13. Kamu kok gak pake....?

539 81 25
                                    

Happy reading!💜
.
.
.
.
.
.

Chandra dan Kenan bersiap menemui Windy yang sudah selesai dengan latihannya. Sebelumnya, dia sudah memastikannya lebih dulu melalui telepon. Dia juga mengajak Kenan karena ingin mengenalkan gadis taksirannya itu. Dengan hati yang berbunga-bunga, Chandra semakin mempercepat langkahnya menuju aula dimana Windy tengah menunggunya untuk pulang bersama.

Ketika sudah sangat dekat dengan objek yang dituju, keduanya justru berhenti. Apa yang mereka lihat kini sungguh di luar dugaan.

Sena mencium kening Windy, tepat di depan Chandra dan Kenan!

Kenan sudah was-was melihat Chandra yang kini setengah berlari menghampiri dua orang di depan sana. Dia menyamai langkah besar Chandra sambil berkata, "Jangan berantem disini woy!"

Chandra menulikan pendengarannya, matanya kian menatap tajam saat Sena semakin mendekatkan wajahnya untuk kedua kalinya. Tepat sebelum bibir Sena menyentuh milik Windy, tangan Chandra lebih dulu menghalaunya dengan sebuah tonjokan.

Bugh.


Tanpa babibu. Chandra langsung menarik paksa tangan Windy untuk segera pergi dari tempat itu. Meninggalkan Sena dan Kenan. Sementara Windy hanya bisa pasrah dan mengikuti langkah besar Chandra yang terlihat sedang emosi.

Windy dan Chandra sudah berada di dalam mobil dan keduanya kini tengah mengatur nafas. Windy menoleh ke arah Chandra takut-takut karena sejak tadi pria itu belum juga berkata sepatah kata pun. Apalagi, ini kedua kalinya dia dipergoki Chandra dalam keadaan yang sangat tidak mengenakan.

"Kak Chan---"

Windy tak melanjutkan kalimatnya karena lebih dulu tersentak sebab Chandra tiba-tiba melajukan mobilnya dengan cepat. Oh, tidak, gadis mungil itu mulai merasa takut sekarang.

Jangan tanya Chandra, pria itu hanya menatap lurus-lurus jalanan di depannya. Hatinya sungguh terbakar melihat adegan yang disuguhkan oleh sahabat dan gadis yang disukainya.

Beberapa menit hanya diam, Windy semakin resah dan sedikit takut karena Chandra melajukan kendaraannya entah kemana dengan kecepatan tinggi.

"Kak, aku.....takut," ucapnya sedikit bergetar.

Kalimat itu mampu menyentak Chandra kembali ke dunia nyata. Dia kemudian menepikan mobil dan perlahan mengatur nafasnya. Pikirannya yang kacau membuatnya lupa jika Windy ada di sampingnya—ketakutan.

Chandra perlahan menoleh pada gadis mungil itu. "Windy, maafin aku udah bikin kamu takut..." Dia menunduk dalam, terlihat menyesal. Tangannya lalu menarik satu tangan Windy dan mengusapnya pelan. "Aku, takut kehilangan kamu."

Windy tak bisa berkata-kata dan hanya diam mendengar pernyataan Chandra. Belum lagi tangannya yang berada dalam genggaman pria itu.

Melihat tidak ada pergerakan dari Windy, Chandra lantas mendongak dan menatap intens wajah cantik itu yang kini sudah tidak terlihat ketakutan namun malah seperti sedang melamun.

Chandra menyentuh pipi chubby itu pelan namun mampu membuat empunya tersentak. "Kamu suka sama Sena?" tanyanya dengan perasaan takut yang luar biasa.

Bukannya menjawab, Windy justru terfokus pada lebam kebiruan di wajah Chandra. Tangannya terulur menyentuh salah satu lebam itu. "Kak Chandra....berantem sama Kak Sena?"

Dia menutup mulutnya dengan satu tangan seakan menyadari sesuatu. "Apa gara-gara aku?" tanyanya dengan nada lirih.

Tersenyum, Chandra justru berkata dengan tenang, "Kamu gak salah apa-apa. Sekarang jawab pertanyaan aku ya."

DARE or DARE : AFTER [✔]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora