4. Sandiwara

35.1K 4.5K 276
                                    

Aku kasih target komen ah, supaya lebih bisa mengasah kemampuan kecepatan nulisku dan menghilangkan kemageranku😌🤣

Kali ini, target komennya 30, baru lanjut.

Kali ini, target komennya 30, baru lanjut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tentu saja, putriku. Apakah kau mau melihat-lihatnya sekarang? Kau bebas memilih kediaman mana yang kau inginkan."

Xiao Qi mendongak seraya tersenyum polos. "Aku percayakan saja kediaman yang ayah pilihkan untukku karena aku ingin pindah sekarang juga supaya bisa di dekat ayah terus." Tuturnya berbinar.

"Haha. Baiklah. Sekarang juga aku akan mengantarkanmu ke dalam kediaman barumu."

"Ehm, bagaimana kalau langsung membawa pakaianku ke sana, ayah?"

"Tidak usah, putriku. Aku akan membelikanmu pakaian baru setelah ini di pasar. Kau mau, bukan?"

Xiao Qi tersenyum ceria untuk kesekian kalinya lalu memeluk lengan  Tuan Qi manja. Berhasil membuat pria tua satu itu merasa sangat gemas dan bahagia secara bersamaan.

Mereka pergi ke kediaman baru Xiao Qi, diiringi oleh tatapan heran dari para dayang yang berlalu lalang.

Mereka bertanya-tanya di dalam hati akibat melihat kedekatan Xiao Qi dengan ayahnya.

Sayangnya, sepasang ayah anak itu tidak terlihat peduli. Mereka sibuk dengan dunia mereka berdua.

Xiao Qi tersenyum puas melihat kediaman barunya yang jauh lebih baik dari kediaman sebelumnya.

Di kediaman ini ada kolam pemandian yang lebih besar dan taman bunga teratai ungu. Juga lebih indah dan terawat. Tidak seperti kediamannya yang gudang.

Memang, jurus merayu adalah hal paling mudah meluluhkan hati seorang ayah. Sama halnya seperti rayuannya yang berhasil pada sang ayah, Darren Anthanius.

Jika dia menginginkan sesuatu, maka dia akan merayu ayahnya dan mendapatkan apa yang diinginkannya begitu mudah. Tidak peduli keinginannya susah sekali pun, seperti mendapatkan kalung giok yang dipakainya sekarang ini.

Entah mengapa, kalung giok permintaanya dulu masih melingkar indah di leher tubuhnya sekarang. Mungkin kalungnya ikut terbawa sewaktu transmigrasi.

Ah, ngomong-ngomong, dia menjadi merindukan ayah kandungnya yang berada di dunia immortal.

Apakah di saat zaman kuno ini masih ada dunia immortal atau belum tercipta sama sekali?

Jika sudah ada, akan kah ayahnya sudah ada waktu itu?! Setidaknya, apakah Paman Arthurnya sudah ada di dunia ini mengingat usia paman Arthurnya lah yang paling tua!!

"Putriku, kenapa kau terlihat sedih? Kau tidak suka dengan kediaman ini?"

Buru-buru Xiao Qi menjelaskan. "Bukan, ayah. Aku sangat suka dengan kediaman ini. Aku hanya teringat dengan tunanganku yang berselingkuh dengan Hua Tiao."

Wajah Tuan Qi tampak merah padam. "Dia berani berselingkuh dengan sahabatmu itu?!"

Xiao Qi mengangguk sedih. "Kenapa, ayah? Kenapa dia berselingkuh dengan sahabatku sendiri? Apakah aku terlalu jelek sehingga dia tidak melihat diriku lagi?" Air mata menetes begitu saja dari pelupuk matanya.

Tangisan dalam diamnya membuat hati Tuan Qi terasa teriris pisau tak kasat mata.

Pria tua itu merengkuh tubuh mungil Xiao Qi ke dalam dekapannya sembari memberikan elusan lembut di punggungnya. "Jangan sedih, putriku. Kau tidak layak menangisi pria tidak tahu diri sepertinya. Aku akan membatalkan pertunangan kalian dan jangan coba-coba menahan ayah untuk membatalkan pertunangan kalian!"

Suara tegas Tuan Qi membuat senyuman miring Xiao Qi muncul. Meski begitu, suara lirih penuh kesedihannya tetap lah terdengar  begitu memilukan bagi si pendengar. "Aku sangat mencintainya, ayah. Hatiku terasa sangat sakit tiap kali memikirkan penghianatannya."

Tuan Qi mengelus lembut rambut coklat Xiao Qi. Membiarkan Xiao Qi menangis di dadanya.

"Cinta tidak penting, putriku. Yang paling penting di sini adalah kekuasaan. Kekuasaan bisa membuat orang tunduk, sementara cinta tidak!"

Xiao Qi semakin menangis terisak-isak.

"Jadi, relakan saja dia ya. Ayah tidak mau kau menikah dan berakhir menyedihkan bersamanya. Ayah ingin kau mendapatkan pria baik nantinya. Pria yang bisa menjaga dan menghargaimu."

Di sela tangisnya, Xiao Qi tersenyum mendengar penuturan Tuan Qi.

Tidak perlu melakukan banyak hal, pertunangannya dan Cheng Mo akan kandas beberapa waktu lagi.

Bukan kah sandiwara lebih baik daripada koar-koar tidak jelas?

Bersambung....

Xiao QiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang