Chapter 15 : The Child of Time

1.3K 81 26
                                    

Chapter 15
The Child of Time






Brian

Aku dan Kyle duduk di pinggiran lorong tempat tadi kami dilemparin garam, anak – anak yang
ngelemparin garam itu udah pada pergi setelah hampir setengah jam ngelemparin kita garam sambil
memaki – maki Kyle. Kyle masih menangis, kepalanya dibenamkan di tangannya yang dilipat diatas kakinya yang ditekuk. Aku mencoba menyentuh bahunya, tapi kemudian Kyle tersentak pelan seperti sentuhan tanganku yang kurang dari sedetik dibahunya membuat dia merasa sakit dan takut, sehingga aku dengan buru- buru menarik tanganku lagi, hatiku sedikit sakit. Aku bener – bener ga tega liatnya.

Aku ngga pernah tega liat Kyle nangis

Kyle lalu mengangkat wajahnya dan melihatku, matanya merah dan sembab, air mata masih mengalir di pipinya.

“Did… I… do…. something wrong?” tanya Kyle tiba – tiba, suaranya terdengar sangat parau.

Aku menarik nafas, aku ngeliatin muka Kyle yang masih menangis. Pingin banget aku memeluk Kyle
lagi dan bilang ke dia kalo semua akan baik – baik aja.

Tapi aku ga bisa… aku ga mau dia salah sangka lagi kaya dulu…

“No… No you didn’t…” jawabku.

“tapi kenapa mereka ngelemparin aku garam….” Tanya Kyle pelan.

Aku terdiam sebentar sebelum menjawab pertanyaan Kyle, memperhatikan matanya yang masih berair
dengan lekat dan berpikir apa Kyle siap ngedenger penjelasan yang ngga mengenakan ini.

“Banyak alasannya… kamu mending ngga usah tau Kyle…” kataku akhirnya.

“No.. please Brian aku harus tau” kata Kyle sedikit maksa, suaranya masih bergetar.

Aku menarik nafas, dan akhirnya memutuskan untuk memberitahu Kyle alasan kenapa ada murid yang
ngelemparinnya garem dan memaki – makinya. Cepat atau lambat dia bakalan tau juga, daripada dia
tau dari orang lain lebih baik aku yang kasih tau duluan.

Aku membuang nafas dengan berat “first of all… maybe jealousy…” kataku.

Kyle tampak terkejut “Jealous? Tapi kenapa?”

“mereka ngarasa kamu di anak emasin di sini Kyle…”

Muka Kyle terlihat bingung, sepertinya dia masih belum ngerti kenapa Cuma gara – gara cemburu dia
sampe dapet perlakuan kaya gitu.

“tapi… kalo cuma karena masalah kaya gitu…” kata Kyle ragu dan sedikit ga percaya.

“ada juga beberapa yang benci sama kamu”

Kyle sekarang benar – benar terkejut. Matanya membesar mendengar kata – kataku barusan. Aku lalu
menunduk dan menjelaskan lagi kepada Kyle.

“Semenjak Dark Shadow dateng ke Dalton waktu itu suasana Dalton jadi berubah, siswa – siswa
Dalton jadi pada ketakutan… dan paranoid… mereka takut kalo tiba – tiba orang dari Dark Shadow
bakal dateng lagi dan….” Kyle lalu menundukan kepalanya, aku ga nerusin kata – kataku.

“jadi emang gara – gara aku…dark shadow datang ke Dalton kan gara – gara aku…” Kata Kyle pelan.

“No! kamu ngga salah apa – apa Kyle, kamu kan ngga tau kalo kejadiannya bakal kaya gini”

“Tapi tetep aja…”

“Bukan salah kamu Kyle”
“Tapi tetep aja salah aku Brian, coba aja aku ga pernah dateng ke Dalton”

“Itu juga bukan keputusan kamu kan buat dateng ke Dalton, waktu kamu di rekrut apa kamu ngga di
kasih tau tentang hubungan Dalton sama pemerintahan? Semua siswa di Dalton itu seperti ‘semi-
dipaksa’ buat gabung sama Dalton...”

Kyle diem. Badannya sedikit bergetar, sepertinya sebentar lagi dia akan nangis lagi.

“selain itu masih ada alesan lainnya? Kenapa mereka manggil aku anak iblis?” tanya Kyle, suaranya
bergetar, matanya mulai berkaca – kaca mengucapkan kata – kata anak iblis barusan.

Aku terdiam lagi dan menjadi sedikit ragu untuk melanjutkan memberitahu Kyle alasan dia dipanggil
anak iblis.

“Brian please jujur sama aku” paksa Kyle. Tangannya mencengkram bahuku dengan kencang.

Aku lalu menarik nafas dan membuangnya dengan berat. “ada ramalan…” aku diem lagi.
“ramalan apa?” tanya Kyle

“lebih baik kamu ngga usah tau Kyle” kataku cepat

Kyle menatap mataku dalam dan serius. Kayanya dia ngga akan berkedip kalo aku belom kasih tau dia
tentang ramalan itu.

“ramalan di buku sejarah sihir..” kataku akhirnya.

“hah?”

“Kamu ngambil kelas sejarah sihir kan?” tanyaku.

Kyle mengangguk.

“Have you ever read the text book from that class?”

Kyle menggeleng.

Aku lalu membuang nafas lagi. Aku tarik tasku yang menggantung di pundakku dan membukanya lalu mengambil buku sejarah sihir. Aku lalu membalik – balikan buku yang bercover merah itu untuk
menemukan halaman yang berisikan ramalan yang aku ceritakan kepada Kyle.


“here..” kataku sambil membuka halaman buku sejarah sihir yang menuliskan sebuah ramalan di depan
Kyle.


The AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang