24 | Kesedihan Martha

41 5 0
                                    

Jangan lupa vote and comment yaa...

╔═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╗
~ HAPPY READING ~
╚═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╝



≪━─━─━─━─====== • ✠ • ======─━─━─━─━≫

Setelah sampai, Ernita memarkir motor Martha. Kemudian, mereka menuju gazepo yang terletak di sebelah vila.

Mereka duduk dan sama-sama termenung dalam diam, karena mereka sama-sama baru saja putus. Mereka sama-sama terluka hatinya. Akan tetapi, Ernita tak tau, siapa yang membuat luka di hati Martha. Apakah Martha yang memutuskan Haikal, atau Haikal memutuskan Martha.

Cukup lama mereka saling membisu. Tiba-tiba, Martha membuka suara.

“Er, aku mau tanya sama kamu”

“Tanya apa?”

“Gimana rasanya misalnya kamu punya pacar—awalnya dia bilang bakal setia, dia sayang banget sama kamu, tiba-tiba, dia tuh berubah sikapnya. Terus, berantem di chat. Habis itu, dia ngajak mengakhiri hubungan. Kamu menerima karena memang udah nggak betah sama sikap dia. Dia juga langsung lepasin kamu gitu aja. Nggak lama setelah itu, dia udah mosting foto cewek lain. Gimana perasaan kamu?”

“Ya jelas hancur, lah! Apalagi, habis putus langsung punya cewek baru. Cowok macam apa itu?!”

“Nah, kan ... kamu aja bilag gitu, apalagi aku yang merasakan.”

“Jadi, itu yang terjadi sama lu?”

Martha hanya mengangguk.

“Gila si Haikal! Tega banget, sih, nyakitin  hati lu!”

“Kamu aja nggak nyangka, apalagi aku. Padahal, aku sama dia udah beberapa bulan pacaran, malah harus kayak gini.”

“Terus, sekarang dia masih tetap sama cewek baru itu?”

“Iya.”

“Siapa namanya? Kelas berapa? Sekolah di mana?”

“Namanya Cahya, kelas sebelas, sekolah di Malvok.”

“Malvok? SMK Muhammadiyah 5?”

“Iya.”

“Jadi, dia pacaran sama kakak kelasnya?” tanya Ernita dengan terkejut.

“Iya gitu.”

“Emang, si Haikal bisa ngimbangin kedewasaan si Cahya?” Ernita mengangkat salah satu alisnya.

“Aku nggak ngerti masalah itu. Cuma, Cahya sendiri juga masih agak kekanak-kanakan gitu,” jawab Martha dengan menunduk.

“Aduh ... repot juga, sih. Kira-kira, mereka bakal bertahan lama, nggak?”

“Kalau menurut aku, mereka nanti cuma akan putus nyambung putus nyambung doang. Aku yakin itu.”

“Lu yang sabar, ya. Kalau emang dia jodoh lu, kelak suatu saat dia pasti juga bakal balik ke lu, kok. Udah, percaya aja. Suatu saat lu pasti bisa bersatu lagi sama Haikal, meskipun putus nyambung putus nyambung.”

“Tapi, aku masih marah banget, gitu loh. Dia itu sering nyari masalah, sering buat ulah. Kalau aku ngambek, dia ikutan ngambek. Apa-apa dia mau menang sendiri. Aku tuh bingung sebagai pacarnya.” Perlahan air mata Martha menetes.

“Sekarang gini, lu sabar aja. Lu dulu udah pernah bilang ke gua supaya ngelupain Mas Dito dengan cara gak inget-inget terus. Sekarang, lu pun juga harus gitu. Lu bisa ngelakuin segala hal, yang sekiranya bisa bikin lu gak keinget Haikal.”

My Best Friends [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang