MTH 4

18.2K 2.1K 145
                                    

***

Jaemin baru saja selesai bersiap, dia akan berangkat sekolah hari ini. Sudah dua hari dia tidak masuk, jadi sekarang dia akan masuk dan mengumpulkan tugas-tugasnya. Jaemin segera keluar dari kamar setelah memastikan tidak ada barangnya yang tertinggal. Saat baru menutup pintu, dia melihat Jung bersaudara keluar dari kamar di sebelahnya.

"Pagi Nana~" sapa Jeno dengan senyum manis, Jaehyun yang melihat Jaemin ikut menyunggingkan senyum.

"Pagi Jaeminnie~" sapa Jaehyun. Jaemin hanya mengulas senyum tipis.

"Selamat pagi Jae hyung, Jeno-ya." Jaehyun dan Jeno terkekeh mendengar panggilan Jaemin untuk mereka.

"Ayo turun, setelah sarapan nanti kami antar ke sekolah" tentu saja perkataan itu langsung ditolak Jaemin.

"Tidak perlu!" ujar Jaemin. Jaehyun dan Jeno langsung memasang wajah datar, tidak pernah ada yang membantah mereka, dan makhluk manis di depannya ini punya banyak nyawa sepertinya sampai berani membantah keduanya.

"Aku tidak mau teman-temanku membicarakan yang tidak-tidak mengenaiku, aku hanya anak yatim yang ke sekolah naik bus, mereka pasti akan menatapku aneh saat melihat aku keluar dari sebuah mobil mewah." Jaehyun dan Jeno mendengus.

"Aku tidak mengerti, kenapa semua orang sangat suka membuat hidup orang lain repot?" Jeno bertanya sebelum dia berjalan berlalu. Jaehyun mendengus.

"Aku tidak tahu kalau ada orang yang repot-repot mengurusi kehidupan orang lain." ujar Jaehyun sebelum meninggalkan Jaemin yang bingung tidak tahu harus apa menanggapi mereka berdua.

***

Jika ditanya apa Jaemin terbiasa dengan mereka berdua, Jaehyun dan Jeno, jawabannya adalah tidak. Dia belum terbiasa, dia hanya sedang berusaha membiasakan diri dengan menerima kehidupan barunya. Dia bukan tipe orang yang memikirkan masa lalu dengan berlarut-larut, dia bukan orang yang berpikiran selalu dengan kata 'Mengapa', dia hanya orang yang mengikuti arus kehidupannya. Terpisah dengan keluarga aslinya, kehilangan keluarga asuhnya, dijual oleh panti asuhan, dan sekarang akan menjadi istri dari dua pria bersifat keras yang tidak suka dibantah. Jaemin menerima itu semua dengan hati lapang, karena dia tahu, apapun yang jika dia lakukan dengan ikhlas pasti akan berakhir baik. Dia bukan orang yang muluk-muluk, yang jika disekap akan berusaha kabur, atau memberontak, atau malah membenci orang yang membawanya. Dia bukan orang seperti itu meski proses dia dibawa ke sini sangatlah tidak menyenangkan.

Jalan pikiran Jaemin sangatlah sederhana, lakukan apapun dengan ikhlas, jalani saja semuanya dengan baik sesuai kemampuanmu, selalu berdoa dan tidak lupa bersyukur. Hanya itu pikiran Jaemin, karena bagi Jaemin kebahagiaan untuknya sangatlah sederhanya, yaitu melihat orang-orang disekitarnya tersenyum dan tertawa lepas, dia sudah bahagia.

***

Jaemin baru saja sampai di sekolah dengan bus, dia harus berdebat dengan tiga Jung sekaligus tadi, dan berakhir dia yang menang. Tapi tetap saja, dua Jung muda, Jaehyun dan Jeno berbalik ngambek padanya, mengatakan kalau Jaemin tidak menerima niat baik mereka.

"Niat baik apanya kalau nanti malah membuatku jadi bahan gosip anak-anak sini?" Jaemin geleng kepala sebelum dia akhirnya berjalan masuk ke dalam lingkungan sekolahnya yang sudah mulai didatangi para siswa dan guru.

Jaemin mengganti sepatunya dengan sepatu ruangan sebelum akhirnya melangkah menuju kelasnya yang ada di lantai dua. Sampainya di kelas, ia disambut pelukan oleh Seungmin dan Haechan, Hyunjin dan Renjun belum datang.

"Nanaaa~ kemana saja? Astaga! Kami merindukanmu!" ujar Seungmin, dia benar-benar senang saat sahabat manisnya ini kembali masuk sekolah setelah dua hari absen, dengan satu hari tanpa kabar.

"Aku baik-baik saja, hanya ada sedikit masalah, tidak ada apa-apa kok." ujar Jaemin.

"Na, jangan bohong loh! Kau kemarin sudah bilang akan cerita pada kami semua." ingat Haechan, Jaemin menghela nafas pelan dan mengangguk kecil.

"Nanti saat istirahat saja ya?" keduanya pun mengangguk.

Tak lama kemudian Hyunjin dan Renjun datang, keduanya sangat heboh saat melihat Jaemin sudah duduk manis di tempatnya. Mereka berdua langsung memeluk Jaemin dan Hyunjin memberikan tangisan bombay, membuat Jaemin kesal dan memukul lengan Hyunjin yang sedikit lebay menurutnya, tapi meski begitu dia berterimakasih pada mereka yang sudah mengkhawatirkannya.

"Na Jaemin? Apakah ada?" seorang siswa dari kelas lain bertanya di depan pintu. Jaemin mengangkat tangannya.

"Ne, ada apa?" tanya Jaemin.

"Seo ssaem mencarimu, beliau menunggumu di perpustakaan." Jaemin mengangguk. Dia mengucap terimakasih sebelum akhirnya pergi menemui salah satu gurunya, yang sebenarnya adalah suami dari atasannya di tempat kerja.

"Aku ke tempat Seo ssaem dulu" Jaemin segera pergi keluar kelas menuju perpustakaan, Seo ssaem kebetulan memang guru sekaligus orang yang menjaga perpustakaan dijam pagi, dari jam tujuh hingga jam sembilan, nanti setelah itu akan diganti oleh guru lainnya.

"Permisi?" Jaemin masuk ke dalam ruang perpustakaan yang masih sepi, dia mendengar suara buku-buku yang sepertinya baru saja dikeluarkan dari kardus.

"Seo ssaem?" pria tinggi itu segera berbalik, dia tersenyum menyapa Jaemin.

"Pagi Jaemin-ah" Jaemin mengangguk kecil.

"Pagi ssaem, ada apa ssaem ingin menemui saya?" Johnny menghentikkan pekerjaannya sejenak lalu pergi ke meja penjaga, Jaemin mengikutinya.

"Ini ada bekal makanan dari Taeil, dia ingin memberikannya padamu." Jaemin mengerjap dan menerima kotak bekal itu.

"Tapi ini-"

"Dia khawatir padamu, jadi dia memintaku memberikan ini padamu." Jaemin akhirnya menerima itu.

"Tapi darimana Taeil hyung dan ssaem tahu saya masuk hari ini? Saya kan tidak mengabari Anda maupun Taeil hyung." tanya Jaemin heran.

"Taeyong dan Ten, kedua orang itu kan yang kau beri tahu kalau kau tidak akan masuk selama dua hari. Jangan lupakan baik aku, Taeil, dan Taeyong juga Ten adalah teman baik. Kau memberitahu mereka dan mereka memberitahu kami." jelas Johnny.

"Ahh~ saya tidak mengetahui itu." Johnny terkekeh dan mengusap rambut Jaemin.

"Sudah, kembalilah ke kelas, nanti terlambat lagi." Jaemin membungkuk sopan sebelum pamit pergi. Johnny menghela nafas sejenak.

"Kau sudah melihatnya sendiri kan dia bagaimana hyung sekarang?" sosok dari sudut perpustakaan memunculkan dirinya.

"Adikku tumbuh dengan baik" Johnny menggeleng mendengar itu.

"Jika kau tahu, dia punya banyak luka di balik pakaian yang dia kenakan, tanyakan pada Taeyong dan dia akan menjawab semuanya." pria itu mengangguk.

"Terimakasih Youngho-ya" pria itu menatap Johnny sebelum dia keluar dari perpustakaan dengan langkah tenang.

"Sama-sama....





























































...Sehun hyung."

***

_MTH 4_

[2JAE & NOMIN] My Two HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang