Biar hanya aku yang simpan

759 35 0
                                    

Ini adalah sekumpulan perasaan yang kusimpan sendirian. Ini adalah kumpulan luka yang menemaniku setelah kau pergi. Yang kutahan seorang diri agar tak terlihat lemah karena setiap malam harus menangisimu. Bukan karena aku takut kau merasa besar kepala sebab melihat aku yang ternyata begitu kehilanganmu. Tapi aku takut kau merasa terganggu.

Memang, sangat terdengar seperti sebuah omong kosong. Aku berbohong bila mengatakan aku ikut berbahagia melihat kebahagiaanmu sekarang. Aku tak sedikitpun bahagia, Sayang. Tak sedikit pun. Karena kau pasti tahu tak ada yang lebih membahagiakan bagiku selain saat bersama kita dulu.

Dulu, dulu sekali. Bertahun-tahun lalu. Bahkan aku sampai tak begitu mengingat bahwa kisah kita telah usai selama itu. Karena bagiku seperti baru kemarin kita berkenalan, bertukar kontak, memulai obrolan dengan topik ringan seputar hobi, mengatur perjumpaan untuk pertama kali, mengantarkanmu pulang, menikmati sarapan yang katamu spesial dimasak hanya untuk ku, berbincang hingga salah satu dari kita terlelap di ujung telepon, dan banyak lagi. Semua itu bagiku seperti kemarin, sebab sampai hari ini aku masih sangat mengingat tiap detail kejadiannya. Pada jam berapa, hari apa, kau sedang mengenakan baju apa, aku masih sangat mengingat itu semua.

Mungkin kau tak tahu bahwa sampai hari ini pun aku masih sangat memperhatikan mu. Aku melihat tiap unggahan yang kau buat, aku melihat kau berbahagia dengan pengantiku. Oh bukan, bukan pengantiku. Aku ralat kalimat itu. Dia adalah orang yang memang kau idamkan dan hadir disaat kita berdua hampir menjadi sepasang kekasih.

Hampir. Aku sangat membenci kata itu. Kata yang mengubah seluruh isi cerita setelahnya. Kata yang selalu mengingatkanku bahwa saat itu aku sudah sangat dekat untuk memiliki hatimu. Tapi apa mau dikata, takdir rupanya tak memilih kita.

Aku melihat tulisan-tulisan sedihmu sebab luka yang ia berikan, karena egonya, posesifnya, dan segala hal yang membuatmu menangis. Mengetahui bahwa kau tak bahagia, adalah tambahan luka bagiku. Tapi aku tak bisa berbuat apa-apa, aku tak mungkin kembali hadir di hidupmu dan berlagak bagai superhero. Tak mungkin, meski pun aku sangat ingin menawarkan bahu untuk tiap air matamu.

Yang lebih menyedihkan, sebuah pertanyaan paling bodoh selalu singgah di kepalaku setiap hari.

"Bagaimana jika suatu saat kau kembali?"

Pertanyaan bodoh itu selalu hadir di kepalaku selama bertahun-tahun setiap kali aku mengingatmu. Padahal untuk apa lagi? Kau sudah bahagia, kau sudah tak mungkin kembali dan kau sudah tak perduli. Sehebat apa pun aku memikirkanmu belum tentu mampu membuatmu memikirkanku barang sebentar. Pun jika kau kembali, semua sudah tak mungkin lagi seperti dahulu. Aku tak mungkin bisa mencintaimu lagi sekeras itu. Aku tak mungkin bisa memberikan percayaku seutuhnya lagi, sebab semua pernah kuberikan dan dengan sangat sengaja kau hancurkan.

Author : faisalsrp

Harusnya tak Begitu Caramu Pergi [AKAN DIBUKUKAN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang