05 - Breakfast

188K 29.3K 6.4K
                                    

Zea tidak paham, tidak sepenuhnya paham kenapa tiba-tiba Alvarez marah dan membentaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zea tidak paham, tidak sepenuhnya paham kenapa tiba-tiba Alvarez marah dan membentaknya. Apa salahnya jika ia menatap cowok lebih dari lima detik? Zea sama sekali tidak melakukan aksi kriminal.

Di atas motor, Zea tengah menenteng tempat jangkrik. Alvarez mendiaminya karena tak kunjung memberi jawaban siapa cowok yang Zea pandangi.

"Kak Alvarez marah?" tanya Zea.

"Pertanyaan gue masih sama, siapa cowok itu?"

"Dia Kak Reza, kakak kelas aku pas SMP." Jelas Zea akhirnya mau menjelaskan.

"Kenapa lo sembunyi?"

"Aku nggak mau ketemu sama dia, Kak. Makanya sembunyi."

"Lo suka dia?" tanya Alvarez hati-hati.

"Nggak suka."

"Kenapa sembunyi? Lo takut ketahuan lo jalan sama gue?" tuduh Alvarez seenak jidatnya.

"Astaga! Nggak, Kak. Seriusan. Aku beneran nggak mau ketemu dia, nggak ada maksud lain."

"Lo musuhan sama dia?"

"Iya, bisa dibilang gitu. Jadi aku nggak mau ketemu sama dia, Kak."

Alvarez merenggangkan rahangnya yang mengeras. Setelah tahu alasannya, amarah yang mendongkol di hatinya sedikit berkurang.

"Kak Alvarez kenapa marah?" tanya Zea.

Skak mat!

Alvarez jadi bingung bagaimana menjelaskannya kepada Zea. Alhasil ia memilih diam saja, pura-pura tidak dengar. Tak mungkin Alvarez bilang kalau dia cemburu, dan kesal Zea menatap cowok lain.

"Kak! Kak Alvarez denger aku? Kenapa Kakak marah?" Sekali lagi Zea bertanya, kali ini lebih keras agar Alvarez dengar.

"Jangan tanya alasannya."

"Kenapa?"

Alvarez kembali diam, semakin bingung ia mencari dalih untuk menghindar dari pertanyaan Zea. Ia semakin cepat melajukan motornya, menyalip pengendara lain. Setidaknya jika ia mengebut, Zea hanya fokus untuk berpegangan seraya memegang tempat jangkrik tanpa bertanya lebih jauh.

•••000•••

Zea terpesona saat gerbang yang menjulang tinggi itu terbuka otomatis. Saat Alvarez memasuki gerbang tinggi itu, satpam yang ada di depan menyapa Alvarez dengan ramah.

Zea menelan ludah, apakah ia tersesat di dunia peri? Apa saat ini ia mengunjungi istana kerajaan para peri? Kenapa jarak antara gerbang dan pintu utama jauh sekali? Zea juga sempat melihat ada beberapa golf cart terparkir di dekat gerbang.

Zea tahu Alvarez kaya, tapi, Zea tidak tahu Alvarez sekaya ini.

Motor Alvarez memasuki garasi yang terbuka, bisa dibilang lahan parkir karena garasinya saja sangat luas. Mobil mahal terjejer dengan rapi di sana, ada lebih dari sepuluh mobil. Entah milik siapa saja mobil mahal itu.

ALVAREZ [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang