalu salah di mata dia” jawabku.

Gio masih memandangku lekat – lekat, mukanya keliatan khawatir, tapi dia tiba – tiba tersenyum.

“Lo udah pernah tanya ke William kenapa dia gitu ke lo?” tanya Gio lagi.

“belom sih…” jawabku. “tapi Gio….kamu harus liat pas dia ngamuk..nyeremin banget, gimana aku bisa nanya – nanya nanti malah yang ada dia tambah ngamuk” lanjutku.

“ya sekarang kalo lo ngga nanya sama William gimana lo bisa tau dia marah karena apa kan? Gimana lo bisa ngeperbaikin kesalahan lo kalo lo sendiri ngga pernah tau salah lo apa”

“tapi Gi…” kataku sedikit takut.

“Udah Kyle lo ngga usah takut sama William…..” kata Gio.
Aku cuma diam sambil memain – mainkan sendok yang ada di wastafel dengan grogi.

“Lo pernah makan permen mint yang dalemnya coklat ga?” Tanya Gio tiba – tiba.

“Hah? Pernah… emang kenapa?”

“Nah kalo kata gw William tuh kaya gitu, kaya permen mint yg isinya coklat, dingin di luar tapi manis di dalem” jawab Gio sambil tersenyum.

“HAH???? Ngga salah tuh???” kataku terkejut mendengar perbandingan yang dikatakan Gio antara William dan permen mint isi coklat.

“hahahha kok kaget banget Kyle? Lo ga yakin kalo William punya ‘sisi’ manis jauh di dalam dirinya?” kata Gio sambil tertawa.

“Err… jujur ngga…………… abis Gio dia galak banget orangnya… kayanya dia emang ga suka sama aku deh Gi…sampe kiamat juga kayanya ga akan berubah sikap William ke aku…” kataku.

“orang bisa galak itu kan ga selalu karena dia sebel atau ga suka sama sesuatu, galak juga bisa terjadi karna dia sayang….atau terlalu sayang sama seseorang kan?” kata Gio lagi sambil tersenyum dan menepuk – nepuk pundakku. Aku masih menatap Gio dengan pandangan bingung, masih jauh dari otakku imej William bisa sayang terhadap sesuatu. “kok lo ga percaya banget sih Kyle? Contohnya aja seorang ibu yang marahin anaknya gara – gara dia main ujan – ujanan, si ibu marah karna dia sebel sama anaknya apa karna dia sayang sama anaknya jadi si ibu takut kalo anaknya sakit abis main ujan?” jelas Gio lagi.

“jadi maksud kamu William nganggep aku kaya anaknya dia gitu????” tanyaku panik.

“wakakakkakak bukan bukan” Gio kontan ketawa mendengar perkataanku, aku bingung kenapa dia ketawa. “bukan gitu maksud gw, itu kan cuma contoh aja, intinya kan orang galak atau marah sama lo bukan hanya karna dia sebel atau ga suka sama lo kan? Bisa aja kebalikannya”

“tapi Gio…… kamu ngga liat sih kalo William ngamuk itu kaya gimana…. Kayanya dia emang marah karna dia ga suka atau karna aku ngelakuin salah sama dia…. Ga mungkin banget kayanya kalo malah sebaliknya”

“ya makanya Kyle lo tanya dong… masa orang marah – marahin lo ga jelas lo ga tanyain ada apa? Tertindas terus dong lo ntar”

“aku waktu itu udah pernah nanya Gi… dia malah teriak bilang stop mesing with my brain ke aku….” Raut muka Gio sempat menunjukan ekspresi terkejut ketika mendengar perkataanku.

“Mungkin waktu itu dia lagi emosi banget kali, lo nanyanya harusnya pas dia udah tenang Kyle”

“tetep aja walau udah tenang juga kan William galak Gio… pasti belom nanya aku udah diusir sama dia…”

“Lo ga boleh pesimis gitu dong! Harus berani! Pasti lo bisa lah, William juga kan manusia, masih punya hati, ga mungkin dia ngebunuh lo kan cuma gara – gara lo nanya kenapa dia marah sama lo” tukas Gio.

“ok deh……” kataku pelan, walaupun jujur dalam hati masih takut banget buat ngomong ke William.

“Nah gitu dong! Sekarang Williamnya mana?” tanya Gio.

“Ngga tau Gi… tadi abis nyembuhin lukaku dia langsung pergi… di kamarnya mungkin” jawabku menebak – nebak.

“Oh dia lagi dinginin kepala mungkin ya… ya udah Kyle gw liat si William dulu, sebelum prabotan di satu cottage ini dirusak sama dia” kata Gio sambil ngeloyor pergi.

Dalam hati aku berpikir, Gio hebat banget, berani – beraninya dia nyamperin macan yang lagi ngamuk….





William

Udah hampir dua jam sepertinya aku terduduk kaku di kasurku, kedua tanganku terus memijat – mijat kepalaku yang amat sakit. Bayangan Kyle berciuman dengan Nathan terus berputar – putar di otakku seperti film rusak yang ngga ada endingnya. Kepalaku makin sakit, aku sedikit menjambak rambutku dengan kedua tangganku yang sejak dua jam yang lalu sudah bertengger disana. Tapi dari semua itu yang paling terasa sakit adalah hatiku. Rasanya seperti tersayat – sayat. Perih.

ARGGHHHHHHHH!!!

Why?

Why dammit why???

Kenapa aku bisa jadi kaya gini?

Sebelum aku ketemu Kyle aku ngga pernah segila ini, aku ga pernah bertindak tanpa pake otak, aku ngga pernah tiba – tiba marah – marah ga jelas. I always can keep my head cool in any situation. But why now? What’s wrong with me? What’s wrong with him? Kyle is just another boy, just another human being that occasionally appears in my life isn’t he?

Isn’t he?

ARGHHHHHH!!!

What’s happening to me?

Pertanyaan tersebut sudah jutaan kali aku tanyakan ke diriku sendiri, tapi untuk yang sejuta kalinya juga aku ngga bisa mendapatkan jawabannya. It’s so frustrating…
Aku lalu berjalan ke depan jendela yang ada di pojok kamar itu, dari sini aku bisa melihat lautan yang hitam dan luas, mungkin laut itu sehitam hatiku saat ini, aku lalu menutup mataku, suara ombak yang berderu – deru terdengar seperti nyanyian melankolis di telingaku yang membuat hatiku semakin sakit. Aku dapat merasakan angin malam yang menyapu – nyapu wajahku, dingin, tapi tidak sedingin hatiku saat ini. Dengan berat aku lalu membuka mataku lagi, menerawang jauh ke arah lautan hitam yang tidak bertepi itu, lalu tiba – tiba aku teringat Satchi.

Satchi….

Please help me…

It’s really hurts…

KREKKKK

Aku mendengar suara pintu kamar dibuka, jatungku hampir saja loncat mendengar suara pintu yang sangat mengagetkan itu, Aku memalingkan kepalaku ke belakang dan melihat siapa yang tiba – tiba datang. Karena lampu kamar tidak aku nyalakan maka cukup lama bagiku untuk mengetahui siapa orang yang masuk itu, hatiku mendadak jadi berdetak kencang dan berharap bahwa orang yang datang adalah Kyle.

“Will lo ngga papa….?” Ternyata itu Gio, dia sedang berdiri di ambang pintu lalu dia berjalan ke arahku dengan wajah yang khawatir dan rambut pirangnya yang berkibar – kibar terkena hembusan angin malam. Hatiku lalu kembali merosot karena kecewa.

“Leave me alone…” kataku lemah dan malas. Aku lalu berjalan kembali ke kasur dan duduk di tepi kasur itu sambil kembali mengurut – ngurut keningku.
Gio sempat menghentikan langkahnya, tapi seperdetik kemudian dia kembali berjalan ke arahku.
“No I won’t leave you alone” katanya sambil duduk di sebelahku.

“Seriously just leave me alone” kataku mengusir Gio untuk yang kedua kalinya.
Wajah Gio terlihat sedikit muram ketika aku mengusirnya “No” kata Gio tiba – tiba, suaranya dan tatapan matanya terlihat mantap dan kokoh, seakan – akan dia ga peduli mau berapa kali aku mengusirnya dia tetap ga akan pergi.
Aku menarik nafas dengan berat lalu membuangnya, setelah itu aku lalu berdiri dari tempat dudukku, kalo Gio ga mau pergi ya udah biar aku aja yang pergi, this is so annoying… kataku dalam hati sambil melangkah pergi. Tiba – tiba Gio menarik tanganku dan otomatis aku menghentikan langkahku dengan sedikit kaget. Aku lalu memalingkan wajahku dan menatap Gio dengan tatapan aneh dan ga percaya.

“sit” suruh Gio, nada bicaranya seperti sedang menyuruh anak anjing untuk duduk, pandangannya lurus dan cukup menyeramkan, aku tidak bergeming dan hanya berdiri kaku sambil mencoba mencerna apa sebenarnya yang Gio inginkan, Gio ngga pernah kaya gini.

“sit” suruh Gio lagi, kali ini sambil menarik tanganku kebawah, mau ga mau aku akhirnya duduk lagi, aku ngga ngerti kenapa tiba – tiba aku bisa diperintah – perintah segampang ini, mungkin emang otakku udah ga beres.

“now spill it out” kata Gio dengan nada suara yang masih terdengar sangat memerintah.

“spill what out…” kataku pura – pura ga ngerti.

“Geez… cut the act already, gw liat kok apa yang terjadi di dapur tadi antara lo sama Kyle” kata Gio ga sabaran sambil memutar bola matanya.
Hatiku mendadak surut, ternyata kejadian memalukan tadi ada yang ngeliat.

“Gw cuma mau nyembuhin bibirnya Kyle” kataku datar. Gio sempat terdiam sebentar.

“No you’re not” kata Gio cepat.

“yes I a..”

“Geez!” selak Gio sebelum aku menuntaskan kata – kataku. “William!! just stop pretending! you’re not fooling anyone else except yourself now if you keep playing it cool here” kata Gio dengan nada sedikit tinggi dan nafas yang memburu, aku hanya diam.

“jangan di pendem sendiri will kegalauan lo, ga sehat” kata Gio mencoba untuk terdengar bijak.

“stop talking rubish” tepisku cepat.

“you’re so frustrating…” Kata Gio lagi sambil mengurut – urut keningnya.

“yes I am…” kataku sambil membuang nafas.

Aku dan Gio terdiam selama beberapa detik, suasana sangat hening, aku dapat merasakan angin kembali berhembus dingin, tiba – tiba kepalaku kembali memutar imajinasi tentang kemungkinan Kyle mencium Nathan, dan lebih parahnya, sekarang adegannya ditambah dengan kejadian ketika Archie mencium Kyle, dengan kelopak bunga mawar yang berterbangan. Aku baru menyadarinya sekarang, ketika Archie mencium Kyle, disitu aku melihat mereka berdua seperti benar – benar pasangan yang amat cocok satu sama lain, sangat sempurna. Aku yakin Archie bener-bener care sama Kyle, semua itu tergambar jelas di wajah Archie pas dia lagi nyium Kyle, dari cara dia memperlakukan Kyle sehari – hari dengan lembutnya dan Kyle keliatan banget lagi jatuh cinta sama Archie, setiap ketemu Archie pasti mukanya langsung berbinar – binar, dan dia ga berenti – berentinya senyum… from ear to ear… like an idiot…


That idiot….


Tiba – tiba hatiku mengerenyut sakit akan kenyataan bahwa Kyle sangat bahagia bila bersama Archie, Archie dan Kyle seperti pasangan yang ditakdirkan untuk bersama – sama selamanya, just like in the frikkin’ fairytales, where they will be live together forever happily ever after. Hatiku kembali menyusut, Aku merasakan mataku panas dan mulai berkaca – kaca. Shit….

“Will” kata Gio tiba – tiba sambil menepuk pundakku, aku pun sedikit terperenjat kaget, kata – kata Gio secara instant telah mengaburkan lamunanku. “Lo jujur aja sama gw” kata Gio lagi.

“maksud lo?”
Gio menarik nafasnya dengan berat, dia menatapku dengan pandangan antara kasihan dan khawatir.

“jujur aja sma gw…………….lo suka Kyle kan?”

DUARRR!!

Kata – kata Gio terasa seperti petir yang secara tiba – tiba menyambar tubuhku. Selama beberapa detik aku terdiam membisu menghadapi pertanyaan Gio itu.

“No I’m not” jawabku cepat “dan kalaupun gw suka sama Kyle, itu bukan urusan lo” lanjutku.

Gio memalingkan wajahnya ke arah jendela dan menarik nafas panjang. “well…lo disini ga sendiri Will” Kata Gio tiba – tiba. “percaya atau ngga, lo udah jadi bagian dari kehidupan semua orang yang ada di sini……..gw…Nathan…Archie…dan….yeah….Kyle juga…”

“what’s your point” tanyaku sinis.

“My point is… semua bakalan khawatir kalo ngeliat lo kaya gini, terlebih lagi Kyle, dia bakal salah sangka…kalo lo begini terus Kyle bisa – bisa takut dan malah ngejauh dari lo” jawab Gio sambil memberikan tatapan sedih ke arahku.

“ga masuk akal, apa urusan mereka” tepisku.

“they do care about you, you know, kita semua sahabat lo disini”

“don’t make me laugh” kataku sambil setengah ketawa menyindir.

“lo ngga percaya? Sedangkal itu anggepan lo ke kita – kita?” tanya Gio ga percaya dan keliatan sedikit tersinggung sama kata – kataku tadi. Aku cuma diam ngga tau mau jawab apa sama Gio, ide bahwa mereka semua nganggep aku sahabat mereka bener – bener ide yang absurd dan ga bisa diterima sama otakku.

“hmm…” kata Gio tiba – tiba. “lo begini karena lo suka sama Kyle dan ngerasa cemburu sama kejadian Nathan-Kyle tadi kan?” tanya Gio lagi.

“udah gw bilang gw ga suka sama Kyle!” teriakku, hatiku merasa sedikit sakit ketika mengucapkan kata – kata tersebut. Ditelingaku kata – kata tersebut terdengar sangat kosong.

“but your doe eyes whenever you see him can’t lie will…” aku tersentak kaget, Gio lalu
tersenyum melihat ekspresiku, senyumnya sangat manis dan tulus, senyum Gio sempat sedikit menenangkan hatiku, dia lalu memegang pundakku dan melanjutkan kata – katanya. “don’t blame yourself just because you have fell in love” kata Gio sambil tersenyum dan memelukku, anehnya aku ngga mencoba menghentikan pelukan Gio tersebut, Gio lalu melepaskan pelukannya.

“I’m not gay…” kataku pelan. Sebenernya hal ini yang paling aku takutin, kenyataan kalo aku memang bener – bener suka atau lebih parahnya lagi jatuh cinta sama Kyle. Gio lalu menghela nafas panjang.

“William, mungkin sekarang saatnya lo ngerubah sudut pandang lo… lupain lah setereotip gay – straight, item – putih, cowo – cewe di kepala lo itu…” Kata Gio, dia lalu diem sebentar dan menatap mataku lekat – lekat. “maybe you’ve simply fallen in love with another human being… ” lanjutnya sambil tersenyum. kata – kata Gio tadi secara cepat merasuk ke otakku sampai ke hatiku dan memberikan perasaan yang hangat dan ringan, seakan – akan semua bebanku terangkat setelah mendengar kata – kata Gio. Gio lalu menepuk pundakku pelan dan berdiri, setelah itu dia pergi meninggalkan kamar.

Setelah Gio menutup pintu aku lalu memikirkan kata – kata terakhir Gio, kepalaku tertunduk dan air mata segera menetes dari mataku tanpa dapat aku tahan lagi.

“i… love…. Kyle….” Kataku pelan dan getir, aku ngga bisa bohong lagi sama diri aku sendiri karena semakin lama aku menyangkal hal ini semakin menjadi – jadi sakit yang aku rasakan, aku udah ngga peduli lagi sama gengsiku, GW SUKA KYLE!

“Gw harus minta maaf sama Kyle, gw ga mau dia benci sama gw, gw harus kasih tau kalo gw suka sama dia” lanjutku mantap sambil menghapus air mata di pipiku.





Gio

Aku menutup pintu kamar William dan memunggungi pintu itu dengan tanganku masih berada di gagang pintu dibelakangku, aku lalu mendongakkan kepalaku dan menatap kosong langit – langit di atas, hatiku masih sakit atas kejadian tadi, aku pikir aku bisa tegar menghadapi kenyataan bahwa William suka sama Kyle, tapi kenyataannya ga gitu…tetep aja semua terasa pahit.

“That’s hard” kataku pelan sambil menghembuskan nafas dengan berat dan sedikit tersenyum kecut, aku lalu berjalan dengan gontai menjauhi kamar William menuju kamarku, kepalaku berat, aku butuh istirahat.

Ketika aku melewati ruang tamu aku melihat Nathan sedang duduk di salah satu sofa yang menghadap ke Televisi, televisi itu sedang nyala tapi ketauan banget Nathan ga lagi nonton tv, dia lagi bengong sambil memegang – megang bibirnya. Dia pasti lagi berimajinasi yang ngga – ngga deh, dasar mesum, kataku dalam hati.

Biasanya kalo Nathan lagi bertingkah aneh kaya gitu aku pasti langsung gangguin dia, tapi sekarang otak dan hatiku masih terasa sesak, aku butuh istirahat. Aku butuh tidur… tapi apa aku bisa tidur?

Tanpa terasa aku sudah berada di dalam kamar yang aku tempati bersama Kyle, aku melihat ke sekeliling dan ternyata Kyle sedang tidak berada di dalam kamar, aku lalu menutup pintu dan mematikan lampu, setelah itu aku merobohkan diriku di kasur. Aku menutup kedua mataku tapi aku ngga bisa tidur.

Aku lalu membuka mataku kembali lalu menatap ke arah jendela yang berada tepat di sebelah kasurku, aku melihat ke langit yang hitam pekat yang hanya diterangi oleh bulan yang bersinar sendu. Aku mencoba tersenyum, meresapi apa yang baru saja benar – benar terbukti di depan mataku sendiri bagaimana William benar – benar menyimpan perasaan yang sangat besar buat Kyle, aku menarik nafas lagi dan membuangnya dengan kasar.

Gio, Gio… setelah akhirnya lo bisa jatuh cinta lagi cinta lo malah bertepuk sebelah tangan…
Hahahhaha…

you are a joke” kata suara di kepalaku yang aku yakin 100% itu adalah suara Tony, mantanku.

Nobody will love you Gio” kata suara lain di kepalaku yang aku yakin suara ini adalah suara wanita yang dulu pernah aku panggil Ibu.

“Yeah yeah you are right…y’all very very right, I’m really a joke right Tone?, that’s why you left me right?… and Mom, yeah just like you said, nobody will ever love me, so true, that’s including you too right? You never love me right mom?” kataku kepada dua bayangan yang ada di kepalaku, dua orang yang paling aku benci seumur hidupku.

Aku ngomong sendiri…. So pathetic hahhaha…

Kreeekkk!

Tiba – tiba terdengar suara pintu dibuka dari depan, aku terkejut dan mencoba melihat siapa yang masuk.

“Lights” teriak suara orang yang baru masuk tadi, lalu otomatis lampu nyala dan cahaya memenuhi kamar yang tadi gelap ini. Mataku dengan seketika menjadi perih.

“Wahhhh!! Gio??!! soorrry aku kira ga ada orang! kamu lagi tidur ya? aku ganggu ya? mau aku matiin lagi lampunya?” kata Kyle panik begitu melihatku, aku baru perhatiin ketika Kyle panik tangannya pasti membuat gerakan – gerakan aneh seperti melingkar – melingkar, mengibas – ngibas, spiral(?), bergelombang(??) dan lain – lain.

“Gapapa Kyle, gw ga tidur kok” kataku sambil setengah tersenyum ke Kyle. Lalu Kyle terlihat lega, aku seperti mendengar suara “fyuhh” keluar dari mulutnya.

“Gio kamu abis nangis???” kata Kyle tiba – tiba, mukanya khawatir, lalu dia buru – buru datang ke kasurku dan duduk di sebelahku.

“Eh?” kataku bingung.

“Itu mata kamu merah, pipi kamu basah” kata Kyle menjelaskan.

Aku lalu memegang pipiku dan ternyata benar apa kata Kyle, pipiku basah, berarti tadi aku nangis tapi aku ga sadar.

“oh well…gw ga sadar kalo gw nangis tadi hahah”

“ada apa Gio? Lagi ada masalah? Tadi kamu lagi nyari William kan? Kamu diomelin juga ya sama William? Kan Gio… ga percaya sih… aku udah bilang William itu nyeremin…” cerocos Kyle. Aku lalu sedikit tertawa cerocosan Kyle yang panjang itu.

“kok malah ketawa Gi? Ada apa sih sebenernya?” tanya Kyle bingung.

“biasa Kyle..cinta…” kataku lemes.

“hah??? Cinta??? Kamu lagi keingetan mantan kamu itu??” tanya Kyle sedikit kaget.

“Ngga sih…” kataku lagi, mungkin emang keinget Tony juga sih tadi dikit…

“lah terus???? Kamu nangisin siapa??? Eh aku kepo banget ya Gio…” kata Kyle mukanya penasaran tapi agak merasa bersalah juga.

“hahah gak penting aku nangisin siapa Kyle…” jawabku, Kyle lalu terdiam, mukanya tambah khawatir “gw gapapa Kyle… gw cuma baru tau, well ga baru tau juga sih…gw baru yakin kalo cowo yang gw suka hatinya udah ada yang memiliki” jawabku sambil tersenyum getir.
Aku menarik nafas panjang lalu menghembuskannya.

“Kyle…Have you ever been in love?” tanyaku tiba – tiba. “Horrible isn't it? It makes you so
vulnerable…… It opens your chest and it opens up your heart and it means that someone can get inside you and mess you up…… You build up all these defenses, you build up a whole suit of armor, so that nothing can hurt you, then one stupid person, no different from any other stupid person, wanders into your stupid life...... You give them a piece of you. They didn't ask for it. They did something dumb one day, like kiss you or smile at you, and then your life isn't your own anymore. Love takes hostages. It gets inside you. It eats you out and leaves you crying in the darkness, so simple a phrase like 'maybe we should be just friends' turns into a glass splinter working its way into your heart….. It hurts….. Not just in the imagination. Not just in the mind. It's a soul-hurt, a real gets-inside-you-and-rips-you-apart pain. I hate love……”

Suasana saat itu dengan seketika menjadi hening, Kyle seperti kehilangan kemampuannya untuk berkata – kata dan dia cuma memandangiku dengan pandangan yang sedih.

“aku juga pernah ngerasa kaya gitu kok Gi…” kata Kyle tiba – tiba. Aku melongo, aku kira selama ini Kyle masih kaya anak kecil yang ngga ngerti rasanya jatuh cinta dan patah hati.

TOK TOK TOK

Suara ketokan pintu membuyarkan keheningan yang terjadi di anatara aku dan Kyle, aku lalu
berdiri dari tempat tidur dan membuka pintu.

“Halo Gi, ada Kyle?” ternyata yang datang adalah Archie, dia datang lengkap dengan senyumnya yang khas.

“Ada tuh” kataku sambil menengok ke arah tempat tidur dimana Kyle duduk, secara otomatis pandangan Archie mengikuti arah pandanganku dan menemukan Kyle disana, dia lalu tersenyum lagi ketika melihat Kyle.

“Eh chie, errr…iya ada apa?” tanya Kyle, keliatan banget si Kyle gugup.

“aku mau nyulik kamu” jawab archie sambil tersenyum, “boleh dipinjem kan Kylenya sebentar Gi” kata Archie lagi sambil melihat ke arahku.

“iya boleh boleh, silahkan~” jawabku riang. Kyle lalu menatap ke arahku sambil memberi tatapan
‘kamu-yakin-gapapa-ditinggal’-nya dia. Aku cuma mengangguk dan tersenyum membalas tatapan Kyle tersebut.

“kalian lagi sibuk ya? apa nanti aja aku balik lagi?” tanya Archie.

“ngga ngga, tadi lagi cerita-cerita aja kok kita, udah selesai juga, silahkan diculik Kylenya gapapa kok chie” jawabku. “gih sana Kyle, ga baik nganggurin cowo ganteng” kataku ke Kyle, kontan muka Kyle merah, dia lalu berdiri dan berjalan ke arah pintu.

“kalo kamu perlu apa – apa sms atau telpon aku ya Gio” kata Kyle khawatir sebelum dia pergi meninggalkan kamar.

“Okeh” jawabku singkat, Kyle dan Archie pun akhirnya pergi. Kamarpun kembali menjadi sepi. Aku memejamkan mataku lagi dan mencoba untuk tidur, tapi bayangan William yang sedang gundah terus menghantui kepalaku sehingga aku tidak bisa tidur.

TOK TOK TOK

“Masuk” jawabku lemas, pintu pun terbuka. Aku mencoba melihat siapa yang datang. Aku terkejut, jantungku serasa berhenti untuk sesaat. “William?” tanyaku tidak percaya kepada sosok yang ada di ambang pintu.

“hai” jawab William pendek.

“Ada apa Will?” tanyaku bingung sambil berdiri dan berjalan ke arahnya.

“err… Kyle ada?” tanya William sambil menggaruk kepalanya dan menunduk, William keliatan kikuk banget.

Aku lalu tersenyum kecil melihat gelagatnya William, kayanya dia udah menetapkan hati buat ngedeketin Kyle. “baru aja pergi sama Archie” jawabku. William tersentak kaget, ekspresi mukanya berubah dari kikuk ke sedikit shock, hatiku kontan mengkerut dan perih.

“ya udah kalo gitu ga jadi aja” kata William.

“ga jadi apaan?” tanyaku.

“errr.. nothing… bye” jawab William sambil bergegas ingin pergi.

“wait” kataku sambil menarik tangannya. “don’t give up” kataku lagi.

“maksud lo?” tanya William bingung.

“lo nyari Kyle buat ngelurusin masalah lo sama dia kan? Supaya dia ngga salah sangka”

William cuma diam.

“Don’t give up now, fight for him, sebelum hubungan dia sama Archie kelewat serius” kataku.
Muka William tampak sangat kusut, mungkin dia bimbang, atau marah? ga jelas juga, secara muka William biasanya lurus dan dingin.

“William?” tanyaku khawatir melihat diamnya William.

“kayanya lo berlebihan Gio” kata William.

“trust me, do it now or you’ll be sorry” kataku tegas. William diem lagi lama, lalu tiba – tiba dia ngomong.

“ok…” katanya, aku pun tersenyum kecil, William lalu beranjak pergi, tapi baru beberapa langkah dia udah balik lagi.

“t..thanks” katanya sambil sedikit tersenyum dan menunduk. Lalu dia pun pergi meninggalkan aku yang mematung.

Gw baru ngeliat malaikat…

Hatiku mendadak hangat dan berbunga – bunga, baru kali ini aku liat William senyum, dan senyumnya bagus banget….dia jadi satu juta kali lebih ganteng dari biasanya.

Shit… kalo kaya gini gimana gw bisa ngelupain dia.

“Gio! Woi Gio!!! Heloooo????”

“AH? Eh? Huh????” aku terkejut tiba – tiba Nathan udah ada di depanku, udah berapa lama dia ada disitu???

“Hah heh hoh, hah heh hoh, woii lu lagi mabok ye? Nyengir – nyengir sendiri kaya orang gila di depan pintu” kata Nathan sembarangan.

“ngga… ada apaan Nate?” tanyaku mencoba mengalihkan pembicaraan.

“Oh iya.. liat Kyle ga?” tanya Nathan.

“keluar tadi sama Archie…” Untuk kesekian kalinya aku menjawab pertanyaan yang sama, aku lalu menghela nafas panjang.

“Lo ga papa Gi? Kok lo pucet gitu” tanya Nathan. “wait… lo abis nangis Gi?????” kata Nathan panik sambil memgang daguku,mengangkat wajahku ke atas dan memeriksa pipiku dan mataku yang tadi sempat basah.

“Ga.. ga kenapa – napa gw” kataku bohong sambil menepis tangan Nathan.

“Boong lu! Jujur sama gw kenapa lu nangis? Inget si bego Tony lagi?”

“ck…. Lu kepo banget sih jadi orang” dengusku. “lo tadi nyari Kyle kan? Tuh keluar dia, sana cepet kejar sebelom diapa-apain sama si Archie atau William” kataku sambil mendorong tubuh Nathan agar dia pergi mengejar Kyle.

“Eh?? Err” Kata Nathan mencoba protes dan menahan doronganku, tapi aku malah mendorong dia makin kuat sampai sekarang dia ada di luar pintu depan, Nathan memandangku dengan khawatir.

“I’m fine! Go get Kyle!” kataku sambil menutup pintu tepat di depan muka Nathan. Aku lalu membelakangi pintu yang baru saja kututup dan menyandarkan punggungku sambil menghela nafas panjang.

Hahhhh… you’re such a lucky guy Kyle…





Archie

Aku dan Kyle berjalan di tepi pantai yang hanya diterangi oleh cahaya obor yang ditanam berderet sepanjang tepian pantai, ditemani oleh bunyi ombak yang menderu – deru dan kibasan angin yang menyegarkan. Kyle yang ada di sebelahku berjalan sambil tertunduk dan sesekali mencuri pandang ke arahku.

Archie what are you waiting for?

Wait, just give me some more time.


“Kyle” kataku sambil menghadap ke arah Kyle yang sedang sibuk ngebetulin rambutnya yang berantakan tertiup angin.

“y..ya?” jawab Kyle gugup.

“hmmm… after our kiss…” Muka Kyle langsung merah padam. “maksud aku setelah ciuman kedua….” Muka Kyle tambah merah.

“aaa…errr..iiii….itu….” kata Kyle panik.
Hahaha lucu banget si Kyle. Aku lalu berjalan kedepan Kyle dan memegang pundak Kyle.

“relax hahaha” kataku sambil tertawa, Kyle cuma mengangguk – angguk cepat.

“Kyle… do you like me?” tanyaku serius. Kyle panik sepanik-paniknya, mukanya merah, dia tampak gelisah, tangannya bergerak ke segala arah. Kepalanya nengok kiri kanan, lalu menunduk.

“ma..maksudnya… suka sebagai temen?” tanya Kyle gugup. Aku langsung ketawa.

“emangnya kamu mau nyium temen kamu? Di bibir?” tanyaku. Kyle langsung menggeleng – geleng cepat. Dia kembali panik dan gelisah.

“Kyle… I like you…” kataku sambil menatap lurus ke mata Kyle dan tersenyum. Kyle langsung melongo, dan rahangnya seperti terjatuh. Selama semenit dia kaya gitu, tapi lalu dia menggeleng – gelengkan kepalanya seperti sedang meyakinkan diri sendiri.

“a….aku…juga suka kamu chie” kata Kyle sambil menunduk mencoba menyembunyikan mukanya yang merah padam. Aku tertawa kecil ngeliat kelakuannya si Kyle.

“so?” tanyaku.

“s…so…??” tanya Kyle bingung dan ragu – ragu.

“Sekarang kita pacaran?” sekarang muka Kyle udah bener – bener kaya udang rebus, merah semerah-merahnya. Dia terdiam selama beberapa saat. Ah aku suka banget ngegodain anak ini hhahahha, “kamu ga mau pacaran sama aku Kyle?” tanyaku lagi.
Kyle mengangguk pelan, aku lalu tersenyum.

“ngangguk tanda setuju? Berarti kamu ga mau jadi pacar aku?” godaku lagi.

“bu..bukan.. a.. aku mau” Kata Kyle cepat.

“Mau apa?”

“errr…” Kyle menunduk dan menggaruk – garuk kepala.
Aku ketawa, bener – bener asik banget godain Kyle.

“You’re mine now” kataku sambil mengangkat dagu Kyle. Aku lalu menyentuh kedua pipinya dengan kedua tanganku dan menarik wajah Kyle dengan halus agar mendekati wajahku. Bibir kami akhirnya bertemu, dengan lembut aku melumat bibir Kyle yang lembut, Kyle pun mulai membalas ciumanku. Aku lalu menutup kedua mataku untuk menikmati ciuman ini.


Archie the portal will be closed soon, you have to do it now.


SREKKKKKKK

Aku mendengar sesuatu, suaranya seperti suara langkah orang di pasir. Aku membuka mataku tapi tidak menghentikan ciumanku, sepertinya Kyle ngga mendengar suara barusan karena dia masih menutup matanya dan menciumku. Aku lalu melihat kedepan dari bahu Kyle di sana terlihat William dan juga Nathan yang sedang melihatku dan Kyle berciuman dengan muka yang sangat shock. Aku memperhatikan mereka berdua, enjoy the show… kataku dalam hati dan lalu kembali memejamkan mataku untuk menikmati ciuman dengan Kyle. Setelah hampir dua menit, aku membuka mata dan lalu menarik muka Kyle kebelakang dengan lembut, mata Kyle masih terpejam, dia wajahnya seperti sedang bermimpi. William dan Nathan masih berdiri di sana.

“Kita kedatangan tamu” kataku, dan akhirnya mata Kyle terbuka. Aku menatap lurus ke arah William dan Nathan bergantian, Kyle lalu membalikan tubuhnya dan melihat mereka berdua, dia terlihat terkejut.

Hampir lima menit suasana menjadi hening, tidak ada satupun kata yang terucap dari masing – masing mulut kami.

“What just happen? Kyle when did you… and him? What? Where? How? When?” kata Nathan yang akhirnya memecahkan keheningan saat itu.
Aku melihat ke arah Kyle, Kyle juga melihat ke arahku, pandangan Kyle mengatakan kalo kita berdua harus mencoba menjelaskan situasi saat ini.


Archie! The portal can’t hold any longer, If you don’t want to do it, I’ll do it!

Wait! Just give me a minute! Silva? Silva! Silva answer me!

SHIT!!!



“Chie kamu ga papa?” tanya Kyle, mukanya tampak khawatir.

“Kyle kamu percaya sama aku kan?”

“Hah?”

“Please, answer me, kamu percaya sama aku kan?” tanyaku lagi dengan agak memaksa.

“ye..yeah… I guess?? Aku ngga ngerti Chie kenapa kamu tiba – tiba nanya gitu”

“Kalo kamu percaya sama aku kamu harus ikut aku”

“kemana?” Tanya Kyle bingung. Aku hanya terdiam.

“Chie? Kamu mau aku ikut sama kamu kemana?” tanya Kyle lagi.

“Ke Dark Shadow” jawabku.

“What?” “What?” “WHAT?” kata Kyle, William dan Nathan berbarengan.

“Ngga ada waktu untuk ngejelasin, ayo Kyle” kataku sambil menarik tangan Kyle dan mengajaknya berlari.

Tiba – tiba terasa sabetan angin menerpa tanganku yang sedang memegang tangan Kyle, sabetan tersebut terasa mengejutkan dan sedikit sakit sehingga aku melepaskan tanganku dari tangan Kyle.

“Like hell I’m gonna let you” kata William di belakangku, kedua tangannya sudah berbalut angin dan matanya menatap tajam dan ganas ke arahku. Nathan yang sepertinya baru bisa mencerna keadaan kalo aku akan membawa lari Kyle juga sekarang tangannya sudah berbalut dengan api.

“KYLE SINI!!” teriak Nathan sambil melempar sebuah bola api ke arahku. Aku lalu loncat untuk menghindari bola api tersebut, meninggalkan Kyle yang sedang kebingungan di tengah – tengah. Ketika aku ingin loncat lagi ke arah Kyle tiba – tiba puluhan sabit angin berdatangan ke arahku sehingga aku kembali menghindar kebelakang dan kembali terpisah dari Kyle.

Shit

“Summon Momo” teriakku cepat sambil menyentuhkan kedua tanganku ke tanah. Lingkaran hijau yang memiliki ukiran rune di pinggirnya lalu terbentuk dan bercahaya, Momo lalu keluar dari lingkaran tersebut.

“Momo panah!” teriakku sambil loncat ke atas. Dengan sigap Momo lalu menyatukan kedua tangannya dan dari tangannya keluar cahaya terang dan cahaya tersebut lalu berubah menjadi sebuah busur, dengan segera momo lalu melemparkannya ke arahku. Aku menangkap busur tersebut, momoh berubah menjadi pohon oak dan aku segera mendarat di salah satu dahannya yang kokoh.

William kembali melemparkan puluhan sabit angin ke arahku, tapi Momo dengan sigap menepisnya dengan dahan – dahan dan ranting – rantingnya.

“please stop fighting! can anybody tell me what happen here?” teriak Kyle.

“Nathan, bawa Kyle kesini” perintah William, Nathan lalu mengangguk dan mulai berlari, aku lalu mengeluarkan sulur merambat kearah Kyle untuk menariknya kesini, tapi sebelum sulur itu sampai ke Kyle, sulur – sulur tersebut sudah tercabik – cabik oleh sabit anginnya William.

Dengan cepat aku lalu membuat 5 anak panah di tanganku, begitu anak panah tersebut sudah termaterialisasi aku langsung menempatkannya di busur dan menembakannya ke arah Nathan, 5 anak panah segera melesat ke arah Nathan, tapi lagi – lagi sabit angin William menghalangi seranganku dan mematahkan anak panah tersebut. Seperdetik kemudian aku langsung menembakan anak panah ke enam dan ketujuh, untungnya kali ini anak panah tersebut tidak sempat di halangi oleh William dan bersarang dengan mantap di paha kanan dan pundak Nathan. Nathan berteriak kesakitan lalu diapun terjatuh ke tanah. Sepertinya dia pingsan.

“Nateeee!!!” teriak Kyle sambil berlari ke arah Nathan, dengan segera aku lalu menembakan anak panah tepat ke depan langkah Kyle sehingga membuatnya berhenti berlari. Kyle lalu menolehkan pandangannya ke arahku dengan terkejut.

“I’m sorry… I have to do this” kataku kepada Kyle. Lalu tiba – tiba puluhan sabit angin datang ke arahku, momo mencoba menghalanginya tetapi dia tidak bisa menangkis semua sabit yang datang sehingga beberapa sabit sempat melukai tubuhku. Aku merasakan nyeri yang teramat sangat di sekujur tubuhku.

“Lilium Paralysium” kataku pelan, lalu sebuah bunga lili berwarna putih keemasan muncul dari tanah dan melesat ke arahku, aku lalu mengambil lili tersebut dan mengubahnya menjadi anak panah. Aku lalu memfokuskan tenaga sihirku ke anak panah tersebut dan menembakannya ke arah jantung William. Aku lalu melepaskan anak panah tersebut, anak panah tersebut melesat dengan sangat cepat, William sempat mengeluarkan sabit anginnya untuk menghancurkan anak panah yang aku tembakkan tetapi usahanya sia – sia karena anak panah tersebut bukanlah anak panah biasa, anak panah tersebut tidak hancur namun hanya oleng sedikit ke samping dan mengenai bahu kanan William. Dengan segera William terjatuh ke tanah, lalu dia mencoba untuk berdiri namun usahanya sia – sia, tubuhnya kembali terhempas ke tanah.

“Don’t bother, anak panah itu aku buat dari tanaman yang mengandung racun yang bisa melumpuhkan seseorang sementara” kataku.

“William!!!” teriak Kyle, mukanya terlihat sangat panik, sambil memapah Nathan, Kyle berjalan ke arah William.

“Kyle…Minggir…” perintah William.

“Masih belaga sok kuat?” tanyaku ke William kesal. “Kyle… please… come with me…” pintaku.

“OVER MY DEAD BODY!!!!” teriak William, tiba – tiba tubuhnya dikelilingi oleh angin yang sangat kencang, angin tersebut berporos dan berputar – putar di sekitar tubuhnya dengan sangat cepat. Makin lama pusaran angin tersebut makin besar dan semakin kencang.

“Is he creating a tornado archie-kun?” tanya Momo.

“I think….” Jawabku. “Momo please strengthen your roots… this is not good…” lanjutku. Tornado tersebut semakin membesar, dan mulai menarik semua yang berada di dekatnya. Sedikit demi sedikit tornado tersebut bergerak ke arahku. Aku mencengkram batang momo dengan kuat supaya tidak tertarik ke tornado tersebut.

“Archie-kun, what about Kyle?” tanya Momo, aku langsung melihat ke arah Kyle dengan khawatir, takutnya Kyle tersedot ke dalam tornado William, aku lalu bernafas lega, ternyata Kyle tidak terpengaruh oleh tarikan tornado ini, sekeliling tubuh Kyle di selimuti oleh tabir angin yang berputar – putar.

William ngeluarin sihir sekuat ini tapi masih bisa ngelindungin Kyle. This guy is amazing.
Tornado tersebut semakin mendekat dan mendekat, tarikannya semakin kuat, tanganku sudah hampir tidak kuat untuk menahan tarikan tornado tersebut. Aku juga bisa merasakan momo yang mulai melemah.

Ughhh… I can’t hold it any longer…

“William, please stop!” teriak Kyle sambil menggedor – gedorkan tangannya di tabir angin yang dibuat William disekeliling tubuh Kyle. Kyle seperti terkurung dan tidak bisa keluar.
Tapi alih – alih mendengarkan teriakan Kyle, dengan tubuh yang masih tengkurap di pasir,mata William masih menatap lurus ke arahku dengan ganasnya.

That is so imposible… I already paralyzed him with Lilium Paralysium… harusnya dia udah ga bisa bergerak apalagi ngeluarin sihir sekuat ini.

KREKKK KREKKKK

Aku mendengar suara akar dan ranting Momo yang makin lama makin tertarik ke pusaran tornado tersebut, tanganku juga sudah tidak kuat untuk menahan…

“STOP WILLIAM STOP!!!”

ZRRRRRRRRRRRPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPP

Tiba – tiba tornado itu berhenti, atau lebih tepatnya mematung.

“Archie-kun, kenapa tornadonya jadi kaya gitu?” tanya Momo yang masih dalam wujud pohon oaknya tentang keadaan tornado yang tiba – tiba mematung, tidak bergerak, dan tidak tidak
bersuara lagi.

“ini… kekuatan seer-nya Kyle…” kataku takjub.

PLOK

PLOK

PLOK

PLOK

PLOK

Tiba – tiba terdengar suara tepuk tangan dari belakang, aku menolehkan badanku dan menemukan seorang wanita cantik berambut emas dan memakai jubah hitam muncul dari bayangan pohon - pohon dibelakang kami. Silva... this is bad.

“Kyle… The Child Of Time” kata Silva sambil setengah tertawa.

“Silva! I’ve told you to wait!” teriakku.

“siapa dia Archie? Bajunya… dia orang dark shadow??” kata Kyle panik.

“So.. this is your boy toy Archie? The Enigma, The Child of Time, Kyle Clearwater” kata Silva sambil terus berjalan ke arah Kyle. Kyle ketakutan, badannya seperti mengigil ketika Silva makin lama makin dekat.

“Kyle……r…runn….” Kata William berat, William lalu melepaskan tabir angin yang mengelilingi Kyle agar dia dapat lari.

“Wow, look what we got here, are you the one who made this tornado?” Tanya Silva sambil berjalan ke arah William dan berjongkok di depannya. “Pretty amazing” lanjut Silva lagi sambil memegang dagunya dan mengamati tornado yang sedang mematung itu. “do you wanna come to dark shadow?” terusnya.

“F…Fuck y..you” balas William, Silva lalu berdiri dan menginjak kepala William dengan kaki kanannya yang memakai sepatu hak tinggi dengan keras.

“Know your place boy” kata Silva sambil terus menginjak – injak kepala William dengan ganasnya. Muka William kini sepenuhnya sudah tertanam di tanah. “Don’t get too cocky just because I told you your magic is pretty amazing”

“Stop!! Please stop!! STOPP!!! Don’t hurt him!!!” teriak Kyle, Kyle berlari ke arah William tapi William kembali membentuk tabir angin di sekitar Kyle. “William let me go!!!! Realese this wind barier now please!!!” teriak Kyle sambil terus mengedor – gedor tabir angin tersebut dengan kedua tangannya, mata Kyle sudah terlihat berkaca – kaca. “Archie! Please stop her!”

“kamu minta tolong sama Archie? HAH! YOU WISH!” hardik Silva.

“Archie is our friend!!!” teriak Kyle.

“Friend?? Are you joking me?” kata Silva ga percaya, “semenjak kamu menginjakan kaki di Dalton, Archie sudah ditugaskan untuk memantau gerak-gerikmu Kyle, Kamu kira siapa yang memasukan orang – orang dari Dark Shadow ke Dalton? It’s Archie! he’s a shadow!”

Kyle lalu terdiam, dia nampak sedikit gentar selama beberapa saat, tapi lalu dia melihatku dan lalu terlihat kekuatan dan determinasi di matanya.

“No he’s not!!!!” teriak Kyle. “Archie is our friend, no matter where he come from, he’s so kind to all of us and he’ll never betray us!” kata Kyle mantap.

“Hahahahhahahah what a joke, do you know what worst than stupidity?” tanya Silva “It is admiration, when you amire someone you’ll go blind, admiration is a feeling furthest away from understanding” Kata Silva, “and to create Admiration is Archie’s most ultimate magic called Hibiscus Pheromoniscus” lanjut Silva.

“Ngga… aku ga percaya…” kata Kyle, “itu ga betul kan chie?” Tanya Kyle hampir putus asa. Aku cuma diam.

“See? It’s the truth!” kata Silva girang, “Archie is using his magic to make him so likeable, kind, loving and so on and so on, kamu tau Archie aslinya kaya gimana? HE HATES HUMANS!”

“No…..” Kyle seperti mendapatkan tamparan telak di wajahnya setelah Silva mengatakan hal tersebut.

“but don’t worry, he won’t kill you, soon you’ll be in the Dark Shadow, you’ll be our ally” kata Silva lagi.

“Aku ga mau ke Dark shadow…. Semua teman – temanku ada di Dalton….”

“Teman? Serius mereka temanmu? Let me tell you a secret, the truth is, Archie juga menggunakan Hibiscus Pheromoniscus-nya ke kamu Kyle, supaya kamu bisa disukai oleh banyak orang, dengan begitu Archie tidak jadi begitu mencolok dalam operasinya, apa mungkin Archie akan diajak ke pulau ini apabila dia cuma satu – satunya temanmu? Tanpa Gio, William dan Nathan?”

“No… it’s not true…”

“Masih ngga percaya? Oke I’ll show you, my seer magic is “dispel”, dispel can remove any incantation, charms and curses in someone’s body” kata Silva “Like this!”

Klik

Silva menjentikan jarinya, dan secara tiba – tiba dari tubuh Kyle menguap serpihan – serpihan berwarna merah muda yang berkilauan, itu adalah esens dari Hibiscus Pheromoniscus yang aku sebarkan di tubuh Kyle, aku menyebarkan esens tersebut ketika pertama kali aku melihat Kyle di Lapangan Elementalis, tanpa aku sadari ternyata esens Hibiscus Pheromoniscus yang aku taburkan menghasilkan efek yang sangat kuat, mungkin pada dasarnya memang Kyle adalah orang yang gampang disukai, maka tidak aneh ketika aku menaburkan esens tersebut Nathan dan William langsung jatuh cinta kepada Kyle sehingga akhirnya mereka berkelahi, tapi sekarang esens itu sudah terangkat, dan aku yakin perasaan Nathan dan William terhadap Kyle juga akan berubah.

“Done, esens Hibiscus Pheromoniscus yang ada di tubuh kamu sudah terangkat, sekarang kita coba apakah orang satu ini masih menganggap kamu teman” Kata Silva sambil kembali menginjakan kakinya ke kepala William, lalu dia berkali – kali menendang William dengan sangat keras dipinggang hingga membuat William batuk darah.

“STOPPPPP!!!!!” teriak Kyle.

“Silva enough!” teriakku. “lepasin William, kita sekarang harus balik ke Dark Shadow sebelum portalnya ketutup”

“But but, what about the child of time?”

“leave him” perintahku.

“what????!!!! But Archie!!!” protes Silva.

“This is an order! LEAVE THE BOY NOW!” teriakku memerintah. Silva terdiam, dari ekspresi wajahnya aku tau kalau dia sangat tidak terima dengan keputusanku, akan tetapi mau ga mau dia harus patuh.

“ok…I’m sorry milord.” Kata Silva menyerah sambil melipat tangan kanannya di dada dan menunduk.

Aku melihat ke arah Kyle sekali lagi, Kyle sepertinya sangat menderita, dan pasti sekarang dia benci kepadaku….

“Lets leave now…” aku berjalan meninggalkan tempat tersebut dengan langkah dan hati yang amat berat.

“Archie…. Why….” Suara Kyle terdengar sayup – sayup di belakangku, sepertinya dia sedang menangis… ingin rasanya aku langsung lari ke sana dan memeluknya.

But I can’t….


I’m Sorry Kyle…

The AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang