MTH 22

9.8K 1.2K 18
                                    

***

Jaemin baru saja lelap setelah puas menangis di pelukan Sehun, dia baru saja mendengar jika orang tua yang begitu ia rindukan sudah berpulang lebih dulu, bahkan sebelum bertemu dengannya kembali. Sehun dengan sabar menenangkan Jaemin yang masih belum bisa menerima kepergiaan mereka berdua. Alasan Sehun mengganti marga menjadi Oh pun juga gara-gara kematian kedua orang tuanya, banyak orang yang berusaha mengambil harta keluarganya, dan keluarga dari mendiang neneknya, keluarga Oh, butuh pewaris, sehingga Sehun mengklaim posisi itu, mengganti marganya menjadi Oh, dan melindungi aset keluarga Na yang harusnya menjadi milik Jaemin.

Sehun membaringkan Jaemin dan menyelimuti adiknya itu, istrinya sendiri sedang duduk sembari mengusap kepala Jeno yang lelap di sampingnya. Jaehyun yang sejak tadi berdiri di samping jendela menatap Sehun.

"Hyung" Sehun berbalik dan menatap Jaehyun.

"Apa kami bisa mendapatkan kepercayaanmu?" tanya Jaehyun.

"Tidak tahu" jawab Sehun, membuat Jaehyun dan Jongin menatap pria tersebut.

"Sayang?" Sehun mendekati Jongin dan duduk di sisi Jongin yang lain.

"Aku tidak tahu apa aku bisa melepaskan dia pada kalian berdua yang berstatus sebagai 'Shadow', musuh kalian banyak dan ada dimana-mana, aku tidak mau adikku terluka karena musuh kalian ada dendam dengan kalian." ujar Sehun, Jaehyun menunduk dan mengepalkan tangannya.

"Tapi-" Jaehyun mendongak dan menatap Sehun yang kini hanya menatap pada adiknya.

"-aku bisa mempercayai kalian jika kalian bisa menyingkirkan Helene Kim beserta keluarganya, apa kau bisa Jung?" Jaehyun yang mendengar itu sontak mengangguk.

"Bisa! Aku bi- ah tidak! Kami bisa melakukannya!" ujar Jaehyun. Sehun menarik senyum tipis.

"Kalau memang kau bisa, buktikan itu agar aku bisa yakin aku bisa memberikan kepercayaanku padamu dan Jeno." ujar Sehun. Jaehyun mengangguk.

***

Dua hari sudah Jaemin dirawat, hari ketiganya dia sudah boleh pulang. Jaemin pulang dijemput oleh Jaehyun seorang, Jeno tidak bisa menjemputnya karena terjebak rapat penting mengenai pengembangan game terbarunya.

"Sehun hyung dan Jongin hyung tidak datang?" tanya Jaemin.

"Bukan tidak datang, mereka sedang pergi ke Busan untuk beberapa hari ke depan." jawab Jaehyun, Jaemin mengangguk paham.

"Hyung" Jaehyun berdehem.

"Hyung mencari istri untuk pasangan atau alat pemuas nafsu?" tanya Jaemin tiba-tiba, tentu saja membuat Jaehyun mengerem mendadak.

"YAAKKK!!!" kesal Jaemin, Jaehyun tidak mempedulikan itu dan menoleh ke arah Jaemin.

"Kenapa kau bertanya begitu?" tanya Jaehyun.

"Eum- itu- aku- kepikiran, itu saja." jawab Jaemin, menutupi alasan sebenarnya jika dia meragukan Jeno dan Jaehyun akibat isi pesan dari seseorang yang tidak ia kenal sama sekali.

"Nana, hyung tahu kau berbohong, jadi? Mau mengatakan yang sejujurnya? Alasan dibalik Nana bertanya begitu?" tanya Jaehyun.

Jaemin tidak memberikan jawaban, pemuda manis itu justru menunduk dan menautkan jemari-jemari lentiknya. Dia ragu ingin mengatakannya.

"Jaeminnie, jujur pada hyung, ada apa sayang?" Jaemin menggigit bibir bawahnya dan menatap Jaehyun dengan mata berkaca-kaca.

"Seseorang mengirim pesan padaku, dia ingin aku mengembalikan Jaehyun hyung padanya, dan mengataiku jalang, aku kepikiran isi pesan itu, dan aku berpikir, apa hyung benar mencari istri atau hanya alat pemuas nafsu?" lirih Jaemin. Jaehyun menggenggam jemari Jaemin dan mengusapnya.

"Sejujurnya, iya baik aku dan Jeno dulu memang mencari seseorang untuk pemuas nafsu kami, tapi setelah melihatmu dan mengenalmu, tujuan itu hilang dan berganti dengan kami ingin kau menjadi istri kami, pendamping hidup kami, selamanya." ujar Jaehyun mengaku, dia tidak bisa menutupi juga alasan pertama dia dan Jeno mencari istri itu untuk apa.

"Kami tidak bisa melepaskanmu lagi untuk siapapun." lanjut Jaehyun. Jaemin tidak merespon dan hanya menatap ke dalam mata Jaehyun.

"Jika kau tidak percaya, kau bisa tanyakan ini kepada Jeno juga." ujar Jaehyun.

"Aku percaya" sahut Jaemin, Jaehyun tersenyum, dia mendekat dan mencium kening Jaemin.

"Kita pulang, ne?" Jaemin mengangguk. Jaehyun pun kembali mengendarai mobilnya, melaju menuju rumah.

***

Tiga hari Jaemin tidak masuk, membuat sahabat-sahabatnya rindu. Mereka tidak menjenguk Jaemin karena Jaemin melarang mereka untuk datang.  Jaemin paling tidak suka jika saat sakit dijenguk, dia tidak mau sahabat-sahabatnya melihat dia terbaring tidak berdaya.

"Mau mengunjungi Jaemin, tapi kita tidak tahu dia tinggal dimana sekarang." ujar Felix.

"Kau benar, hahhh~ aku merindukannya" ujar Haechan, sedangkan Yangyang yang tahu dimana keberadaan Jaemin tidak bisa mengatakan apapun, dia tahu keberadaan Jaemin karena suaminya, Kun adalah sekretaris pribadi sekaligus anak buah Jaehyun, dia tidak mau suaminya mati ditangan Jaehyun gara-gara dia membocorkan alamat keberadaan Jaemin saat ini.

"HYUNJIN HYUNGGG!!" Hyunjin yang ada di sana sontak menoleh saat mendengar suara seseorang memanggilnya. Dia berbalik dan tersenyum saat melihat Jeongin, kekasih beda setahunnya itu datang menghampirinya.

"Jeonginnnn!!" Hyunjin tersenyum cerah menyambut si manis. Sedangkan sahabatnya berdehem kencang.

"Oh ne, Felix, Hyunjin, kabar usaha keluarga kalian bagaimana?" tanya Renjun.

"Ya tidak bagaimana-bagaimana, tidak ada masalah besar kok, tenang saja." jawab Hyunjin.

"Begitupula denganku, kami baik-baik saja, toh usaha kami tidak cuma satu." jawab Felix.

"Syukurlah kalau tidak ada apa-apa, jika butuh bantuan kalian bisa mengatakannya pada kami." ujar Shotaro.

"Tenang saja, kami akan merepotkan kalian nanti jika kami memang butuh bantuan hahahaa" tawa Hyunjin, lalu Hyunjin pamit untuk berbicara dengan kekasihnya.

"Hahh~ jadi ingin punya kekasih" gumam Han.

"Sabar sabarin aja lah, nanti juga datang sendiri kok." ujar Yangyang menenangkannya. Dia tidak akan bilang pada temannya kalau dia sudah menikah, kecuali Renjun yang memang sudah tahu kebenaran hubungan Yangyang dengan sepupunya.

"Ah ne, kalau ada kabar tentang Jaemin aku kabari ya, aku pergi dulu!" pamit Seungmin dan segera pergi dari para sahabatnya. Satu per satu pun mulai pamit, tersisa Renjun dan Yangyang.

"Yangie"

"Iya?"

"Kau pulang dengan siapa?"

"Kun ge, kau sendiri? Doy hyung?"

"Begitulah, ne, Yangie, ada yang ingin aku tanyakan."

"Apa? Selama aku bisa menjawab aku akan menjawab."

"Siapa itu Yuta dan Mark?"

"N-Ne?"

"Saat di rumah sakit menemani Jaemin, sebelum aku pergi seseorang berlesung pipit memanggil nama 'Yuta' dan 'Mark', mereka siapa?"

Yangyang tidak tahu harus menjawab apa, bukan karena dia tidak tahu, tapi karena dia sangat tahu dengan jelas siapa dua orang itu. Mereka pernah datang ke rumah sesekali untuk bicara dengan Kun.

"Yangie, ada yang kau sembunyikan benar?"

"Renjun, aku-"

"YANGYANG!" panggilan dari Kun menghentikkan keduanya, Yangyang menoleh dan mendapati suaminya berlari ke arahnya.

"Astaga, aku mencarimu sejak tadi, aku cemas karena kau tidak segera keluar." ujar Kun, Yangyang tersenyum kecil.

"Renjunnie, Doyoung sudah menunggu di depan gerbang, kajja." Renjun memilih mengalah, mungkin tidak sekarang dia mendapat jawaban. Dia hanya perlu bersabar, itu saja.

***

_MTH 22_

[2JAE & NOMIN] My Two HusbandDonde viven las historias. Descúbrelo ahora