7 | Cerita

116 15 15
                                    

Jangan lupa vote and comment yaa...

╔═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╗
~ HAPPY READING ~
╚═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╝



≪━─━─━─━─====== • ✠ • ======─━─━─━─━≫


Nit, aku kangen sama kamu. Gimana keadaan kamu di sana sekarang, ya? Aku tahu, aku masih bisa bertemu kamu di sekolah. Tapi rasanya berbeda seperti saat dulu kita sering bermain bersama. Saat itu, keadaan keluarga aku masih utuh. Tapi sekarang, keluarga aku diambang kehancuran. Bukan karena orang ketiga, tapi berhubungan dengan takdir yang digariskan Tuhan. Nit, aku kangen kamu. Kapan aku bisa ke sana, ya? Aku ingin menceritakan semua yang aku alami selama di sini. Di sini pun, aku mengalami hal mistis—diganggu makhluk tak kaset mata. Bahkan, terkadang aku sering melihat sosok ibu ada di sini—semakin membuatku tak tahan. Aku yakin, jika ada kamu, aku bisa tenang, karena kamu selalu ada untukku. Nit, aku mohon doanya, ya? Semoga, bapak aku bisa cepat sembuh dan aku bisa pulang ke rumah dan bermain bersama kamu lagi. Aku rindu kamu, Nit. Aku minta doanya, ya? batin Tanti sambil menatap ke arah terminal dengan tatapan kosong. Benar saja, rumah Dokter Wanto tidak jauh dari terminal. Ia sering pergi ke terminal jika sedang bosan.

Di lain tempat di waktu yang sama, seorang anak pun tengah bersedih karena teringat sahabatnya.

Tanti, sudah hampir satu bulan kita tidak main bersama. Apa kabar kamu di sana, ya? Kamu pasti di sana bahagia, karena di rumah Dokter Wanto yang sangat kaya raya. Kamu makan enak, bahkan, lebih enak daripada aku. Kamu dimanjakan di sana dengan barang-barang yang mewah, sangat jauh berbeda denganku. Aku harap, kamu baik di sana, dan semoga, bapak kamu cepat sembuh, supaya kita juga bisa main lagi. Tanti, aku rindu kamu. Kapan kamu ke sini? batin Ernita sambil menatap langit yang cerah sore itu.

***

Setelah satu bulan lebih bapak Tanti sering dirawat di rumah sakit, akhirnya, bapak Tanti sudah mulai membaik. Namun, tidak tahu jika ke depannya kembali memburuk. Sekarang, bapak Tanti di rumah, dan Tanti pun juga sudah pulang ke rumah, karena harus membereskan rumah yang sudah berantakan karena sudah lama ia tinggalkan.

Ia pun kembali memulai aktivitasnya sehari-hari seperti sebelumnya, dan yang pasti, bermain bersama Ernita.

“Nit, aku kangen banget sama kamu. Udah lama ketemu kamu. Aku tau, kita ketemu di sekolah. Tapi 'kan, kita nggak bisa main sepuasnya seperti biasanya,” ucap Tanti saat ia berada di ruang tamu rumah Ernita.

“Iya, Tan, aku tahu. Aku pun merasa begitu. Aku juga kangen banget sama kamu. Kita udah empat tahun sahabatan, dan rasanya, terpisah satu minggu pun serasa setahun. Apalagi satu bulan lebih kayak yang kemarin, ya?"

“Iya, alhamdulilah bapak aku udah sembuh. Aku udah bisa bermain sama kamu.”

“Iya, alhamdulillah, aku juga seneng banget.”

“Eh, tau nggak, Nit, gimana pengalaman aku selama di rumah Dokter Wanto?”

“Enggak, emangnya kenapa? Di sana enak, ya?”

“Aduh ... gimana, ya, Nit, ya. Dibilang enak, ya nggak. Dibilang enggak, ya enak.”

“Loh, kok gitu?”

“Jadi gini, enaknya tuh, ya karena rumahnya besar. Barang-barangnya mewah, dan makanannya enak. Pokoknya, serba woww! Di sana, aku juga dimanjakan. Di sana Dokter Wanto pun baik banget sama aku. Ya ... mau gimana lagi. Anak Dokter Wanto 'kan, udah pada dewasa semua. Jadi, karena aku anak kecil satu-satunya di sana, otomatis, ya aku di sana juga agak dimanja gitu.”

“Yahh kalau gitu, ya enak. Lebih baik di sana.”

“Iya menurut kamu. Tapi ada nggak enaknya juga.”

“Emangnya, apa yang nggak enak?”

“Asal kamu tahu, ya, Nit. Di sana tuh, aku nggak nyangka kalau rumahnya agak sedikit ngeri gitu. Di sana tuh, 'kan awalnya aku tuh biasa aja. Lama-lama aku merasa kalau ada hal mistis di sana. Waktu itu, Mak As lagi ngepel di di lantai bawah. Terus, aku nyapu di tangga. Tiba-tiba, aku tuh melihat di lantai atas ada penampakan gitu sosok berwarna putih sedang mengejar aku. Ya otomatis aku langsung lari, lah, ke lantai bawah. Sampai di lantai bawah, Mak As tanya kenapa aku kayak terburu-buru gitu. Terus aku bilang, kalau di lantai dua ada sosok itu. Tapi, Mak As melihat itu nggak ada siapa-siapa. 'Kan, aku jadi bergidik ngeri gitu, Nit.”

“Wahh serem juga, ya? Terus, ada lagi nggak, yang lebih parah?” tanya Ernita karena sangat penasaran.

“Wahh tentunya ada. Jadi, pas itu 'kan, Mak As lagi siap-siap buat masak makan siang. Nah, aku tuh disuruh istirahat di kamar lantai atas. Terus, aku tidur sendirian. Di samping aku ada guling. Aku nggak tahu mimpi apa, tiba-tiba aku kayak ngerasa harus bangun gitu. Nah, abis aku bangun, tiba-tiba ada pocong gitu di sebelahku. 'Kan aku kaget. Pas aku liat, aku kira itu guling awalnya. Ternyata bukan. Tentu aja aku langsung terjatuh dari tempat tidur. Tapi, untungnya aku nggak sempat liat wajahnya. Aku langsung berlari mencari keberadaan Mak As entah di mana pun. Yang penting, aku menjauh dari kamar itu. Aku lihat dia tuh masih ngejar aku gitu sambil lompat-lompat. Kamu 'kan, ngerti, aku masih kecil. Apalagi sendirian di rumah besar yang aku belum terlalu akrab. Jadi, aku cuma bisa lari, lari, dan lari. Pas nyampek lantai bawah itu aku langsung meluk Mak As dari belakang kayak ketakutan gitu. Terus, dia nanya kenapa aku kayak baru dikejar sesuatu yang menakutkan. Ya aku nggak cerita, lah. Karena beberapa hari yang lalu aja, aku lihat ada sosok putih, Mak As nggak percaya. Apa lagi kalau aku bilang ada itu. Jadi, ya aku bilang kalau aku itu cuma mimpi buruk.”

Aduhh ... itu sih, parahnya kelewatan! Aku juga takut banget kalau kayak gitu. Terus, habis itu, kamu masih berani nggak, tidur di kamar itu?” tanya Ernita yang masih serius.

“Ya kalau ada Mak As, ya aku berani tidur. Tapi kalau nggak ada Mak As, ya aku nggak berani tidur sendirian.”

“Ohh gitu, ya? Tan, ternyata pengalaman kamu di sana enak nggak enak, ya? Benar apa yang kamu bilang. Semoga, nggak ada buruk menimpa kamu lagi.”

“Iya, amiiin. Semoga aja, ya?”

Setelah itu, mereka berdua kembali menceritakan hal-hal yang berbau mistis. Karena mereka berdua sebenarnya menyukai cerita mistis. Namum, tidak jika mereka mengalaminya sendirian. Bagi mereka, hal tersebut sangat menantang. Tapi, bisa menegangkan jika mengalaminya secara langsung.

╔═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╗
• • B E R S A M B U N G • •
╚═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╝

Sampai di sini dulu yaa...
Gimana ceritanya? Bagus nggak? Kalau bagus, jangan lupa untuk vote, comment, and share yaa ... karena itu gratis.
See you next part😍 ....

Salam,
Eryun Nita


My Best Friends [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang