46.*Sebuah Fakta*

1K 113 3
                                    

HALLO
JANGAN LUPA VOTE SEBELUM MEMBACA.

SATU VOTE DAN KOMEN DARI KALIAN ITU MENJADI PENYEMANGAT UNTUK KELANJUTAN CERITA INI.

HAPPY READING

Asya dibuat diam seribu bahasa setelah mendengar cerita dari Ocha tentang kejadian yang menimpa Dewa semalam. Ada rasa bersalah saat dirinya tadi ingin marah-marah pada Dewa.

Pandangan Asya bertabrakan dengan sorot mata Dewa yang sedang memperhatikannya dari tadi. Asya menggaruk pelan lehernya, salah tingkah.

"Tante mau keluar sebentar jemput Rara, kamu jaga Dewa dulu ya jangan sampe dia kabur." Ujar Ocha saat melihat jam tangannya.

"Mah. Aku bukan anak kecil yang kalo sakit harus dijagain." Timpal Dewa tak terima, Asya terkekeh pelan lalu mengangguk mengiyakan sebelum Ocha pergi keluar dari sana.

Hening.

Asya menghela nafas pelan kemudian bangkit dari sofa dan berjalan ke sisi tempat tidur Dewa. Kedua tangannya bersilang didepan dada nya.

"Wa. Kenapa lo gak pernah bilang sama gue?" Tanya Asya memulai pembicaraan.

"Gue lupa."

"Penyakit seserius ini. Lo bilang lupa." Ujar Asya tak percaya. Asya akui dirinya memang sedikit tidak percaya dengan penyakit yang Dewa punya, karna kepribadian Dewa yang selama ini seperti orang yang tidak memiliki penyakit dan beban apapun, tentu saja membuat semua orang tidak akan pernah mengira jika Dewa memiliki penyakit seserius ini.

Dewa mengambil tangan Asya kemudian menggenggam nya lembut. Senyuman kecil terukir dibibir pucat Dewa.

"Sugar. Itu udah lama, gu--"

"Lo udah yakin itu udah sembuh seratus persen?" Potong Asya kesal karna Dewa terlalu meremehkan penyakitnya. Walaupun sudah lama, tapi tidak menutup kemungkinan, bukan.

"Diem kan, gak bisa jawab."

"Yaudahlah lupain aja, sekarang gue punya lo, penyemangat gue." Ucap Dewa lalu mencium punggung tangan Asya.

Asya menghembus kan nafasnya kesal, Dewa memang sulit diberi tau.

"Wa."

"Hm?" Gumam Dewa seraya memandang Asya.

"Gue mau nanya."

"Apa?"

"Lo kenal siapa vino?" Tanya Asya.

Dewa diam sejenak kemudian terkekeh pelan.

"Siapa yang gak kenal dia, ketua OSIS yang semua orang bilang alim dan goodboy nya sekolah." Jawab Dewa.

"Bukan itu maksud gue. Tadi gue ketemu dia dan bil--"

"Ngomong apa dia?" Potong Dewa.

"Jauhin Dewa dia pembunuh." Ucap Asya menirukan ucapan Vino.

"Lo percaya?"

"Awalnya. Tapi setelah gue pikir-pikir lagi, gak mungkin lo ngelakuin itu." Ucap Asya tanpa ragu.

Dewa tersenyum kemudian mengacak-acak rambut Asya.

"Jangan pernah percaya sama omongan dia."

"Kenapa?"

Dewano (Squel MHIMCT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang