1

414 74 73
                                    

Rumah Sakit Darurat Jepang

Di sebuah kamar isolasi, terdapat seorang laki-laki berambut biru malam yang terlihat termenung menatap luar jendela.

Entah apa yang ada di pikirannya, mungkin antara terkejut karena tiba-tiba dia positif sebuah virus yang entah asal-usul nya dari mana, dan sedih karena tidak bisa beraktivitas seperti biasa.

'kalau begini, apa guru-guru akan mengizinkanku untuk belajar? Aku takut tidak diperbolehkan dan menyuruhku untuk fokus pada kesehatanku...'

Ya...

Begitulah.

Kemudian, dia mendengar ketukan di kamar rawatnya. Langsung saja dia beranjak dari tempatnya dan berjalan menuju sumber suara.

Kriett!

Di lorong yang super sepi plus sunyi itu, ia hanya bisa mendengar suara angin malam yang berhembus melewatinya.

"Aku tidak terbiasa dengan kesunyian ini...." Gumamnya.

Lalu, dia mengambil jatah makan malam miliknya dan masuk kembali ke dalam kamar.

Ruang Rawat 49
Izumi Iori–san

. . .

Di lain tempat...

"Nanase-kun, ini daftar pasien yang akan kita check malam ini"

Orang yang dipanggil Nanase itu menengok kan kepalanya dan mengambil papan klip yang disodorkannya.

"Hari ini giliran lantai 2 kah? Pasien disana tidak banyak bukan?" Tanyanya.

Orang di depannya mengangguk, "benar, karena sebagian pasien disana sudah...."

"......kalau begitu, mari kita pergi"

2 orang berbaju APD itu berjalan menuju lift, dan pergi ke lantai 2.

Sebelum pintu lift menutup, tertampak sorot mata tajam dari si pemilik iris merah-oranye itu.

'Pasti.....! Pasti! Akan kutemukan vaksinnya!'

International Pandemic Expert
Nanase Riku–san

. . .

Sambil menunggu Iori selesai makan dan Riku beserta temannya di lantai 2, kita pergi ke ruangan si Ub—Gaku.

Laki-laki berambut Silver itu terlihat merenung, dia tak bisa berhenti berjalan kesana kemari ruang rawatnya.

"Mengapa aku bisa terkena virus ini? Aku tidak paham lagi"

Sedari tadi ia terus memikirkan itu, nonstop.

"Apa ini berhubungan dengan tur Asia waktu itu?"

Dia mengacak-acak Surai silver nya dan merebahkan dirinya di kasur super empuk khas Rumah Sakit.

"Hah....untung aku tidak sendiri, disini ada Izumi muda" gumamnya.

Tangan besarnya menutupi separuh wajahnya.

"Makanannya lumayan enak, aku jadi tidak ingin pulang"

Tok! Tok!

"Ah! Makanan!"

Gaku langsung bangun dari rebahannya dan membuka pintu kamarnya.

"Menu hari ini apa yaa~?" Senandungnya.

Ruang Rawat 52
Yaotome Gaku–san

. . .

Kita balik ke Riku dan temannya.

IDOLISH7: PandemiWhere stories live. Discover now