[Phase 1-2] Wanita Misterius

295 70 10
                                    

"Hutan Lior adalah rumah kami. Barang siapa berani datang tanpa diundang ..." Sosok itu menggeram rendah. Memberi tekanan pada setiap kata-katanya, membuat Dirga meneguk kasar liurnya, "... tidak akan pulang dengan lapang sebelum mereka berhadapan dengan kami!"

• • •

Malam semakin larut, bulan biru tampak tertutup sekumpulan awan. Udara malam ini cukup dingin menusuk kulit. Mata merah menyala tampak menghiasi pemandangan hutan Lior, diiringi dengan orkestra dari geraman makhluk-makhluk malam yang tampak kelaparan.

"Aku kira kau itu sakti!" seru Tara dengan nada yang agak tinggi mengarah pada Dirga.

"Ya, dia benar. Kupikir kau akan membawa kami semua keluar dari hutan ini, heh," timpal Luke yang ikut-ikutan melemparkan kesalahan pada Dirga.

"Bang Dirga ...," panggil Aurora yang masih merasa ketakutan.

Dirga tak mempedulikan cemoohan mereka, ia hanya memejamkan mata ke arah langit malam. Pria Martawangsa itu mengatur ritme pernapasannya dengan tempo santai.

Tenang, batinnya mencoba menerima seluruh kondisi tak masuk akal ini, di mana ia tengah dikepung oleh makhluk-makhluk yang aneh.

Bersikap panik hanya memperkeruh suasana, dan lagi melihat mangsanya ketakutan, bukankah itu keinginan pemangsa?

Baiklah ... akan kutunjukkan siapa pemangsanya. Dirga membuka matanya.

"Oke, oke ... gua akan tanggung jawab," tuturnya pada ketiga orang lainnya.

"Sebagai gantinya ... ikutin semua arahan gua," lanjut Dirga dengan raut wajah super seriusnya. Sekelibat visualisasi terpampang di dalam benaknya, seekor wanara melompat dari arah kiri dan berhasil melukai Tara.

"Hah? Apa kau sudah gi--"

"Dari arah kiri ...," ucap Dirga lirih memotong kalimat Tara.

Sejujurnya Tara, Luke, dan Aurora merasa aneh dengan perubahan yang mendadak itu. Namun, benar saja, seekor manusia kera berbulu putih melompat dan mengarahkan cakarnya pada Tara, tetapi Dirga lebih cepat, dalam sepersekian detik Dirga berpindah ke sebelah Tara dan menghajar kera itu hingga terpental.

"Kuncinya adalah kerjasama tim! Kita ada di sini bukan tanpa alasan. Gua—bisa percaya lu semua, 'kan?" ucap Dirga yang memberikan kepercayaannya pada Tara, Luke, dan Aurora.

Tanpa sadar, kalimatnya memberikan dampak positif pada ketiga lainnya. Moral mereka mulai naik dan rasa takut itu perlahan pudar. Dirga menatap tajam ke arah Cindaku yang hanya berdiri mengamatinya.

Sepertinya Cindaku itu pemimpinnya. Jika bisa mengalahkannya, semua selesai, 'kan? batinnya menyepelekan kondisi ini.

Dalam sekejap Dirga berpindah ke samping Cindaku itu. Ia hendak melancarkan pukulan, tetapi rupanya makhluk-makhluk lain tidak membiarkannya begitu saja, dengan cepat mereka semua menerjang ke arah Dirga.

"Sial!" pekiknya yang tak bisa menghindar.

Dor! Dor! Dor! Dor! Dor! Dor! Dor! Dor! Dor! Dor!

Sepuluh butir peluru berkaliber 12.7 x 99 mm melesat dengan cepat dan tepat ke arah kepala makhluk-makhluk yang berusaha menyerang Dirga. Dalam gerakan slow motion, Dirga menatap makhluk-makhluk itu yang tumbang begitu saja.

Wanita bernuansa hitam itu menghabisi mereka dalam sekejap. Tara dengan cepat me-reload kembali sniper Dragunov-nya, dengan sniper automatic itu ia mampu melesatkan sepuluh butir peluru tanpa harus mengokangnya seperti kebanyakan sniper manual.

Hysteria : Escape From Another WorldWhere stories live. Discover now